Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

RE-KONSIENTISASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN (MEMBANGUN KESADARAN KRITIS MELALUI PEMIKIRAN PAULO FREIRE) Rohinah, Rohinah
Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol 8, No 1 (2019): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Antasari Banajarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.617 KB) | DOI: 10.18592/tarbiyah.v8i1.2355

Abstract

Idealisme pendidikan untuk memanusiakan manusia harus sejalan dengan tujuan dan praksis pendidikan. Meskipun pada kenyataannya, masih banyak pendidikan yang memainkan peran tradisionalnya dengan memandang bahwa peserta didik merupakan produk yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Hal ini disebabkan masih banyaknya praktek di lembaga-lembaga pendidikan yang masih memberikan dominasi pada aspek kognitif dan penekanan pada aspek hafalan dalam memahami praktek pembelajaran bahkan pembelajaran agama sekalipun. Capaian keberhasilan seorang anak hanya berhenti pada nilai angka-angka nominal semata, kepintaran anak dinilai manakala mampu menghafal materi-materi yang sudah ditentukan berdasarkan bahan ajar yang ada dan batasan-batasan yang sudah dipersiapkan secara terukur dan terstruktur menurut aturan yang sangat sempit dan sangat minim terhadap ruang dialog-interaktif antar guru dan peserta didik. Oleh karena itu, hadirnya pemikir kritis sebagaimana Paulo Freire, merupakan upaya memperjuangkan pendidikan menuju sebuah perubahan nyata agar pendidikan tidak hanya sekedar mempersiapkan robot-robot mekanik masa depan melainkan mampu melahirkan manusia-manusia pembawa perubahan menuju masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban.
Conscious Parenting: Membangun Kesadaran Kritis Menuju Relasi yang Humanis Berbasis Keluarga Rohinah, Rohinah
ACIECE Vol 1 (2016): Annual Conference on Islamic Early Childhood Education
Publisher : Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Unequal relationships between parents who are considered as being superior while the child is positioned as inferior beings actually become a seedbed of the roots of violence in the family. Children are always considered as the little creatures who do not know anything so all the best decision in the hands of older people with communication space is dominated by one direction and full of instructive. In view of Paulo Freire's critical awareness in developing relations egalitarian anywhere and in education whatsoever including education that exists between parents and children need at least the elements of humanization, education and upbringing facing problems, the space for dialogue, awareness (konsientisasi). Family played by fathers and mothers as partners and primary educator and the first in the world of education would have to be in line with the values of humanist-egalitarian to be desirable in the world of formal education. So that the achievement of critical-humanist generation may be to acknowledge that education played by parents before children enter the world of school. So, parents are expected to have a critical view-humanist and egalitarian parenting, assisting and educating children at home.
Implementasi Metode Suku Kata (Syllabic Method) dalam Pembiasaan Membaca Awal Anak Usia Dini di Kelompok B1 TK IT Salsabila Al-Muthi’in Banguntapan Roro Fashihah Furoidah, Raden; Rohinah, Rohinah
ACIECE Vol 4 (2019): Annual Conference on Islamic Early Childhood Education
Publisher : Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Adanya pergeseran tanggung jawab ini menyebabkan harus adanya pengenalan membaca awal pada anak usia dini namun menggunakan metode yang masih aman bagi anak usia dini yaitu dengan tanpa paksaan yang dapat menyebabkan anak usia dini menjadi tertekan dan terbebani. Di Kelompok B1 TK IT Salsabila Al-Muthi’in Baguntapan ini mengenalkan membaca awal pada anak menggunakan metode suku kata (syllabic method) dengan tujuan sebagai pembiasaan membaca awal bagi anak. Metode penelitian termasuk kualitatif dengan subjek penelitian yaitu Ibu Santi dan Ibu Tina selaku guru kelas B1 TK IT Salsabila Al-Muthi’in dan 22 anak kelas B1 TK IT Salsabila Al-Muthi’in. Pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis dengan reduksi data, display data dan kesimpulan. Uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukan : (1) Dalam mengimplentasikan metode suku kata (syllabic method) dalam pembiasaan membaca pada kelompok B1 TK IT Salsabila Al-Muthi’in guru melakukanya dengan melalui dua tahap yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Pada tahap perencanaan guru bertugas menyiapkan kartu prestasi siswa, buku Anak Islam Suka Membaca (AISM), dan buku cerita. Lalu pada tahap pelaksanaannya guru bertugas menyiapkan dan menata kartu prestasi siswa, setelah itu anak mengantri untuk membaca, lalu guru membimbing anak dalam pembiasaan membaca awal dengan metode suku kata. (2) Faktor pendukung dan penghambat implentasi metode suku kata (syllabic method) dalam pembiasaan membaca pada kelompok B1 TK IT Salsabila Al-Muthi’in. Faktor pendukung yang pertama, waktu pelaksanaan tidak menganggu proses pembelajaran, ke-dua guru merasa terbantu saat proses pembelajaran berlansung, ke-tiga dukungan dari wali murid, ke-empat buku AISM dan cerita yang sudah tersedia, ke-lima anak yang bersemangat dan tidak merasa keberatan untuk membaca. Faktor penghambatnya adalah wali murid yang meminta anak harus bisa membaca dan anak yang datang terlambat
Sekolah Alam: Paradigma Baru Pendidikan Islam Humanis Rohinah, Rohinah
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 8, No 2 (2014): Pendidikan Berbasis Masyarakat
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2014.8.2.582

