Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Intelek Insan Cendikia

PENAFSIRAN SURAH ATH-THÛR AYAT 6 (AL-BAHR AL-MASJÛR) DALAM PERSPEKTIF TAFSIR KLASIK DAN SAINS MODERN Mahbubah Hasanah; Miffah Khadijah; Nasriah Ramadhan; Feni Andri Mulyani; Ahmad Mujahid
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 6 (2025): JUNI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makna “al-bahr al-masjūr” dalam Surah At-Tur ayat 6 telah menarik perhatian para mufasir dari masa klasik hingga era modern. Kajian ini menelaah penafsiran ayat tersebut dengan menggunakan pendekatan tafsir klasik dan pendekatan ilmiah modern. Melalui metode studi kepustakaan, tulisan ini mengeksplorasi berbagai penafsiran dari ulama klasik seperti Ath-Thabari dan Al-Qurthubi yang menjelaskan “laut yang menyala” sebagai laut yang penuh, menyala-nyala, atau bahkan laut yang telah kehilangan airnya. Dalam perkembangan modern, makna ini memperoleh dimensi ilmiah melalui penemuan-penemuan terkait aktivitas vulkanik di dasar laut, gunung api bawah laut, dan fenomena geotermal di kedalaman samudra. Penemuan magma dengan suhu melebihi 1000°C di bawah lautan, yang tidak mampu menguapkan seluruh air laut, menjadi bukti ilmiah yang mendukung penafsiran al-masjūr sebagai “laut yang menyala.” Penafsiran ilmiah ini semakin diperkuat oleh pandangan para sarjana seperti Tantawi Jauhari dan Zaghlul an-Najjar yang mengaitkan ayat-ayat kauniyyah dengan realitas kosmologis dan geologis. Dengan demikian, integrasi antara tafsir klasik dan sains modern tidak hanya memperkaya pemahaman terhadap ayat tersebut, tetapi juga menunjukkan bahwa Al-Qur’an memuat petunjuk yang selaras dengan fenomena alam yang baru terungkap di era teknologi masa kini.
Kehidupan di Luar Angkasa dalam al-Qur’an: Studi Komparatif antara Tafsir Tanthawi Jauhari dan Tafsir Kemenag Muhammad Romadoni; Ahmad Mustafa Kamal; Muhammad Afnan; Ahmad Mujahid
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 6 (2025): JUNI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji penafsiran ayat-ayat al-Qur'an tentang kehidupan luar angkasa melalui pendekatan komparatif antara Tafsir al-Jawāhir karya Tanthawi Jauhari dan Tafsir Ilmi Kementerian Agama (Kemenag) RI. Fokus penelitian adalah analisis terhadap metode, perspektif, dan implikasi kedua tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah terkait eksistensi makhluk di luar bumi, khususnya QS. ar-Ra’d: 15, an-Nahl: 49, asy-Syūrā: 29, dan at-Talāq: 12. Metode yang digunakan adalah library research dengan pendekatan komparatif (muqāran), menggabungkan analisis teks tafsir dan konteks perkembangan sains modern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tanthawi Jauhari cenderung progresif dan spekulatif, mengaitkan ayat-ayat dengan teori astronomi klasik-modern serta membuka kemungkinan adanya makhluk cerdas di luar bumi. Sementara itu, Tafsir Ilmi Kemenag lebih hati-hati, menekankan keselarasan ayat dengan temuan ilmiah tanpa klaim pasti tentang kehidupan ekstraterestrial. Perbedaan utama terletak pada keberanian Tanthawi dalam mengintegrasikan sains dan spiritualitas, sedangkan Kemenag menjaga keseimbangan antara wahyu dan kehati-hatian ilmiah. Kedua tafsir sepakat bahwa al-Qur'an mendorong eksplorasi alam semesta sebagai bukti kebesaran Allah.
ANALISIS KRITIS TERHADAP PENAFSIRAN Q.S. AL-SYU’ARÂ` AYAT 154-158 SEBAGAI MANFAAT AIR LIUR UNTA Ahmad Qhodiri; Mohd. Aamiin Abbas; Muhammad Yazid; Ahmad Mujahid
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 6 (2025): JUNI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mengkaji secara kritis penafsiran terhadap Q.S. Al-Syu’arâ` ayat 154–158 yang mengaitkan mukjizat unta Nabi Shalih dengan manfaat air liur unta sebagai agen antibakteri. Penafsiran ini muncul dalam kerangka tafsir sains yang berupaya mengintegrasikan teks wahyu dengan temuan ilmiah kontemporer. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi pustaka, kajian ini menelaah berbagai sumber tafsir klasik dan modern serta literatur ilmiah mengenai potensi biologis air liur unta. Salah satu penafsiran yang dianalisis adalah pendapat Sulaimân bin Shâlih al-Qar’âwî yang menyatakan bahwa unta Nabi Shalih berperan sebagai penetral wabah melalui air liurnya. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun air liur unta mengandung bakteri Bacillus yang memproduksi senyawa antibakteri, klaim bahwa ayat tersebut mendukung manfaat terapeutik air liur unta tidak memiliki dasar tekstual yang kuat dalam Al-Qur’an. Lebih jauh, sifat resistensi bakteri dalam air liur unta terhadap berbagai antibiotik menimbulkan kekhawatiran akan potensi penyebaran resistensi antimikroba. Dengan demikian, artikel ini menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam mengintegrasikan tafsir dan sains agar tidak terjebak dalam reduksionisme ilmiah yang mengaburkan makna asli teks wahyu. Kajian ini diharapkan dapat memperkaya wacana tafsir interdisipliner dalam studi keislaman kontemporer.