Articles
Review Literatur Penilaian Rekod di Lembaga Arsip, Universitas, dan Warisan Budaya
Gani Nur Pramudyo;
Nina Mayesti
Diplomatika: Jurnal Kearsipan Terapan Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Kearsipan, DBSMB SV UGM
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/diplomatika.61457
Penilaian berurusan dengan proses memilah dan memberikan nilai kepada rekod serta akuisisi dengan menambah dan menyimpan rekod secara permanen. Terdapat berbagai jenis metodologi penilaian yang dapat diterapkan oleh lembaga seperti pendekatan berbasis nilai, analisis fungsional dan model penilaian makro serta hibridisasi. Penilaian telah mendefinisikan peran dalam fungsi manajemen rekod dan informasi terkini selain penggunaannya untuk memilih bahan untuk pemeliharaan jangka panjang. Penilaian terjadi dalam konteks, bisa sederhana atau kompleks dan mungkin memiliki kekhasan yang berbeda dari satu lembaga. Penelitian ini bertujuan membahas kajian penilaian rekod di lembaga arsip, universitas dan warisan budaya dengan mereview literatur secara mendalam. Penilaian di lembaga berbeda menunjukkan keragaman lokus dan fokus penilaian. Penilaian dapat berfokus pada medium rekod, seperti kertas atau elektronik. Penelitian ke depan dapat membahas penilaian rekod dalam konteks kelembagaan swasta (private sector) dan dapat berfokus pada contoh rekod dan medium yang digunakan. Penggunaan sistem penilaian rekod, implementasi kebijakan dan aspek sosio teknis penilaian rekod.
Penilaian Makro Arsip: Dasar Hukum, Metode dan Implementasinya
Ursa Agniya;
Nina Mayesti
Diplomatika: Jurnal Kearsipan Terapan Vol 4, No 1 (2020): Volume 4 No 1 2020
Publisher : Program Studi Kearsipan, DBSMB SV UGM
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/diplomatika.61840
Penilaian arsip merupakan salah satu kegiatan utama dalam sistem pengelolaan arsip. Meski tidak dijelaskan secara langsung, penilaian arsip di Indonesia dilakukan dalam rangka melakukan kegiatan penyusutan arsip, maka dari itu dalam melakukan penilaian arsip haruslah berpedoman pada undang-undangan yang berlaku. Penilaian makro arsip merupakan penilaian yang bersifat top-down dimana arsiparis atau pengelola arsip tidak lagi menilai arsip sebagai sebuah akhir dari proses kegiatan organisasi atau bottom-up. Penilaian makro merupakan sebuah pendekatan untuk penilaian arsip dan membahas mengenai teknik penilaian dan penilaian makro pada tingkat teoritis yang tujuan utamanya bukan wacana teoritis tetapi lebih ke eksplorasi metodologi. Dalam implementasinya, arsiparis banyak yang menerapkan metodologi penilaian makro namun kebanyakan melakukan modifikasi dalam penerapan yang sebenarnya. Singkatnya, sebagian kecil arsiparis arsip publik telah secara sadar dan berhasil menerapkan pendekatan ini secara teoritis konsisten. Terlepas dari hasil untuk saat ini, karakter implementasi penilaian makro menimbulkan pertanyaan apakah teori penilaian makro dengan sendirinya merupakan dasar yang kuat untuk standardisasi.
Pelaksanaan Penyusutan Arsip Inaktif di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bekasi
Sarindi Rembulan;
Nina Mayesti
Diplomatika: Jurnal Kearsipan Terapan Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Kearsipan, DBSMB SV UGM
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/diplomatika.63067
Artikel ini membahas tentang penyusutan arsip inaktif di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bekasi (Disarpusda Kota Bekasi). Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan arsip inaktif adalah penyusutan arsip. Penyusutan arsip dilakukan untuk mengurangi jumlah arsip di unit kerja dengan menilai arsip yang masih diperlukan dan memusnahkan arsip yang sudah tidak diperlukan lagi. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai pelaksanaan penyusutan arsip inaktif di Disarpusda Kota Bekasi. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif berbentuk studi kasus. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan penyusutan arsip inaktif di Disarpusda Kota Bekasi dilakukan dengan cara pemindahan arsip inaktif ke pusat arsip berdasarkan JRA serta penyerahan arsip statis ke LKD. Namun Disarpusda Kota Bekasi masih belum melaksanakan pemusnahan arsip karena tidak adanya anggaran. Sementara itu terdapat hambatan dalam penyusutan arsip yaitu kurangnya sosialisasi dan pembinaan dari LKD ke OPD mengenai pentingnya penyerahan arsip statis.
Tinjauan literatur argumentatif tentang kepemilikan data arsip digital non-fungible token (NFT) pada teknologi blockchain
Achmad Fachmi;
Nina Mayesti
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi Vol 18 No 1 (2022): June
Publisher : Perpustakaan Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/bip.v18i1.3989
Introduction. NFT scheme is used to certify the authenticity of digital records. It is also to provide a code for the original (genuine) data recorded on the blockchain. NFT creates a single data that cannot be duplicated in digital records. The misuse of NFT authentication to illegally certify other people's data have become a problem. Data Collection Methods. This study used an argumentative literature review with a qualitative approach. It used literature data sources from various fields related to the basic concepts of archival science as a basic analysis. Data Analysis. The analysis process consisted of several stages, namely reading the reviewed literature, summarising, analysing, and synthesising them critically and deeply. Results and Discussion. The concept of development related to data ownership issues can be formulated by collaborating with user communities, developers, and digital service designers (ecosystems). As a preventive measure, understanding the logistical consequences of data security threats was very helpful. This included authenticity, integrity, confidentiality, and authorisation, they served as important points to reduce risk. Conclusion. The NFT concept continues to develop dynamically. A more in-depth study and the involvement of archival science are necessary, thus, NFT scheme can build trust in digital records regarding the issue of data ownership.
Paradigma Baru Kompetensi Arsiparis Dalam Menghadapi Era Digital
Trina Nur Faturohmah;
Nina Mayesti
Al Maktabah : Jurnal Kajian Ilmu dan Perpustakaan Vol 6, No 2 (2021): DESEMBER
Publisher : Pusat Perpustakaan IAIN Bengkulu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29300/mkt.v6i2.5708
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat membawa dunia pada perubahan dimana era ini ditandai dengan melimpahnya data dan informasi. Namun, kemajuan ini tidak serta merta memberi peluang yang mudah bagi arsiparis untuk berkembang. Pandangan profesi arsiparis saat ini masih kurang familiar di mata masyarakat Indonesia, oleh karenanya muncul tuntutan akan pengembangan kompetensi arsiparis atau kemampuan baru yang harus dimiliki untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode literature review atau tinjauan pustaka. Ada tiga poin penting yang dibahas dalam artikel ini yaitu memahami kompetensi arsiparis, transformasi kearsipan di era digital, dan mempersiapkan kompetensi arsiparis dalam menghadapi era digital.Kata kunci : kompetensi, arsiparis, transformasi, era digital.
ANALISIS KINERJA INLISLITE V.3.1 SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN PANRB
Nur Sanny Rahmawati;
Nina Mayesti
Jurnal Imam Bonjol: Kajian Ilmu Informasi dan Perpustakaan Vol 5, No 1 (2021): Edisi 1
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15548/jib.v5i1.110
This article discusses the performance analysis of INLISLite which is used in the Kementerian PANRB’s Library as a retrieval system. This article aims to identify the performance of the INLISLite used in the Kementerian PANRB’s Library. The approach used in this research is descriptive qualitative with participatory observation methods. Furthermore, the aspects analyzed in the object of this study are recall, precision, and response time from the INLISLite of the Kementerian PANRB’s Library. The results obtained by the recall value ranged from 0.928 to 1, while the precision value was in the range 0.76 to 1 which was obtained through a simple search. Additionally, the average response time obtained based on searching through collection titles is 0.206 seconds. Meanwhile, for tracing through the subject, the response time obtained was 0.214 seconds. Even though the system is quite effective, there are still shortcomings in terms of features such as the absence of live chat with librarians so that it does not provide alternative options for users to communicate.
PENYEBERANGAN METADATA (METADATA CROSSWALKS): ISAD (G), PERKA ANRI 21/2011, ISO 23801, RiC DAN DUBLIN CORE DI PERSIMPANGAN
Gani Nur Pramudyo;
Nina Mayesti
Khazanah: Jurnal Pengembangan Kearsipan Vol 15, No 2 (2022): November 2022
Publisher : Arsip Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/khazanah.74678
The aims of this study are to identify and describe crosswalks that perform and develop in SIKN and JIKN at National Archives of the Republic of Indonesia. This study uses a qualitative approach with a case study. Data was collected by online interviews on June-August 2021 and collecting documents. The results show that implementation and metadata development is related to international communities such as ICA and ISO. Analysis of metadata properties shows that metadata and description elements have similarity and different meanings, optional and mandatory elements, multilevel description, application profile that contains 4 ICA standards, inconsistencies metadata value, and did not use subject vocabularies and thesaurus. The metadata obstacle is the lack of archival information from SIKN, harvested archives is just an item, a method for metadata import/export performed manually thus metadata is not up to date in JIKN. Metadata crosswalks produce table of metadata mapping from ISAD (G), Regulatory chief of ANRI 21/2011, ISO 23801, and RiC to Dublin Core. They show the the similarities and differences metadata elements and description that was developing in archival tradition. The study suggests that ANRI adopt Indonesia Onesearch to develop metadata harvesting for SIKN and JIKN. Moreover, ANRI needs to create controlled vocabulary and perform certification for designing SIKN and operating JIKN
PRINSIP ETIKA DAN TATA KELOLA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI (TI)
Lisnada Kusumawati;
Nina Mayesti
Jurnal Imam Bonjol: Kajian Ilmu Informasi dan Perpustakaan Vol 6, No 1 (2022): Edisi 1
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15548/jib.v6i1.183
Keberhasilan tata TI dalam organisasi sangat konsisten dalam menerapkan TI dengan tujuan organisasi dan membutuhkan audit teknologi informasi. Audit TI tujuannya adalah untuk memperbaiki poin-poin kunci atau masalah yang sering terjadi dalam proses produksi yang ada di dalam organisasi. Artikel ini menggunakan metode studi pustaka dengan pengumpulan informasi untuk mempelajari serta memahami teori dari pelbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian. Keutamaan dari aktivitas dalam perguruan tinggi sesuai dengan fungsi utamanya, sebagai penyelenggara pendidikan salah satunya layanan akademik. Pelaksanaan layanan akademik berbasis TI.Berangkat wujud Corporate Governance, Pemerintah Kota Surabaya guna mewujudkan tujuan menjadi pemerintah kota yang profesional, akuntabel dan transparan. Evaluasi tingkat kapabilitas proses dilihat dari hasil yang melebihi, terdapat 3 proses, diantaranya: (1) Pengelolaan Operasional; (2) Pengelolaan Masalah; dan (3) Pengelolaan Keamanan. Layanan tersebut mencapai level 1 (performed process) dengan kategori atribut process performance mencapai sebagian besar yang dicapai.Penerapan COBIT 5 dengan variabel EDM, dan MEA memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kualitas layanan pada Universitas Trilogi yang diberikan melalui sistem informasi akademik, sedangkan variabel DSS tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas layanan pada Universitas Trilogi yang diberikan melalui sistem informasi akademik. Layanan tersebut mencapai level 1 (performed process) dengan kategori atribut process performance mencapai sebagian besar yang dicapai. Penerapan COBIT 5 dengan variabel EDM, dan MEA memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kualitas layanan pada Universitas Trilogi yang diberikan melalui sistem informasi akademik, sedangkan variabel DSS tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas layanan pada Universitas Trilogi yang diberikan melalui sistem informasi akademik.Layanan tersebut mencapai level 1 (performed process) dengan kategori atribut process performance mencapai sebagian besar yang dicapai. Penerapan COBIT 5 dengan variabel EDM, dan MEA memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kualitas layanan pada Universitas Trilogi yang diberikan melalui sistem informasi akademik, sedangkan variabel DSS tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas layanan pada Universitas Trilogi yang diberikan melalui sistem informasi akademik.
PENGGUNAAN DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION OLEH PERPUSTAKAAN AKADEMIK DI INDONESIA
Stanley Dethan;
Nina Mayesti
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN (JIPER) Vol. 4, No. 2 (2022): September
Publisher : Unversitas Muhammadiyah Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31764/jiper.v4i2.10362
Pustakawan di Indonesia sering berasumsi bahwa sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan di perpustakaan akademik di Indonesia adalah Sistem Klasifikasi Desimal Dewey (DDC), namun asumsi tersebut belum didasari oleh data statistik yang valid. Untuk memberikan data statistik yang valid, peneliti mensurvei 100 perpustakaan akademik terbaik di Indonesia melalui katalog daring (OPAC). Temuan menunjukkan bahwa penggunaan Dewey masih menjadi pilihan utama di Indonesia. Penemuan ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Amerika Serikat, Inggris dan Turki. Mayoritas Perpustakaan Akademik di Amerika, Inggris dan Turki telah meninggalkan sistem klasifikasi DDC dan memilih beralih ke sistem Library of Congress Classification (LCC). Informasi ini diharapkan dapat membantu mendukung keputusan reklasifikasi perpustakaan akademik.
Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan: Representasi dalam Film Indonesia Era 2000-an
Nina Mayesti;
Aprinus Salam;
Ratna Noviani
LIBRARIA : Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi Volumen 6, Nomor 2, Tahun 2017 (Desember 2017)
Publisher : FPPTI Jawa Tengah
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (342.004 KB)
melihat gambaran implementasi teknologi informasi di perpustakaan. Film Indonesiadi era 2000-an menjadi objek yang menarik untuk dikaji dan dikaitkandengan perkembangan dunia perpustakaan di era milenium ketiga. Artikel inimengkaji implementasi teknologi informasi di perpustakaan yang direpresentasikandalam 5 (lima) judul film Indonesia yang rilis pada era tahun 2000-an.Menggunakan paradigma kajian budaya dan media, penelitian ini mengkajibabak-babak dalam film tersebut yang menampilkan adegan berlatar perpustakaanyang memuat gambaran implementasi teknologi informasi. Metodeyang digunakan untuk menganalisis sumber data adalah Analisis WacanaKritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi perpustakaan dalamfilm-film Indonesia yang dikaji masih dipengaruhi wacana mengenai perpustakaantradisional. Wacana tersebut masih terus menerus direproduksi dandikukuhkan melalui representasi dalam film. Tidak ada upaya pembaharuanwacana mengenai perpustakaan digital atau perilaku pengunjung yang sesuaidengan era milenium ketiga. Kalaupun ada komputer atau perangkat teknologiyang muncul dalam latar, nampak sebatas simbol untuk memperkaya unsurdekoratif film. Keberadaan teknologi dan budaya digital yang sudah menjadibagian dari perpustakaan, ternyata tidak dianggap sebagai hal yang penting