Abstract

This paper describes a new paradigm of Islamic education in the perspective of humanism based on nature school model. This school model has three specific aspects, namely: natural as learning space, nature as media and teaching mate-rials, and natural as learning objects. It is a creativity in building a humanist paradigm of Islamic education. The education system emphasizes awareness to encourage the process of dialogue between teachers and students. Dialogical process can bring an attitude of humility and affection that is open to criticism from the learners. Learners are required critical and questioned again about the unknown by the teacher. This kind of learning led to a harmonious communica-tion between all parties. School of Natural allow the emergence of awareness. This school gives the freedom to create, explore and discover potential, and find the knowledge based on experiences from the world of reality. AbstrakMakalah ini menjelaskan paradigma baru pendidikan Islam dalam perspektif humanisme dengan bertolak pada model sekolah alam. Model sekolah ini memiliki tiga aspek khusus, yakni: alam sebagai ruang belajar, alam sebagai media dan bahan mengajar, serta alam sebagai objek pembelajaran. Pendidikan seperti ini merupakan sebuah kreativitas dalam membangun paradigma pendidikan Islam yang humanis. Sistem pendidikan ini menekankan penyadaran untuk mendorong adanya proses dialog antara guru dan anak didik. Proses dialogis dapat memunculkan sikap rendah hati dan kasih sayang sehingga terbuka terhadap kritik dari peserta didik. Peserta didik dituntut kritis dan mempertanyakan kembali tentang hal yang belum diketahui oleh sang guru. Pembelajaran semacam ini memunculkan kesadaran siswa dan komunikasi yang harmonis antara semua pihak. Sekolah ini memberikan kebebasan untuk berkreasi, menggali dan menemukan potensi, serta menemukan pengetahuan berbasis pada pengalaman-pengalaman dari dunia realitas.
Sekolah Alam: Paradigma Baru Pendidikan Islam Humanis Rohinah Rohinah
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 8, No 2 (2014): Pendidikan Berbasis Masyarakat
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2014.8.2.582

