Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Pemanfaatan Arang Kayu Kopi Sebagai Penurun Kadar Bau Pada IPAL Prianto, Nawan; Masra, Ferizal; Prihantoro, Prihantoro
MIDWIFERY JOURNAL Vol 5, No 2 (2025): Volume 5 No 2 Juni 2025
Publisher : Universitas Malahayati Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mj.v5i2.21098

Abstract

 ABSTRAKLatar Belakang: Limbah cair rumah sakit mengandung senyawa organik yang apabila terurai menghasilkan bau tidak sedap, salah satunya disebabkan oleh amonia (NH₃). Salah satu metode pengolahan bau limbah adalah dengan menggunakan arang aktif sebagai media adsorpsi. Penelitian ini mengevaluasi efektivitas arang aktif berbahan kayu kopi sebagai media filtrasi untuk menurunkan kadar bau (amonia) pada IPAL RSUD Alimuddin Umar.Tujuan: Mengetahui efektivitas penggunaan arang kayu kopi terhadap penurunan kadar amonia pada limbah cair rumah sakit.Metode: Penelitian eksperimen dengan perlakuan media arang aktif kayu kopi setebal 70 cm, 100 cm, dan 120 cm dengan variasi waktu kontak 5, 15, dan 20 menit. Parameter yang diukur meliputi kadar NH₃, pH, dan suhu sebelum dan sesudah proses filtrasi.Hasil: Penurunan kadar NH₃ tertinggi terjadi pada media setebal 120 cm dengan waktu kontak 20 menit (dari 10,45 mg/L menjadi 2,94 mg/L). pH berkisar antara 7,4–7,7 dan suhu antara 25–30 °C, keduanya masih dalam rentang standar.Kesimpulan: Arang aktif dari kayu kopi efektif digunakan untuk menurunkan bau limbah cair rumah sakit, khususnya kandungan amonia.Kata kunci: Arang Aktif, Amonia, Filtrasi, Limbah Cair, Kayu Kopi  
Sanitasi Rumah Balita Penderita Pneumonia Valensia, Rikza; Masra, Ferizal; Barus, Linda; Indarwati, Suami
MIDWIFERY JOURNAL Vol 4, No 1 (2024): Volume 4, Nomor 1 Maret 2024
Publisher : Universitas Malahayati Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mj.v4i1.14683

Abstract

Background: Pneumonia is an acute infection that attacks lung tissue (alveoli) caused by various microorganisms such as viruses, fungi and bacteria. The population susceptible to pneumonia are children aged less than 2 years, elderly aged more than 65 years and people who have health problems (malnutrition, immunological disorders). Risk factors for pneumonia are nutritional status, non-exclusive breastfeeding, vitamin A supplementation, zinc supplementation, low birth weight babies, vaccination, and indoor air pollution, especially cigarette smoke and burnt smoke from the kitchen.Objective: to determine the sanitary conditions of homes for toddlers with pneumonia in the working area of the Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung, such as ventilation, humidity, location of the kitchen, type of fuel used and air pollution in the home.Method: The research design used is descriptive research. The population and sample were 64 homes for toddlers with pneumonia in the working area of Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung. The research was carried out in April 2022Results: The results of the study showed that the houses of toddlers suffering from pneumonia in the working area of the Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung had ventilation that met the requirements of 68.7%, had humidity that met the requirements of 60.9%, the location of the kitchen met the requirements of 45.3%, which used kerosene for cooking is 84.3% and the remainder is still using firewood as much as 15.7%, and indoor air quality that meets the requirements is 84.3%.Conclusion: There are still many toddlers suffering from pneumonia who live in homes where sanitation conditions are still low. And the suggestion is that the Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung must provide education to the community about healthy homes so that the risk of disease arising from unhealthy home sanitation can be reduced. Keywords: Pneumonia, Home Sanitation, Toddlers  Latar Belakang: pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru (alveoli) yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri. Populasi rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Faktor risiko pneumonia adalah status gizi, ASI non eksklusif, suplementasi vitamin A, suplementasi zinc, bayi berat badan lahir rendah, vaksinasi, dan polusi udara dalam rumah terutama asap rokok dan asap bakaran dari dapur.Tujuan: Untuk mengetahui kondisi sanitasi rumah balita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung seperti ventilasi, kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar di dapur, dan polusi udara dalam rumah.Metode: Penelitian menggunakan rancangan deskriptif. Populasi dan sampel adalah 64 rumah balita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2022Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa rumah balita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung memiliki ventilasi memenuhi syarat sebanyak 68,7%, memiliki kelembapan memenuhi syarat 60,9%, letak dapur yang memenuhi syarat 45,3%, yang menggunakan minyak tanah untuk memasak sebesar 84,3% dan sisanya masih menggunakan kayu baakar sebanyak 15,7%, dan kualitas udara dalam rumah yang memenuhi syarat sebesar 84,3%.Kesimpulan: masih banyak balita pneumonia menempati rumah yang memiliki kondisi santiasi yang masih rendah. Dan sarannya adalah Puskesmas Rajabasa Indah harus melakukan penyuluhan ke masyarakat tentang rumah sehat agar dapat dikurangi resiko timbulnya penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi rumah yang tidak sehat. Kata Kunci: Pneumonia, Sanitasi Rumah, Balita
Analisis Risiko Kesehatan Lingkugan (ARKL) Pajanan Mangan (Mn) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Sebagai Sumber Air Minum Izza, Nurul; Karbito, Karbito; Fikri, Ahmad; Masra, Ferizal
MIDWIFERY JOURNAL Vol 5, No 2 (2025): Volume 5 No 2 Juni 2025
Publisher : Universitas Malahayati Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mj.v5i2.21079

Abstract

Latar Belakang: Kendala yang paling sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah masalah kandungan Zat Mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku. Mangan dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk koloid atau dalam keadaan bergabung dengan senyawa organik. Adanya kandungan Mangan (Mn) dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Disamping kandungan Mangan (Mn) dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Mangan (Mn) dan melakukan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap pajanan Mangan (Mn) pada air sumur gali sebagai air minum masyarakat di Desa Sudimoro, Kecamatan Semaka, KabupatenTanggamus. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif, yaitu melakukan pemeriksaan dan analisis risiko kesehatan lingkungan pada air sumur gali yang mengandung kadar Mangan (Mn) sebagai sumber air minum yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.di Desa Sudimoro, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus. Hasil: Hasil penelitian ini diketahui bahwa kadar Mangan (Mn) pada 5 sampel air sumur gali di Desa Sudimoro Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus adalah sumur I (0,2 mg/l), sumur II (0,5 mg/l), sumur III (0,5 mg/l), sumur IV (0,6 mg/l) dan sumur V (0,2 mg/l). Hasil Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan untuk pajanan Mangan (Mn) di air sumur gali yang digunakan masyarakat pada orang dewasa maupun anak–anak dengan konsentrasi tersebut masuk dalam kategori Aman / Berisiko Rendah karena memperoleh hasil RQ < 1. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil Tingkat risiko pajanan Mangan (Mn) di air sumur gali pada masyarakat dewasa maupun anak – anak dengan konsentrasi tersebut, Aman / Berisiko Rendah karena memperoleh hasil RQ < 1. Kata Kunci: Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan, Sumur Gali, Mangan (Mn), Sudimoro    
High Density Polyethylene (HDPE) Plastic Waste For Making Paving Blocks Can Improve Environmental Health Masra, Ferizal
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 9, No 2 (2024): September
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30604/jika.v9i2.2921

Abstract

Waste management is a problem that this nation has never been able to solve. Based on data from Jenna Jambeck (2018), a waste researcher from the University of Georgia, Indonesia is ranked second in the world as a producer of plastic waste, reaching 187.2 million tons after China, which reached 262.9 million tons. The aim of this research is to utilize HDPE (High Density Polyethylene) plastic waste as an additional material for hexagon paving blocks, where the researcher wants to know the savings results from using shredded HDPE plastic waste on sand aggregates in making one paving block and to find out the results of the compressive strength test on Utilization of HDPE (High Density Polyethylene) Plastic Waste as additional material for making Hexagon Model Paving Blocks. This research is a type of experimental research, experimental research or experiment (experimental research) is research by carrying out experimental activities, which aims to determine the symptoms or effects that arise, as a cause and effect of certain treatments or experiments (Notoadmodjo, 2014 ). This research design will use a Completely Randomized Design (CRD) where the variation in the ratio of cement to sand is 1: 6: chopped plastic, 0.45%, 0.5%, 0.55%. The variations in the size of the HDPE plastic pieces were 1 cm and 1.5 cm for each comparison of the number of variations with 3 treatments for each variation in the number of comparisons and variations in the size of the HDPE plastic pieces. The conclusion from this research is that HDPE plastic can be used to make strong paving blocks
Bakti Sosial Dan Penyuluhan Tentang PHBS Dan Pengolahan Sampah Masra, Ferizal; Karbito, Karbito; Barus, Linda; Indarwati, Suami
Jurnal Perak Malahayati: Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 2 (2025): Volume 7 Nomor 2 November 2025
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpmpkm.v7i2.23454

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul Bakti Sosial dan Penyuluhan Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Pengolahan Sampah merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan diri serta lingkungan sekitarnya. Program ini dilaksanakan di Panti Asuhan Assalam, Natar, Lampung Selatan, yang merupakan lembaga sosial dengan jumlah penghuni cukup padat dan memiliki permasalahan dalam penerapan PHBS serta pengelolaan sampah organik. Berdasarkan hasil observasi awal, ditemukan rendahnya kesadaran anak-anak panti terhadap kebersihan pribadi dan lingkungan, serta belum adanya sistem pemilahan dan pengolahan sampah yang berkelanjutan (Rahmawati et al., 2021).Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penghuni panti dalam menerapkan PHBS dan mengolah sampah organik menjadi kompos yang bernilai guna. Metode pelaksanaan meliputi observasi, wawancara, penyuluhan interaktif, dan praktik langsung. Mencakup penyampaian materi tentang PHBS, kebersihan lingkungan, serta demonstrasi pembuatan kompos dengan menggunakan bahan organik rumah tangga dan aktivator EM4. Materi PHBS yang diberikan meliputi cuci tangan pakai sabun, kebersihan makanan, pengelolaan air bersih, dan sanitasi lingkungan sesuai pedoman Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI, 2023).Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan terhadap pengetahuan dan perubahan perilaku peserta dalam menerapkan PHBS dan pengelolaan sampah organik. Sebagian besar peserta mampu menjelaskan kembali langkah-langkah PHBS dengan benar serta menunjukkan keterampilan membuat kompos secara mandiri.Kegiatan bakti sosial dan penyuluhan ini menunjukkan bahwa pendekatan partisipatif dalam pendidikan kesehatan efektif untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, sekaligus mengajarkan kemandirian dalam pengelolaan lingkungan melalui pengolahan sampah organik menjadi produk bermanfaat (Suwatanti & Widiyaningrum, 2017). Program ini dapat dijadikan model pengabdian masyarakat berkelanjutan dalam bidang kesehatan lingkungan dan pemberdayaan sosial. 
Bakti Sosial Dan Penyuluhan Tentang Kesehatan Kulit Dan Hygiene Sanitasi Makanan Barus, Linda; Indarwati, Suami; masra, Ferizal; Karbito, Karbito
Jurnal Perak Malahayati: Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 2 (2025): Volume 7 Nomor 2 November 2025
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpmpkm.v7i2.23453

Abstract

Panti asuhan merupakan lingkungan dengan tingkat kepadatan tinggi dan fasilitas sanitasi yang terbatas, sehingga rentan terhadap penularan penyakit menular seperti skabies dan gangguan kesehatan akibat pengelolaan makanan yang tidak higienis (WHO, 2022; Kemenkes RI, 2023). Rendahnya pemahaman anak-anak dan pengurus panti terhadap kebersihan pribadi, serta kurangnya penerapan prinsip hygiene dan sanitasi makanan menjadi faktor utama yang perlu mendapatkan perhatian (Wulandari & Sari, 2022).Metode kegiatan meliputi observasi awal, wawancara, penyuluhan interaktif, dan praktik langsung. Materi yang diberikan mencakup pengenalan penyakit kulit skabies, cara pencegahan dan perawatannya, serta pelatihan hygiene sanitasi makanan mulai dari kebersihan diri, pengolahan bahan pangan, hingga penyimpanan makanan yang aman (Jatmika & Fadila, 2019). Kegiatan ini melibatkan 2 petugas panti dan 20 anak asuh di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa II, Bandar Lampung.Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan peserta tentang penyebab dan pencegahan skabies serta praktik hygiene dan sanitasi makanan. Peserta mampu mengidentifikasi gejala awal skabies, memahami pentingnya mencuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan tidur, serta menerapkan langkah-langkah dasar pengolahan makanan yang higienis. Kegiatan ini juga mempererat keakraban antara mahasiswa pelaksana, pengurus, dan anak-anak panti, sehingga menciptakan suasana edukatif yang menyenangkan dan efektif dalam membentuk perilaku hidup bersih dan sehat (Putri & Nugraha, 2022).Secara keseluruhan, kegiatan pengabdian ini efektif meningkatkan kesadaran dan perilaku higienis penghuni panti asuhan. Melalui edukasi dan praktik langsung, peserta mampu menerapkan PHBS serta hygiene sanitasi makanan secara mandiri guna mencegah penyakit kulit dan penyakit berbasis makanan. Program ini diharapkan dapat menjadi model edukatif berkelanjutan dalam peningkatan kesehatan lingkungan panti asuhan.