Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

ASP INJECTIVITY ANALYSIS AS PREPARATION FOR FIELD IMPLEMENTATION Sugihardjo
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 41 No. 1 (2018): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29017/scog.41.1.297

Abstract

This laboratory experiment is a highlight of the preparation of ASP (Alkaline-Surfactant-Polymer Mixture) chemical injection for field implementation to determine the injectivity parameter and the effect of fluid properties change during flow into the porous media. Therefore, the experiments were focus on injectivity which is represented by permeability change. Besides, IFT and viscosity reduction, and also adsorption of injected chemical on the surface of pore throat were also investigated. ASP chemical solution has been prepared for experiments, the mixture consists of 0.3% of Surfactant-A, 1000 ppm Polymer KP and 0.2% alkaline of NaOH. This mixture has been evaluated the bulk properties for instance: IFT, viscosity and other parameter such as: compatibility, thermal stability, phase behavior, and filtration that are suitable for enhanced oil recovery for the target oil field. The next step is to examine the interaction between rock and injected fluid that may change the fluid and rock properties. ASP injection in carbonate rock in this experiment may result in permeability damage and almost totally block the pore throat. Reduction of permeability is very significantly approaching the value of PRF of level 88.76%. The damage could not be revocable after post flush of water that is indicated that the permeability reduction is permanent. Fluid properties of the ASP including IFT and viscosity show that the IFT looks constant and no signifycant change, on the hand the viscosity of the fluid drops down to almost 32.6% from the original. However, the adsorptions are still categorized as normal.
Integrated Approach to Investigate the Potential of Asphalt/Tar Sand on Buton Island, Indonesia Bambang Widarsono; Djoko Sunarjanto; Tri Muji Susantoro; Suliantara; Herru L Setiawan; Panca Wahyudi; Sugihardjo; Mohamad Romli; Diana Dwiyanarti
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 46 No. 2 (2023): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29017/scog.46.2.324

Abstract

Buton island as a potential area for conventional oil and gas, as well as asphalt/bitumen has long been the target of evaluation aimed at exploiting this potential, although to date no economic exploitation has been implemented. In this study, the potential of Buton asphalt/bitumen with mineable and in situ (non-mineable) status was studied and evaluated. In this study, qualitative and quantitative analysis have been carried out from Landsat 8 and Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) data with the aim of identifying the presence of active faults and gravity due to orogenic processes. The lineament density pattern shows a general direction of NE-SW to NNW-SSE. The lineament process between satellite image data and gravity surveys helps efforts to identify the distribution of asphalt on Buton Island. Through combining distribution patterns of the Sampolakosa, Tondo, and Winto Formations, contain asphalt/bitumen, the study produces distribution of asphalt/bitumen accumulation in the region, both in surface/mineable and in situ categories. The 'best estimate' reserves obtained are 786.6 million barrels and 46 million barrels, respectively for asphalt/bitumen surface/mineable reserves and in situ/non-mineable reserves. It is hoped that this information regarding the potential/reserves of asphalt/bitumen on Buton Island may support efforts to exploit it
CCUS-Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca dan Peningkatan Pengurasan Minyak CO2-EOR Sugihardjo
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 56 No. 1 (2022): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Emisi CO2 pada saat ini sangat tinggi yaitu pada tingkat lebih dari 400ppm di atmosfer, karena pembakaran bakar fosil yang terus menerus meningkat seiring dengan aktivitas industri yang terus bertambah. CO2 dalam jumlah besar yang dapat diterapkan dalam kegiatan CCS dan CCUS berasal dari industri atau pabrik. CCUS sangat potensial diterapkan di Indonesia, mengingat banyak lapangan tua dan sumber CO2 yang belum dimanfaatkan. Telah dilakukan studi CCUS atau CO2-EOR dengan kasus lapangan di Sumatera Selatan. Dengan analisis mulai screening lapangan, studi laboratorium, simulasi reservoar, integrasi sumuran, penangkapan dan transportasi CO2, serta monitoring. Kajian simulasi reservoar menunjukkan bahwa injeksi CO2 dapat menaikkan perolehan minyak serta juga dapat terjadi penyimpanan CO2 yang merupakan mitigasi gas rumah kaca.
Penyaringan dan Peringkat Cekungan Kalimantan Timur serta Potensinya untuk Implementasi CCUS Sugihardjo
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 55 No. 3 (2021): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

CCUS dan CCS merupakan teknologi yang dapat diimplementasikan untuk mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca dan menghambat kenaikan suhu bumi antara 1,50°C sampai 2°C. Kedua teknologi tersebut dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca secara masif dibandingkan teknologi lainnya. Keuntungan implementasi teknologi CCS dibandingkan CCUS, CCS hanya berguna untuk menyimpan CO, sedangkan CCUS selain untuk menyimpan CO, dapat menaikan produksi minyak dengan proses injeksi CO,-EOR. Sebagai penelitian awal, telah dilakukan penyaringan dan pemeringkatan cekungan sedimen Indonesia terutama dari yang telah diketahui sekitar 60 cekungan sedimen (Sunarjanto, 2008) berdasarkan metode Bachu 2003. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil dengan peringkat tiga besar adalah: cekungan sedimen Kutai, Sumatera Selatan, dan Sumatera Tengah. Kemudian dilakukan penelitian laboratorium dengan dua lapangan target yang lokasinya dekat dengan sumber CO, yaitu lapangan Ak dan St. Dari uji laboratorium injeksi CO,-EOR pada dua lapangan terpilih menunjukan hasil yang sangat potensial untuk meningkatkan perolehan minyak. Kemudian prediksi kebutuhan CO, dan kenaikan peningkatan perolehan minyak juga menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun hasil ini perlu dikaji lebih dalam pada studi lapangan lebih lanjut. Source sink matching untuk kedua lapangan At dan St dapat digunakan sumber CO, yang utama dari Kilang LNG Badak dan Kilang Unit-V Balikpapan. CO, dari sumber kilang tidak perlu biaya pemasangan alat untuk pemisahan CO, dan mempunyai jarak hanya sekitar 50 km.
Lapangan Migas Potensial Sebagai CCUS-EOR Studi Kasus: Prospek Injeksi CO, di Sumatera Selatan M Romli; Sugihardjo; Djoko Sunarjanto; Suliantara; Nurus Firdaus; Dadan DSM Saputra
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 55 No. 3 (2021): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sumatera Selatan sebagai provinsi sumber energi perlu tetap dijaga kelestarian dan keberlanjutannya. Dua hal antara sumber energi dan menjaga kawasan berwawasan lingkungan, memunculkan ide mengoptimalkan Gas Co, sebagai hasil limbah PLTU untuk dikelola menjadi bermanfaat, dengan menginjeksikannya ke lapangan migas di Sumatera Selatan. Metodologi penelitian menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif data primer dan sekunder, baik data sumber dan target injeksi CO,. Hasil identifikasi data dilakukan analisis awal untuk menentukan lokasi terpilih di Sumatera Selatan. Survey lapangan berbasis Sistem Informasi Geografi di PLTU Simpang Belimbing dan sekitarnya guna menyusun Peta Network Clustering. Analisis buffer digunakan untuk mengetahui lokasi terbaik penempatan fasilitas integrasi CO,, distance analisis digunakan untuk mengetahui prioritas target berdasarkan jarak dari sumber, serta morfologi analisis digunakan untuk mengetahui fasilitas distribusi yang efektif bagi tiap pasangan sumber-target. Hasilnya diperoleh beberapa pasangan sumber-target yang secara jarak dan kebutuhan-ketersedian CO, mencukupi untuk dilakukan injeksi CO,-EOR. Alternatif skenario buffer zone dengan target Cluster Lapangan Migas PQR Sumatera Selatan, pada radius 100 km utamanya akan didukung CO, hasil PLTU Simpang Belimbing dan dua lapangan migas terpilih sebagai kandidat pada Klaster PQR. Jumlah isi minyak awal pada lapangan tersebut 365,850.00 MSTB, terdapat potensi produksi injeksi CO, sebesar 54,877.50 MSTB dan kebutuhan CO, untuk injeksi sebesar 21,951.00 MTon. Skenario radius 100 km akan ditambah dari Instalasi stasiun pengumpul gas Grisik dan Suban, dan seterusnya makin besar radius buffer akan banyak PLTU yang siap sebagai sumber CO,. Dilakukan pengukuran jarak datar yang sekaligus merupakan perhitungan panjang pipa dari lapangan migas ke sumber CO, terpilih, dalam radius 100 kilometer, minimum diperlukan pipa distribusi sepanjang 203.65 kilometer. Kelebihan penelitian ini terintegrasinya subsektor migas, mineral (batubara), dan energi guna menciptakan pengembangan energi hulu - hilir ramah lingkungan.
PENGAMATAN MEOR MENGGUNAKAN FORMULA NUTRISI RENDAH GLUKOSA DENGAN METODA IMBIBISI Sugihardjo; Zulkifliani; Onie Kristiawan; Cut Nanda Sari; Syafrizal
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 53 No. 1 (2019): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan skala laboratorium telah dilakukan untuk merancang formula nutrisi MEOR (Microbial Enhanced Oil Recovery) dengan bahan dasar rendah-glukosa. Bahan yang dipakai meliputi: limbah cair tahu, air kelapa, limbah cair ikan, limbah pengolahan pati, ekstrak teh, pupuk cair, ekstrak daging sapi, dan pepton. Bahan-bahan tersebut diracik untuk menjadi beberapa formula yang dapat merangsang pertumbuhan mikroba yang terkandung pada percontoh fluida dari sumuran SMR-01, SMR-02, dan SMR-03 sehingga menghasilkan bioproduk yang diperlukan untuk MEOR Pada seleksi kajian awal ada 48 formula nutrisi, kemudian diseleksi dan diperoleh yang potensial dalam pertumbuhan mikroba sebanyak 8 formula, yaitu 2 macam formula untuk SMR-01, 3 untuk SMR-02, dan 3 juga untuk SMR-03. 8 formula tersebut diinkubasi selama 7 hari dan diamati bioproduknya yang meliputi: pertumbuhan mikroba, pH, IFT, densitas, dan viskositas minyak. Pada tiap formula juga ditambahkan konsorsium mikroba exogenous untuk memperkaya jenis mikroba. Uji imbibisi dilakukan terhadap 8 formula tersebut serta ditambah 8 formula lagi dengan menambahkan konsorsium mikroba exogenous selama 71 hari. Hasil yang terbaik ternyata ada pada formula Ef1 dengan penambahan ekstrak teh dan pepton dan Ez1 dengan tambahan ekstrak teh dan ekstrak beef pada fluida SMR-02. Dengan nilai masing masing nilai RF (recovery factor) 56,91 untuk Ef1 dan 55,86% untuk Ez1. Oleh karena itu kedua formula tersebut dapat dijadikan acuan untuk implementasi lapangan. Secara ekonomis mungkin Ez1 akan lebih murah karena prosentase kandungan extract beef hanya 10%.
STUDI KELAYAKAN UNTUK IMPLEMENTASI INJEKSI CO2 SKALA PILOT DI LAPANGAN MINYAK A, SUMATERA SELATAN Dadan DSM Saputra; Sugihardjo; Edward ML Tobing
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 52 No. 1 (2018): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Injeksi CO2-Enhanced Oil Recovery (EOR) di lapangan minyak mature Indonesia untuk meningkatkan produksi minyak perlu segera diaplikasikan. Selain untuk meningkatkan produksi minyak, injeksi CO2-EOR juga digunakan untuk mengurangi emisi gas CO2 di atmosfer. Pemerintah perlu mengaplikasikan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sesuai dengan RUEN dan INDC Indonesia yaitu sebesar 29% pada tahun 2030. Tujuan dilakukannya studi ini untuk mengkaji kelayakan dari proyek implementasi injeksi CO2 skala pilot di Lapangan Minyak A. Studi ini fokus pada studi kelayakan injeksi CO2 skala pilot di Lapangan Minyak A Lapisan Y Blok D di daerah Sumatera Selatan dimulai dari proses screening lapangan minyak untuk injeksi CO2, studi Geologi Geofisika dan Reservoir (GGR) serta analisis keekonomian yang mencakup skenario transportasi CO2 dari sumber CO2 ke lokasi injeksi. Dari hasil simulasi reservoir didapatkan bahwa injeksi CO2 secara dengan laju alir sebesar 150 ton per hari selama 5 tahun (dimulai dari awal 2017) dapat meningkatkan perolehan minyak menjadi 4,7% IOIP (dengan basecase 2% IOIP), sedangkan dengan menggunakan laju alir 75 ton per hari dapat meningkatkan sebesar 3,37% IOIP pada daerah prospek di Lapisan Y Blok D. Dari hasil analisis keekonomian, harga jual CO2 terendah diperoleh dari skenario II (transportasi menggunakan truk) sebesar US$48,13 per ton CO2 dan akan layak untuk diinjeksikan pada saat harga minyak lebih dari US$83 per barel.