Abstract

This paper describes a new paradigm of Islamic education in the perspective of humanism based on nature school model. This school model has three specific aspects, namely: natural as learning space, nature as media and teaching mate-rials, and natural as learning objects. It is a creativity in building a humanist paradigm of Islamic education. The education system emphasizes awareness to encourage the process of dialogue between teachers and students. Dialogical process can bring an attitude of humility and affection that is open to criticism from the learners. Learners are required critical and questioned again about the unknown by the teacher. This kind of learning led to a harmonious communica-tion between all parties. School of Natural allow the emergence of awareness. This school gives the freedom to create, explore and discover potential, and find the knowledge based on experiences from the world of reality. AbstrakMakalah ini menjelaskan paradigma baru pendidikan Islam dalam perspektif humanisme dengan bertolak pada model sekolah alam. Model sekolah ini memiliki tiga aspek khusus, yakni: alam sebagai ruang belajar, alam sebagai media dan bahan mengajar, serta alam sebagai objek pembelajaran. Pendidikan seperti ini merupakan sebuah kreativitas dalam membangun paradigma pendidikan Islam yang humanis. Sistem pendidikan ini menekankan penyadaran untuk mendorong adanya proses dialog antara guru dan anak didik. Proses dialogis dapat memunculkan sikap rendah hati dan kasih sayang sehingga terbuka terhadap kritik dari peserta didik. Peserta didik dituntut kritis dan mempertanyakan kembali tentang hal yang belum diketahui oleh sang guru. Pembelajaran semacam ini memunculkan kesadaran siswa dan komunikasi yang harmonis antara semua pihak. Sekolah ini memberikan kebebasan untuk berkreasi, menggali dan menemukan potensi, serta menemukan pengetahuan berbasis pada pengalaman-pengalaman dari dunia realitas.
Pendidikan Keluarga Menurut Al-Qur’an Surat At-Tahrim Ayat 6 Rohinah
AN NUR: Jurnal Studi Islam Vol. 7 No. 1 (2015): An-Nur: Jurnal Studi Islam
Publisher : Istitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta Komplek PP An Nur Ngrukem PO BOX 135 Bantul 55702 Yogyakarta Tlp/Fax (0274) 6469012. http://jurnalannur.ac.id/

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.822 KB)

Abstract

The family as the smallest public entities in the life of the nation actually has a role and a function that can not be ignored.The family as the smallest public entities in the life of the nation actually has a role and a function that can not be ignored. Of family life that humans live and develop physical and spiritual. Human life in the later period is determined from family life gained. Therefore, in education, family education is the main foundation of the nation as a moral forming. Because the real moral education in Islam should start early. And moral education is also a principle to be considered for fostering a strong and harmonious family. Therefore, the Qur’an as the main foundation of Islamic education gives a hint that this is the moral education that guarantees the establishment of Islamic family strong, colorful love and ensure the establishment of a healthy human body, mind, and soul.
Implementasi Bahasa Jawa Krama dalam Proses Pembelajaran Anak Usia Dini Mahla Salsabila; Rohinah Rohinah
Al-Hikmah : Indonesian Journal of Early Childhood Islamic Education Vol 2 No 2 (2018): Ijecie
Publisher : IAI Al Hikmah Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.384 KB)

Abstract

This research is motivated by the many people who have forgotten and even underestimated Krama Javanese in their daily lives. Parents who prefer to teach Indonesian when at home. Krama Javanese is considered complicated because of the many levels of speech. In addition, parents consider Indonesian language to be easy to understand. Another reason was also expressed by many school institutions using Indonesian as a daily language in interacting everyday. The continuous use of Indonesian will eliminate Javanese Krama language culture especially among students. This research is a qualitative field research and takes the background of applying the learning process using Javanese Krama. The results of this study indicate that (1) the implementation of the Krama Javanese Language in the learning process in group B of the ABA Ngalang Gedangsari Gunungkidul Yogyakarta kindergarten uses habituation, exemplary, and advice methods. The application of the Javanese Krama language is by inserting the Javanese Krama language when interacting, calling, and advising in a language that is easy to understand and does not offend the child. (2) supporting factors include good collaboration between teachers, enthusiasm from teachers, teachers who are not bored to remind children. While the inhibiting factor is that parents do not all apply Javanese Krama when at home and the child's playing environment is not good at speaking.
MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) BERBASIS MULTIKULTURAL SEBAGAI UPAYA PENANAMAN KARAKTER PADA SISWA SEKOLAH DASAR SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA Rohinah Rohinah
Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 11 No 2 (2014): Jurnal Pendidikan Agama Islam
Publisher : Department of Islamic Education, The State Islamic University Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7180.645 KB) | DOI: 10.14421/jpai.2014.112-08

Abstract

Diversity is a necessity, and Indonesia is a country that is recognized to have areal diversity, both of the diversity of ethnicity, language, religion, and so on. However, the problem is often the heterogeneity was actually seen as a form of binary opposition of opposing and contradictory. This is what ultimately creates problems and the root of the ongoing conflict. Various cases of violence, conflict in the name of religion, ethnic differences are often a trigger hostility to each other. Added to which it is triggered by an understanding of religious teachings stiff and rigid, especially religious doctrines are submitted by teachers through the process of education in schools. Therefore, there needs to be revitalization of religious learning which is deemed able to accommodate the needs of the people of Indonesia, especially the very plural, is through religion-based multicultural learning. Because the embodiment of religious learning rooted in the process of humanization. As was done by SALAM Elementary School in Nitiprayan Kasihan Bantul.
MENIMBANG RELASI GENDER DALAM KELUARGA [Sebuah Tela’ah Kritis-Filosofis-Humanistik] Rohinah Rohinah
Muwazah Vol 4 No 1 (2012)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v4i1.146

Abstract

Abstract : The discourse of gender equality as promoted by the feminist movement is intended to criticize the practice of the tradition in which men dominate women in various lines of life, including family life and more specifically is in relation to the child. Such patriarchialism gains legitimacy from many directions, including from the customary laws, traditions, and theological-philosophical. Apart from the discursive conflict, both sides that are opposite each other have the same attitude in treating their child to build a discourse concerning their rights to the child. In this condition, the child is as passive party, where he is just a dead object and has no contribution during the determination of the rights of parents over their children. Criticism also comes with a reverse way of thinking, which puts the child in an active position, the object of life, and contributes. The rights of fathers and mothers that have established and understood differently as in patriarchialism and feminism then reformulated. This reformulation leads to a new discourse that could be called a post-feminism. Abstrak : Wacana kesetaraan gender seperti yang dipromosikan oleh gerakan feminis dimaksudkan untuk mengkritik praktek tradisi di mana laki-laki mendominasi perempuan dalam berbagai lini kehidupan , termasuk kehidupan keluarga dan lebih khusus dalam kaitannya dengan anak . Seperti keuntungan patriarchialism legitimasi dari berbagai arah , termasuk dari hukum adat , tradisi , dan teologis - filosofis . Terlepas dari konflik diskursif , kedua belah pihak yang saling berlawanan memiliki sikap yang sama dalam mengobati anak mereka untuk membangun wacana tentang hak-hak mereka untuk anak . Dalam kondisi ini , anak sebagai pihak yang pasif , di mana ia hanya benda mati dan tidak memiliki kontribusi dalam penentuan hak-hak orang tua atas anak-anak mereka . Kritik juga datang dengan cara kebalikan dari berpikir , yang menempatkan anak dalam posisi aktif , objek hidup , dan memberikan kontribusi . Hak-hak ayah dan ibu yang telah ditetapkan dan dipahami secara berbeda seperti di patriarchialism dan feminisme kemudian dirumuskan . Reformulasi ini mengarah ke wacana baru yang bisa disebut post - feminisme.
Re-Konsientisasi dalam Dunia Pendidikan (Membangun Kesadaran Kritis Melalui Pemikiran Paulo Freire) Rohinah Rohinah
Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol 8, No 1 (2019): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, South Kalimantan, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/tarbiyah.v8i1.2355

Abstract

Idealisme pendidikan untuk memanusiakan manusia harus sejalan dengan tujuan dan praksis pendidikan. Meskipun pada kenyataannya, masih banyak pendidikan yang memainkan peran tradisionalnya dengan memandang bahwa peserta didik merupakan produk yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Hal ini disebabkan masih banyaknya praktek di lembaga-lembaga pendidikan yang masih memberikan dominasi pada aspek kognitif dan penekanan pada aspek hafalan dalam memahami praktek pembelajaran bahkan pembelajaran agama sekalipun. Capaian keberhasilan seorang anak hanya berhenti pada nilai angka-angka nominal semata, kepintaran anak dinilai manakala mampu menghafal materi-materi yang sudah ditentukan berdasarkan bahan ajar yang ada dan batasan-batasan yang sudah dipersiapkan secara terukur dan terstruktur menurut aturan yang sangat sempit dan sangat minim terhadap ruang dialog-interaktif antar guru dan peserta didik. Oleh karena itu, hadirnya pemikir kritis sebagaimana Paulo Freire, merupakan upaya memperjuangkan pendidikan menuju sebuah perubahan nyata agar pendidikan tidak hanya sekedar mempersiapkan robot-robot mekanik masa depan melainkan mampu melahirkan manusia-manusia pembawa perubahan menuju masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban.