Abstrak Desa Qurnia Mataram merupakan desa di Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu pusat pengolahan tepung tapioka. Permasalahan utama yang ditemukan di Desa Qurnia Mataram adalah tingginya jumlah limbah ubi kayu hasil pabrik yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Hasil samping pengolahan seperti onggok dan limbah kulit ubi kayu merupakan salah satu pakan alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Selain sebagai sumber industri tepung tapioka, Desa Qurnia Mataram juga merupakan sentra sapi potong. Hal ini dapat menjadi solusi yang potensial terhadap penyediaan pakan bagi ternak sapi potong di Desa Qurnia Mataram. Transfer teknologi yang ditawarkan kepada kelompok tani di desa tersebut adalah pengolahan pakan fermentasi untuk meningkatkan kualitas limbah ubi kayu serta memperpanjang masa simpan pakan. Sehingga penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak dalam pembelian pakan. Limbah kulit ubi kayu yang masih memiliki kandungan nutrisi cukup baik dapat menjadi pakan alternatif untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi potong sebagai upaya pertanian berkelanjutan di Desa Qurnia Mataram, Lampung Tengah. Setelah kegiatan berlangsung, sebanyak 80% peserta menyatakan mampu mempraktikkan pembuatan pakan fermentasi secara mandiri dan mampu meningkatkan daya suka ternak. Selain itu, solusi ini juga memenuhi aspek kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Kata kunci: fermentasi; hijauan; limbah ubi kayu; sapi potong; penyuluhan; teknologi pakan Abstract Qurnia Mataram Village, located in Seputih Mataram Sub-district, Central Lampung Regency, is one of the centers for tapioca flour processing. A major issue identified in this village is the large amount of cassava waste generated by local processing industries, which remains underutilized. By-products such as onggok (cassava pulp) and cassava peels represent alternative feed that can be used for ruminant livestock. In addition, Qurnia Mataram is also a center for beef cattle farming. This presents a potential solution for addressing the local feed supply challenges for cattle. The technology transfer introduced to farmer groups in the village involved the production of fermented feed to enhance the nutritional quality and shelf life of cassava waste. The outreach program aimed to improve farmers welfare by reducing the cost of feed procurement. Cassava peels, which still contain valuable nutrients, can serve as an alternative feed to improve beef cattle productivity, contributing to sustainable livestock farming in Qurnia Mataram Village, Central Lampung. Following the activity, 80% of participants reported being able to independently produce fermented feed and increased palatability among their livestock. Moreover, this solution effectively addressed the aspects of feed quantity, quality, and continuity. Keywords: beef cattle; cassava waste; dissemination; feed technology; fermentation; forage