Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Vitamin D and calcium status in children with thalassemia beta major: A cross sectional study in Banda Aceh Fiska, RR. Rima Aulia; Edward, Eka Destianti; Amna, Eka Yunita; Herdata, Heru Noviat; Sovira, Nora; Ismy, Jufitriani
AcTion: Aceh Nutrition Journal Vol 10, No 3 (2025): September
Publisher : Department of Nutrition at the Health Polytechnic of Aceh, Ministry of Health

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/action.v10i3.2486

Abstract

Frequent blood transfusions in children with beta-thalassemia major result in iron overload, leading to hemosiderosis in various body tissues, and impair the function of these organs, disrupting vitamin D metabolism, which contributes to osteoporosis and other morbidities, which are believed to be associated with hypocalcemia, which significantly affects growth. This study aimed to investigate the relationship between vitamin D and calcium status in children with β-thalassemia major at dr. Zainoel Abidin Public Hospital in Banda Aceh, Indonesia. Methods: An analytical observational study employed a cross-sectional design involving 40 children aged 2–18 years with a beta-thalassemia major attending the Children's Thalassemia Clinic at dr. Zainoel Abidin Public Hospital in Banda Aceh, Indonesia. from July to November, 2024. Categorical data were analyzed using the Spearman test, with a p-value of <0,05. Results, of the 40 subjects, 55% subjects were male, in 45% of subjects, there was Vitamin D deficiency, 25% was vitamin D insufficiency, hypocalcemia in 77,5% subjects. Among subjects with vitamin D deficiency, 94,4% also had hypocalcemia (r = 0,037, p = 0,017). In conclusion, there was a significant association between vitamin D and calcium status in children with beta-thalassemia major.
Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin Plasma sebagai Prediktor Gangguan Fungsi Ginjal pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Asianotik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Safrizal, Safrizal; Dimiati, Herlina; Amna, Eka Yunita; Sovira, Nora; Haris, Syafruddin; Darussalam, Dora
Sari Pediatri Vol 26, No 4 (2024)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.4.2024.218-23

Abstract

Latar belakang. Penyakit jantung bawaan asianotik merupakan kelainan struktur dan fungsi jantung sejak lahir yang tidak ditandai dengan sianosis. Morbiditas PJB asianotik signifikan, dengan prevalensi 69,3-78,5%. Pada PJB dapat terjadi gangguan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan mortalitas pada anak. Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin (NGAL) plasma merupakan penanda prediktor gangguan fungsi ginjal pada anak. Tujuan. Mengetahui kadar NGAL plasma sebagai prediktor gangguan fungsi ginjal pada anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik.Metode. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan pendekatan prospektif pada anak usia 1 tahun sampai 10 tahun dengan diagnosis PJB asianotik yang melakukan rawat jalan maupun rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan Februari hingga Juni 2024 yang memenuhi kriteria penelitian.Hasil. Dari 35 anak dengan PJB asianotik, terbanyak berusia usia 1 tahun sampai dengan kurang dari 5 tahun (41,7%). Sebanyak 31,2% anak dengan diagnosis defek septum atrium terdapat gangguan fungsi ginjal. Kadar NGAL plasma sebesar 100,18 ng/ml menjadi cut-off point gangguan fungsi ginjal pada anak dengan PJB asianotik. Pada nilai AUC sebesar 0,95 didapat nilai sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV masing-masing sebesar 100%; 94,73%; 94,1%; dan 100%. Kadar NGAL plasma pada anak dengan PJB asianotik memiliki hubungan signifikan (p=0,001) dengan gangguan fungsi ginjal.Kesimpulan. Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin plasma dapat digunakan sebagai prediktor gangguan fungsi ginjal pada anak dengan PJB asianotik.
Hubungan Kadar Bilirubin Transkutan dengan Bilirubin Serum Total pada ikterus Neonatorum di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Muliana, Cut; Firmansyah, Isra; Amna, Eka Yunita; Haris, Syafruddin; Yusuf, Sulaiman; Akbar, Zaki
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i11.52280

Abstract

Ikterus pada minggu pertama kehidupan ditemukan 60% pada neonatus cukup bulan dan 80% pada neonatus kurang bulan. Pemeriksaan kadar bilirubin penting dalam membedakan hiperbilirubinemia fisiologis dan patologis pada neonatus, juga untuk menentukan pengobatan pada ikterus neonatorum. Selama ini penentuan kadar bilirubin dilakukan dengan pemeriksaan serum darah vena, namun memiliki beberapa efek samping. Pengukuran bilirubin transkutan merupakan metode non-invasif untuk mengukur kadar bilirubin pada bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kadar bilirubin transkutan dengan bilirubin serum total pada ikterus neonatorum di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik obervasional dengan desain cross sectional. Data dikumpulkan dari neonatus yang dirawat dalam periode Januari – Maret 2023. Subjek penelitian merupakan neonatus yang mengalami ikterus neonatorum dan menjalani pemeriksaan kadar bilirubin serum total dan kadar bilirubin transkutan dengan interval waktu maksimal 30 menit antara kedua pemeriksaan tersebut. Semua subjek penelitian belum pernah mendapatkan fototerapi. Total 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Rerata kadar bilirubin serum total 14,46 ± 3,36 mg/dL dan rerata kadar bilirubin transkutan 12,50 ± 3,55 mg/dL pada dahi serta 13,10 ± 3,25 mg/dL pada sternum. Koefisien korelasi antara kadar bilirubin serum total dengan bilirubin transkutan adalah 0,85 pada dahi dan 0,88 pada sternum, p<0,000. Pada penelitian ini didapatkan kadar bilirubin transkutan memiliki korelasi yang baik dengan bilirubin serum total sehingga dapat digunakan sebagai alat skrining untuk memperkirakan kadar bilirubin serum total pada ikterus neonatorum. Pemeriksaan kadar bilirubin transkutan pada sternum memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan pada dahi.
Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua Tentang Pemberian Gizi Seimbang Pada Anak Usia 2-5 Tahun Rahmadila, Narisa; Amna, Eka Yunita; Andri
Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and Advanced Vol. 3 No. 4 (2025): Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and A
Publisher : Yayasan Sagita Akademia Maju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61579/future.v3i4.714

Abstract

Gizi seimbang sangat penting dalam meunjang tumbuh kembang anak, khususnya usia balita yang merupakan masa keemasan (golden period). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat pengetahuan orang tua dan perilaku orang tua tentang pemberian gizi seimbang pada anak usia 2-5 tahun di wilayah kerja puskesman Ulee Kareng, Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripstif kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2025 dengan jumlah responden 90 orang tua yang dipilih melalu Teknik total sampling. Data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner yang mencakup informasi demografi, tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 20–35 tahun (64,4%), dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi (52,2%) dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (43,3%). Sebanyak 55,6% ibu mempunyai pengetahuan baik tentang gizi seimbang dan perilaku dalam pemberian gizi seimbang tergolong tepat (77,8%). Berdasarkan karakteristik usia anak usia 2 tahun (70,0%) dan jenis kelamin perempuan lebih mendominasi. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik turut mendorong perilaku yang tepat dalam pemberian gizi seimbang. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan edukasi dan penyuluhan gizi secara berkelanjutan kepada orang tua guna mendukung pertumbuhan anak yang optimal.