Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Produktivitas Alat Tangkap Pocongan Terhadap Puerulus (Panulirus spp.) pada Kedalaman Berbeda di Perairan Prigi Subagio, Hari; Bintoro, Gatut; Rosana, Nurul; Widagdo, Supriyatno; Subianto, Agus; Sofijanto, Mochamad Arief; Nuhman, Nuhman; Sulestiani, Aniek; Kusyairi, Achamad; Mu'minin, Airul Amirul
Akuatika Indonesia Vol 10, No 1 (2025): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v10i1.54945

Abstract

Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lobster duri (Panulirus spp.) melalui kegiatan budidaya perairan layak untuk direalisasikan guna memenuhi peningkatan permintaan ekspor. Akan tetapi kebutuhan Benih Bening Lobster (BBL) masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Penangkapan BBL di perairan pesisir Prigi menggunakan Alat Tangkap Pocongan (ATP). Terkait dengan hal tersebut, permasalahan yang mendesak untuk dipecahkankan adalah pada kedalaman berapa posisi pemasangan kolektor ATP yang paling produktif menghasilkan tangkapan BBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman pemasangan Kolektor Pocongan (KP) pada Alat Tangkap Pocongan Sistem Rakit (ATPSR) terhadap jumlah tangkapan BBL. Penelitian menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan 3 unit ATPSR yang dioperasikan di perairan pesisir Teluk Prigi. Pada masing-masing unit ATPSR menggunakan tiga macam kedalaman KP, yaitu KP di permukaan perairan (X1); di pertengahan perairan (X2); dan di dasar perairan (X3). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2022. Hasil penelitian menunjukkan rerata ± SD hasil tangkapan BBL per KP berturut-turut dari yang tertinggi adalah X3: 4,1 (± 3,3) ekor, X2: 0,6 (± 0,4) ekor, dan terakhir X1: 0,2 (± 0,2). Disimpulkan bahwa faktor kedalaman KP berpengaruh nyata (Sig. 0,00) terhadap jumlah tangkapan BBL. Perlakuan X1 dan X2 tidak berbeda nyata, sedangkan X3 berbeda nyata dengan X1 dan X2. Secara deskriptif, total hasil tangkapan BBL berdasarkan spesies tertinggi dalam persen adalah Lobster Pasir (Panulirus homarus) 59,3%, Lobster Mutiara (Panulirus ornatus) 27,6%, Lobster Bambu (Panulirus versicolor) 11,6%, dan Lobster Batu (Panulirus penicillatus) 1,5%. Peneliti menyarankan untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai rekayasa ATPSR untuk meningkatkan produktivitas hasil tangkapan BBL.
HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) PADA ALAT TANGKAP BUBU MENGGUNAKAN UMPAN UDANG (Penadeus monodon) DAN PIKNET BERBASIS GELOMBANG BUNYI DI PERAIRAN KENJERAN SURABAYA ridwan, Agus Mujib; Sofijanto, Mochamad Arief; Subagio, Hari
FISHERIES Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 6 No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v6i1.54

Abstract

Kegiatan penangkapan ikan merupakan mata pencaharian bagi warga pesisir  Kenjeran, Saat ini perkembangan penggunaan maupun pembuatan alat bantu elektronik di bidang perikanan khusus-nya penangkapan semakin meningkat. Salah satu teknologi yang dikembangkan dalam aplikasi alat bantu penangkapan adalah dengan menggunakan gelombang bunyi sebagai sumber utama dalam menarik perhatian ikan agar mendekat ke alat tangkap. Bubu merupakan alat penangkap ikan yang tergolong ke dalam kelompok perangkap (traps). Tujuan dari penelitian ini adalah apakah pengoperasian alat tangkap bubu lipat dengan menggunakan umpan udang (Penaeus monodon) dan piknet berbasis gelombang bunyi berpengaruh terhadap perbedaan hasil tangkapan rajungan (Portunus pelagicus). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan jenis spesies dan genus ataupun pemikat rajungan yang berbeda, yaitu : A : udang (Penaeus monodon), B : udang (Penaeus monodon) dan piknet, C : piknet. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan operasi penangkapan sebanyak 8 kali sebagai ulangan. Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,186. Dengan nilai signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang berbeda pada pengoperasian bubu lipat tidak berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan rajungan (Portunus pelagicus) dalam satuan ekor. Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,251. Dengan nilai signifikasi > 0,05, penggunaan pemikat rajungan yang berbeda pada pengoperasian bubu lipat tidak berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan rajungan (Portunus pelagicus), dalam berat (kg).
Performa Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Post Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Stadia Pl 4-10 dengan Pemeberian Artemia sp. dan Pakan Buatan Ginanjar, Ginanjar; Nuhman, Nuhman; Subagio, Hari; Trisyani, Ninis; Saputra, Billy
Jurnal Perikanan Unram Vol 15 No 4 (2025): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v15i4.1737

Abstract

Salah satu tantangan utama dalam produksi larva udang vaname adalah rendahnya kualitas post larva yang dihasilkan. Hal ini umumnya disebabkan oleh mutu dan kandungan nutrisi pakan yang belum dapat memenuhi kebutuhan optimal post larva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa pertumbuhan dan kelangsungan hidup post larva udang vaname stadia PL 4-10 dengan pemberian pakan Artemia sp. dan pakan buatan powder, serta menentukan jenis pakan terbaik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei di CV. Sumber Hatchery Bangka menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) tiga perlakuan dan lima ulangan, yaitu perlakuan A (pakan alami naupli Artemia sp. 100%), perlakuan B (pakan buatan powder 100%), dan perlakuan C (kombinasi pakan alami naupli Artemia sp. 50% dan pakan buatan powder 50%). Post larva ditebar dengan padat tebar 20 ekor/liter, total 10.000 ekor/bak. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, kelangsungan hidup, dan kualitas air. Data dianalisis menggunakan ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil menunjukkan perlakuan C memberikan pertumbuhan berat mutlak tertinggi (0,009±0,001 g), berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan A (0,008±0,001 g) dan B (0,007±0,001 g). Perlakuan C juga menghasilkan pertambahan panjang mutlak tertinggi (0,456±0,044 cm), berbeda nyata dengan perlakuan A (0,394±0,032 cm) dan B (0,386±0,047 cm). Kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan A (96±0,038%), diikuti perlakuan B (95±0,025%) dan C (91±0,037%). Kualitas air selama penelitian dalam kisaran optimal sesuai SNI 8678-4:2021 untuk pemeliharaan post larva udang vaname. Kesimpulannya, pakan kombinasi memberikan hasil pertumbuhan terbaik, sedangkan pemberian pakan alami 100% menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi.