Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Penguatan Sistem Pelayanan Administrasi Desa Pameuntasan Berbasis Android Nuryati, Neneng; Lusiani, Anie; Sartika, Euis; Habinuddin, Endang; Binarto, Agus
ARSY : Jurnal Aplikasi Riset kepada Masyarakat Vol. 6 No. 3 (2025): ARSY : Jurnal Aplikasi Riset kepada Masyarakat
Publisher : Lembaga Riset dan Inovasi Al-Matani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55583/arsy.v6i3.1654

Abstract

Pelayanan administrasi di tingkat desa seringkali dihadapkan pada inefisiensi proses manual, transparansi yang rendah, dan antrian yang panjang, seperti yang terjadi di Desa Pameuntasan. Penyelenggaraan layanan yang masih mengandalkan buku fisik berpotensi terhadap human error dan kelambatan, sehingga berdampak pada citra pemerintah desa. Tujuan pengabdian ini adalah mengembangkan sistem pelayanan administrasi berbasis Android untuk mendigitalisasi pengajuan surat kependudukan, meningkatkan transparansi, dan mempercepat waktu proses. Metode pelaksanaan mengadopsi Software Development Life Cycle (SDLC) yang diawali dengan identifikasi kebutuhan melalui wawancara dan observasi, dilanjutkan dengan perancangan, implementasi purwarupa, serta diseminasi partisipatif. Hasil kegiatan berhasil menghasilkan purwarupa aplikasi multi-platform (web untuk operator dan mobile untuk warga) dengan progres pengembangan 60%. Evaluasi melalui kuesioner menunjukkan tingkat kebermanfaatan sistem yang sangat tinggi, yaitu 96,25%. Disimpulkan bahwa sistem ini tidak hanya berpotensi meningkatkan kualitas pelayanan di Desa Pameuntasan, tetapi juga dapat diadaptasi dan direplikasi di desa lainnya sebagai bentuk transformasi digital layanan publik.
Bellman-Ford Algorithm for Optimizing Drinking Water Distribution by Perumda Air Minum Tirta Raharja in Cicalengka Lusiani, Anie; Sartika, Euis; Nuryati, Neneng; Hedi, Hedi
KUBIK Vol 10 No 2 (2025): IN PRESS
Publisher : Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Access to clean water in Cicalengka District, Bandung Regency, remains limited, with current coverage reaching only 5.08% of the population. Perumda Air Minum Tirta Raharja has set a target to expand drinking water service to 44% by 2030. To support this goal, this study investigates the optimization of the water distribution pipe network in Cicalengka. The research applies the Bellman-Ford algorithm to model the distribution network as a weighted, undirected, and connected graph, where customer houses are represented as vertices, pipe connections as edges, and pipe lengths as weights. Using data from the existing network and customer locations, the algorithm was implemented to identify optimal distribution paths. The results yielded two shortest path alternatives between the specified source and destination nodes. These findings demonstrate the potential of graph-based optimization in improving distribution planning and can serve as a reference for the development and management of future water supply infrastructure.
Bellman-Ford Algorithm for Optimizing Drinking Water Distribution by Perumda Air Minum Tirta Raharja in Cicalengka Lusiani, Anie; Sartika, Euis; Nuryati, Neneng; Hedi, Hedi
KUBIK Vol 10 No 2 (2025): IN PRESS
Publisher : Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Access to clean water in Cicalengka District, Bandung Regency, remains limited, with current coverage reaching only 5.08% of the population. Perumda Air Minum Tirta Raharja has set a target to expand drinking water service to 44% by 2030. To support this goal, this study investigates the optimization of the water distribution pipe network in Cicalengka. The research applies the Bellman-Ford algorithm to model the distribution network as a weighted, undirected, and connected graph, where customer houses are represented as vertices, pipe connections as edges, and pipe lengths as weights. Using data from the existing network and customer locations, the algorithm was implemented to identify optimal distribution paths. The results yielded two shortest path alternatives between the specified source and destination nodes. These findings demonstrate the potential of graph-based optimization in improving distribution planning and can serve as a reference for the development and management of future water supply infrastructure.
Energy and exergy performance of R290 as a substitute for R404A in freezers: experimental investigation Akmal, Muhammad; Sumeru, Kasni; Tohir, Toto; Hikmat, Yudi Prana; Nuryati, Neneng; Sulaimon, Shodiya
Jurnal Polimesin Vol 23, No 2 (2025): April
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30811/jpl.v23i2.6153

Abstract

The refrigeration sector significantly contributes to global warming due to the high Global Warming Potential (GWP) of commonly used refrigerants. This study experimentally investigates the feasibility of using R290 as a low-GWP substitute for R404A in freezer applications. Although R290 and R404A have similar normal boiling points, their GWP values differ significantly (3 for R290 vs. 3922 for R404A), making R290 a more environmentally friendly alternative. Experiments were conducted on a freezer originally designed for R404A with a 1/3 HP compressor and a refrigerant charge of 170 g. After baseline testing with R404A, the system was retrofitted with R290, using an optimized charge of 62.9 g. The system's performance was analyzed over 120 minutes, with energy and exergy evaluations conducted at 60 minutes, when the cabin temperature stabilized. Results from energy analysis indicate that replacing R404A with R290 led to a 6.1% increase in cooling capacity, a 6.0% reduction in power consumption, and a 12.4% improvement in COP. Exergy analysis showed that total irreversibility decreased from 318.1 W (R404A) to 289.8 W (R290), with compressor irreversibility being the dominant factor (50.8% for R404A vs. 51.3% for R290). The findings confirm that R290 enhances system performance by reducing irreversibility and energy consumption. These results highlight R290 as an energy-efficient and environmentally friendly alternative to R404A, providing both operational cost savings and reduced environmental impact. However, to achieve optimal performance, compressor lubricant replacement is recommended when transitioning to R290.
Analisis Kenyamanan Ruang Berbasis Aspek Termal dan Visual pada Kafe X di Kota Bandung Kirana, Meta Nur; Simbolon, Luga Martin; Rosulindo, Parisya Premiera; Nuryati, Neneng
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 16 No. 1 (2025): Vol. 16 No. 1 (2025): Prosiding 16th Industrial Research Workshop and National
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v16i1.6699

Abstract

Kenyamanan ruang merupakan faktor penting dalam menciptakan suasana yang mendukung aktivitas pengguna, terutama pada ruang publik seperti kafe. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kenyamanan termal dan visual pada salah satu kafe di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui pengukuran langsung menggunakan Thermogun, Anemometer, dan Hot Wire Anemometer, mengacu pada standar SNI 03-65722001 untuk kenyamanan termal dan SNI 6197:2020 untuk pencahayaan. Selain itu, analisis PMV (Predicted Mean Vote) dan PPD (Predicted Precentage of Dissatisfied) dilakukan berdasarkan standar ASHRAE 55 (2017). Pendekatan kualitatif dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada pengguna ruang untuk mengetahui persepsi kenyamanan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur udara berkisar antara 24,17°C hingga 26,55°C, kelembapan antara 56,82% hingga 66,43%, dan kecepatan udara 0,15–0,16 m/s. Nilai PMV berada pada rentang -0,27 hingga +0,50, dan PPD di bawah 10%, yang mengindikasikan kondisi termal yang masih cukup nyaman berdasarkan standar ASHRAE. Pencahayaan tercatat antara 150200 lux, di mana beberapa titik masih berada di bawah standar minimum SNI. Secara keseluruhan, kondisi ruang di kafe tidak memenuhi standar kenyamanan, namun diperlukan peningkatan pada aspek pencahayaan dan kelembapan untuk mencapai kenyamanan optimal bagi pengguna.
Analisis Perbedaan Ventilasi Alami dan Buatan terhadap Kualitas Udara untuk Mitigasi Gejala Sick Building Syndrome Najyah, Fatya Naja; Yuningsih, Nani; Margana, Ade Suryatman; Nuryati, Neneng
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 16 No. 1 (2025): Vol. 16 No. 1 (2025): Prosiding 16th Industrial Research Workshop and National
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v16i1.6700

Abstract

Ventilasi berperan penting dalam menjaga kualitas udara dengan mensirkulasikan udara segar ke dalam ruangan. Jenis ventilasi yang umum digunakan meliputi cross ventilation, single-sided ventilation, dan ventilasi buatan seperti Air Conditioner. Ventilasi yang tidak memenuhi standar dapat memicu gejala Sick Building Syndrome (SBS) seperti sakit kepala dan menurunnya konsentrasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan ventilasi alami dan buatan terhadap kualitas udara dan gejala SBS dengan metode kuantitatif deskriptif dan desain cross sectional. Data diukur menggunakan anemometer dan hot wire anemometer. Parameter yang diukur meliputi temperatur, kelembapan relatif, kecepatan udara, dan pencahayaan. Sampel penelitian ini dilakukan kepada 36 orang staf kantor di Rumah Sakit X, Kabupaten Bandung. Ventilasi dievaluasi berdasarkan standar ASHRAE 62.1-2022 dan SNI 03-6572-2001, serta kualitas udara mengacu pada Permenkes No. 2 Tahun 2023. Hasil menunjukkan Office 1 dan 2 tidak memenuhi standar ventilasi alami, sedangkan Office 3 sesuai. Uji T-Independent menunjukkan temperatur dan kelembapan berpengaruh signifikan (p-value = 0.001), sementara pencahayaan dan kecepatan udara tidak signifikan (p-value >0.05). Gejala SBS dialami 36 responden (86.1%) pada ventilasi alami dan 29 responden (80.6%) pada ventilasi buatan.