KRITERIA UJI PENYARINGAN INJEKSI ASP DALAM IMPLEMENTASI TEKNOLOGI EOR Sugihardjo
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 50 No. 1 (2016): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Injeksi kimia terdiri dari ASP (Alkali, Surfaktan, Polimer), yang dapat diinjeksikan secara sendiri sendiriataupun dicampur. Injeksi kimia dapat dirancang untuk suatu reservoar minyak tertentu dengan: injeksi alkali,injeksi surfaktan, injeksi polimer, injeksi alkali-surfaktan-polimer secara berturutan, injeksi surfaktan-polimersecara berturutan, injeksi campuran alkali/surfaktan/polimer, dan injeksi campuran surfaktan/polimer. Sebelumimplementasi injeksi kimia ASP perlu dilakukan studi secara intensif di laboratorium untuk menentukan kriteriauji penyaringan injeksi kimia untuk EOR (Enhanced Oil Recovery) memenuhi syarat untuk dapat diaplikasikan dilapangan dan berpotensi untuk menaikkan perolehan minyak.
Studi Labolatorium “Microbial Profile Modification” Sugihardjo; Hadi Purnomo
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 38 No. 1 (2004): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada pengurasan minyak tahap secondary recovery, air diinjeksikan ke dalam reservoar untuk mendorong minyak ke lubang sumur. Di beberapa lapangan proses pendorongan menghasilkan efisiensi penyapuan (sweep efficiency) rendah. Hal tersebut dapat terjadi oleh beberapa faktor, selain mobilitas air jauh lebih tinggi dari pada minyak ada faktor lain yang sulit dikontrol yaitu: chanelling, thief zones, dan high permeability zones. Problema yang ada di dalam reservoar tersebut menyebabkan air injeksi akan mengalir melewati minyak dan terjadi water break through lebih awal. Teknologi untuk memperbaiki efisiensi penyapuan pada kasus di atas disebut selective plugging atau pro- file modification. Teknologi konvensional menggunakan gel, polimer, dan busa untuk memperbaiki efisiensi penyapuan. Teknologi ini mempunyai nisbah sukses yang rendah, terutama disebabkan penempatan gel yang sulit di reservoar. Teknologi terkini adalah Microbial Profile Modification (MPM) dengan menggunakan mikroba in situ yang menghasilkan biopolimer, biofilm, dan biomassa untuk menyumbat zona permeabilitas tinggi. Studi ini merupakan kajian laboratorium untuk mengamati seberapa besar terjadinya penurunan permeabilitas dari sebuah rancangan MPM yang akan diaplikasikan di lapangan.
Kompatibilitas Fluida Injeksi dan Formasi Batuan pada Reservoir dengan Injeksi Air Sugihardjo
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 38 No. 3 (2004): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jutaan barel tambahan produksi minyak dapat diperoleh dari injeksi air, yang merupakan salah satu metode peningkatan perolehan minyak yang murah. Oleh karena itu mengoptimasi injeksi air merupakan tahap yang sangat penting agar diperoleh produksi yang optimal. Pada proses peningkatan perolehan minyak sekunder maupun tersier akan terjadi interaksi antara fluida injeksi dan fluida reservoir maupun batuan reservoir. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian interaksi tersebut dan kemungkinan terjadinya kerusakan formasi (formation damage) sebelum pelaksanaan di lapangan. Bahkan, pada proses air formasi yang diinjeksikan kembali (recycling) masih perlu juga dilakukan analisis agar tidak terjadi kerusakan formasi.