Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Pengaruh Foot Massage Therapy Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Di RSUD Kabupaten Bintan Azmazatin, Rizki; Siagian, Yusnaini; Zuraidah, Zuraidah; Pujiati, Wasis
Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2024): Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Publisher : Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Post sectio caesarea akan menimbulkan nyeri karena proses pembedahan pada dinding abdomen dan dinding Rahim. Salah satu teknik mengurangi nyeri secara non farmakologi adalah Foot massage therapy karena area pemijatan adalah kaki sehingga dengan mudah dapat diakses dapat diberikan saat pasien telentang dan minimal melakukan pergerakan daerah abdomen untuk mengurangi rasa nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh foot massage therapy terhadap tingkat nyeri pada klien post sectio caesarea. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimental design dengan model nonequivalent control group design. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 32 responden terbagi 6 kelompok intervensi dan 16 kelompok kontrol yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Instrument yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS) dan standar prosedur operasional foot massage therapy. Hasil penelitian menunjukan bahwa skala rata rata nyeri sebelum intervensi pada 6 jam yaitu 5,81 sedangkan skala nyeri setelah intervensi pada 12 jam yaitu 2,56. Uji Wilcoxon menunjukan hasil p value = 0,000, sehingga disimpulkan ada pengaruh foot massage therapy terhadap tingkat nyeri pada klien post sectio caesarea di RSUD Kabupaten Bintan. Diharapkan perawat dapat mengaplikasikan foot massage therapy pada klien post sectio caesarea sebagai penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri post sectio caesarea.
Sosialisasi dan Pelatihan Terapi Familiar Auditory Sensory Training (FAST) Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Dan Kompetensi Perawat ICU Dalam Kolaborasi Dengan Keluarga Pasien Stroke Atrie, Utari Yunie; Siagian, Yusnaini; Rahman, Zakiah; Widiastuti, Linda; Wati, Liza
Jurnal Medika: Medika Vol. 4 No. 4 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/0qgbm726

Abstract

Pasien stroke dengan penurunan kesadaran yang dirawat di ICU memerlukan pendekatan holistik, salah satunya melalui terapi non-farmakologis seperti Familiar Auditory Sensory Training (FAST). FAST merupakan bentuk stimulasi auditori menggunakan suara yang familiar bagi pasien untuk meningkatkan kesadaran dan respons neurologis. Namun, masih banyak perawat ICU yang belum memahami konsep dan implementasi terapi ini dalam praktik klinik. Tujuan: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi perawat ICU mengenai terapi FAST serta memperkuat keterlibatan keluarga pasien stroke dalam proses rehabilitasi sensorik di ruang intensif. Metode: Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dilaksanakan di RSUD Kota Tanjungpinang dengan melibatkan 15 perawat ICU. Kegiatan terdiri dari sosialisasi dan pelatihan FAST selama dua hari melalui metode ceramah interaktif, video edukatif, dan return demonstration. Penilaian dilakukan menggunakan pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan pengetahuan dan kompetensi perawat. Analisis data menggunakan uji Paired t-Test dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil: Hasil menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada skor pengetahuan dan kompetensi perawat setelah pelatihan (mean pre-test=42,56; mean post-test=92,20; p 0,000). Peningkatan sebesar 49,64 poin menunjukkan bahwa sosialisasi dan pelatihan FAST efektif dalam meningkatkan kemampuan perawat ICU dalam penerapan intervensi sensorik berbasis keluarga. Kesimpulan: Pelatihan FAST terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kompetensi perawat ICU terhadap penerapan terapi sensorik non-farmakologis berbasis keluarga. Implementasi berkelanjutan terapi FAST di ruang ICU diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kritis, mempercepat pemulihan kesadaran pasien stroke, dan memperkuat peran keluarga dalam proses rehabilitasi.
PKM Edukasi dan Pelatihan Pertolongan Pertama pada Korban Tenggelam Bagi Masyarakat Pesisir Siagian, Yusnaini; Atrie, Utari Yunie; Wati, Liza
Jurnal Medika: Medika Vol. 4 No. 4 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/pwdasp28

Abstract

Tenggelam merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kecelakaan di dunia, terutama di wilayah pesisir dan perairan terbuka. Data dari WHO menyebutkan bahwa ribuan nyawa melayang setiap tahunnya akibat insiden tenggelam, banyak di antaranya terjadi di lingkungan masyarakat yang aktivitas sehari-harinya berkaitan langsung dengan air, seperti nelayan dan penduduk pesisir. Tujuan meningkatkan kesiapsiagaan, kesadaran, serta kemampuan dasar dalam menangani kasus tenggelam secara mandiri dan efektif. a) Penyuluhan/edukasi pertolongan pertama pada korban tenggelam melalui ceramah dan diskusi Interaktif untuk memberikan pemahaman dasar tentang bahaya tenggelam, penyebab, dan pentingnya pertolongan pertama menggunakan slide dan video. Hasil dapat disimpulkan bahwa kegiatan edukasi dan pelatihan ini efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar masyarakat pesisir dalam memberikan pertolongan pertama pada korban tenggelam. Masyarakat menunjukkan antusiasme dan partisipasi yang tinggi, baik dalam sesi penyuluhan teori maupun dalam pelatihan praktik langsung, termasuk simulasi pertolongan pertama seperti RJP dan evakuasi korban dari air. Terdapat peningkatan pemahaman peserta terhadap pentingnya pertolongan pertama, ditunjukkan melalui hasil pre-test dan post-test yang menunjukkan kenaikan skor signifikan serta kemampuan praktik yang memadai. Diharapkan, melalui kegiatan ini, masyarakat dapat menjadi garda terdepan dalam penanganan darurat di lingkungan mereka, serta mampu menekan angka kejadian fatal akibat tenggelam di wilayah pesisir.
Edukasi Think Pair Share Sebagai Upaya Meningkatan Pengetahuan Anak Dalam Konsumsi Sayur dan Buah Wati, Liza; Ismail, Nurliana Binte; Nirnasari, Meily; Siagian, Yusnaini; Khoriroh, Syamilatul; Atrie, Utari Yunie; Widiastuti, Linda; Pujiati, Wasis; Fadilah, Ummu
Jurnal Medika: Medika Vol. 4 No. 4 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/dhx7jh75

Abstract

Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok anak yang rentan mengalami masalah gizi. Status gizi anak yang buruk mempengaruhi pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan proses berpikir. Salah satu nutrisi yang penting adalah zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral, walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil namun berperan penting dalam kesehatan. Salah satu sumber nutrisi tersebut adalah pada buah dan sayur.  Rendahnya konsumsi sayur dan buah pada anak-anak meningkatkan risiko obesitas dan berdampak negatif pada tumbuh kembang mereka. Pendidikan kesehatan dengan media edukasi yang sesuai usia adalah salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang konsumsi sayur dan buah. Model think pair share membantu siswa bernalar dan berpikir kritis, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya konsumsi sayur dan buah. Metode edukasi dilakukan dengan pendidikan kesehatan disekolah. Sasaran kegiatan ini adalah siswa kelas III di SDN 005 Tanjungpinang Kota sejumlah 43 siswa. Hasilnya didapatkan gambaran  mayoritas anak adalah perempuan (53,5%) dan berusia 9 tahun (53,5%). Sebagian besar anak pernah mendapatkan informasi tentang pentingnya konsumsi sayur dan buah (88,4%), terutama dari guru sekolah (41,9%). Namun, mayoritas anak belum pernah menerima pendidikan kesehatan tentang pentingnya konsumsi sayur dan buah (60,5%). Sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan model think pair share, mayoritas siswa memiliki pengetahuan yang kurang (44,2%). Namun setelah intervensi, mayoritas siswa memiliki pengetahuan yang baik (97,7%). Model ini efektif untuk pembelajaran dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis