Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

PENGARUH PELATIHAN LARI 800 M DAN LARI 1500 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAKS) ., I Putu Astrawan; ., I Gst Lanang Agung Parwata,S.Pd, M.Kes; ., dr. Made Budiawan, S.Ked.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v2i1.2659

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m terhadap VO2Maks pada siswa putra ekstrakurikuler atletik SMA Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan the nonrandomized control group pretest posttest design. Subyek penelitian ini adalah siswa putra ekstrakurikuler atletik yang berjumlah 30 orang. VO2Maks diukur dengan test bleeps (MFT). Data dianalisis dengan uji anava satu jalur taraf signifikansi α = 0,05 bantuan komputer program SPSS 16,0. Hasil analisis data menggunakan uji anava satu jalur pada variabel VO2Maks diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α = 0,05 sebesar 0,00 sehingga hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m terhadap peningkatan VO2Maks, diterima. Berdasarkan hasil uji LSD, pelatihan lari 800 m berpengaruh terhadap peningkatan VO2Maks dengan mean difference 0,76, pelatihan lari 1500 m berpengaruh terhadap peningkatan VO2Maks dengan mean difference 1,75, dan pelatihan lari 1500 m mempunyai pengaruh lebih baik daripada lari 800 m terhadap peningkatan VO2Maks dengan mean difference 0,99. Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa; pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m berpengaruh terhadap peningkatan VO2Maks, terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan lari 800 m dan 1500 m terhadap peningkatan VO2Maks, dan pelatihan lari 1500 m lebih baik pengaruhnya dibandingkan lari 800 m terhadap peningkatan VO2Maks. Kata Kunci : pelatihan lari 800 m, pelatihan lari 1500 m, VO2Maks. This study was to investigated the effect of 800 m and 1500 m running maximum oxygen volume (VO2Max) of male students who join athletic extracurricular in SMA Negeri 3 Singaraja in the academic year of 2013/2014. This research was designed quasi-experimentally in which the nonrandomized control group pretest posttest design was used. 30 male students who joined athletic extracurricular were selected as the sample of this study. VO2Max was measured by using bleeps test (MFT). The data was analyzed by using one way anova in which the significant level is (α) = 0.05 which then was analyzed by using SPSS 16.0. The result of data analysis which employed one way anova test on VO2Max variable was obtained the significant value is 0.00 which was less than (α) = 0.05 so that the hypothesis which stated that there was different effect between 800 m and 1500 m running training on the improvement of VO2Max could be accepted. Based on the result of LSD test, 800 m running training affected the improvement of VO2Max which the mean difference was 0.76. Also, 1500 m running training affected the improvement of VO2Max which the mean difference was 1.75. However, 1500 m running training affected better rather than 800 running training toward the improvement of VO2Max which the mean difference was 0.99. Based on the result of data analysis and the discussion, it can be concluded that 800 and 1500 m running training affect the improvement of VO2Max. However, there is a different effect between run 800 and 1500 m running training toward the improvement of VO2Max. 1500 m running training affect better rather than 800 m running training. keyword : 800 m running training, 1500 m running training, VO2Max.
PELATIHAN LARI 800 M DAPAT MENINGKATKAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAKS) PADA SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER ATLETIK SMA NEGERI 3 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2013/2014 I Putu Astrawan
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 2 (2020): Volume 8, No. 2, Mei 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.787 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i02.p04

Abstract

Pendahuluan: Pelatihan fisik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat kebugaran fisik dilihat dari kemampuan VO2Maks. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pelatihan lari 800 m meningkatkan VO2Maks. Metode: Jenis penelitian eksperimen dengan rancangan the randomized pretest posttest control group design. Jumlah Sampel penelitian 20 orang dibagi 2 kelompok. Kelompok 1 diberikan pelatihan lari 800 m sedangkan Kelompok 2 sebagai kelompok kontrol, frekuensi tiga kali latihan seminggu dalam empat minggu. VO2Maks diukur dengan instrumen Bleeps Test (MFT). Hasil: Uji normalitas dan homogenitas data menunjukkan distribusi data normal dan homogen. Uji beda intra kelompok rerata VO2Maks diuji dengan uji t-paired. Hasil uji t-paired test sebelum dan sesudah perlakuan, Kelompok 1 dan 2 berbeda bermakna (p<0,05). Pada Kelompok 1, VO2Maks (L/m) rerata sebelum pelatihan 25,75 dan rerata sesudah pelatihan 49,14 dengan selisih 23,39 persentase peningkatan 90%. Sedangkan Pada Kelompok 2, VO2Maks rerata sebelum pelatihan 25,70 dan rerata sesudah pelatihan 27,11 dengan selisih 1,41 persentase peningkatan 5%. Hasil VO2Maks kedua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan diuji t-independent test. Rerata VO2Maks kedua kelompok sebelum pelatihan p=0,95 (p>0,05) dan sesudah pelatihan p=0,00 (p<0,05). Hal ini menunjukkan kelompok 1 dan 2 memberi pengaruh peningkatan (p<0,05). Namun peningkatan bahwa kelompok 1 lebih baik daripada kelompok 2. Kesimpulan: pelatihan lari 800 m meningkatkan VO2Maks.
PELATIHAN FOOTWORK BULUTANGKIS 10 REPETISI 2 SET LEBIH BAIK DIBANDINGKAN 5 REPETISI 4 SET UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN I Putu Astrawan; N Adiputra; I Made Jawi
Sport and Fitness Journal Volume 4, No. 2, 2016
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.176 KB)

Abstract

The teaching of basic movements in badminton are now rather directed to the way of walk orfootwork. This research is aiming to learn about the influence of “footwork” training to theimprovement of leg muscles and agility. This experimental research is designed to use therandomized pretest posttest control group design. The research is based on 42 malebadminton students bimpres of the university “UNDIKSHA”, split into 2 groups. Bothgroups were given different training methods, exercising 3 times a week for 6 weeks altogether. Group 1 was given the “footwork” exercise 10 repetitions 2 sets and group twowas given the “footwork” exercise 5 repetitions 4 sets. The leg muscle strength was measuredwith a leg dynamometer and the agility with the zigzag run test. The result of the intergroupt-paired test before and after the training shows group 1 and group 2 (p<0.05). For group 1,the leg muscle strength (kg) and agility (second) was in the average 114.19±33.13 &7.78±0.34 and after the training 183.19±33.56 & 7.28±0.28 with a difference of 69 & 0.50and with an increase 60% and 7%. On the other hand, for group 2 the leg muscle strengthand agility before the training was in the average 113.05±31.30 & 7.74±0.38 and after thetraining 141.10±34.91 & 7.59±0.31 with a difference 28.05 & 0.15 and with an increase of25% and 2%. The increase of the leg muscle strength and agility between both the groupsbefore and after the training was tested with the t-independent test with a significant score of? =0.05. The average leg muscle strength and agility for both the groups before the trainingwas p = 0.90 & 0.78 (p>0.05) and after the training p = 0.00 & 0.00 (p<0.05). The conclusionis training badminton footwork 10 repetition 2 sets better than 5 repetition 4 sets for theimprovement of leg muscle strength and agility.
Senam SKJ 2004 SENAM SKJ 2004 TRAINING CAN IMPROVE PHYSICAL FITNESS I Putu Astrawan; I Putu Prisa Jaya
Sport and Fitness Journal Vol 10 No 1 (2022): Volume 10, No. 1, January 2022
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2022.v10.i01.p05

Abstract

Physical training is useful so that the body does not quickly experience excessive fatigue during strenuous physical activity, prevents degenerative diseases and improves health status. Physical training has an important role to maintain and improve the degree of physical fitness during this COVID-19 pandemic. This study aims to determine the Senam 2004 SKJ gymnastics training can improve physical fitness. This type of research is experimental with the randomized pretest posttest control group design. The sample of this study was 20 students of the Physiotherapy Study Program divided into 2 groups. Group 1 was given SKJ 2004 gymnastics training and Group 2 as a control group, with a frequency of exercise 3 times a week for 6 weeks. The component of physical fitness in this case is VO2Max measured by the Bleeps Test (MFT) instrument. The results of the study on age, height, weight and BMI were analyzed descriptively in both groups. Test the normality of the data using the Shapiro-Wilk Test and test the homogeneity of the data using the Levene Test. Intra-group differences in the mean of VO2Max were tested by paired t-test. The results of the different test with t-paired before and after training, the results obtained in Group 1 and Group 2 were significantly different (p <0.05). The results of the VO2Max test between the two groups before and after the training were tested using the t-independent sample test. The average VO2Max in both groups before training with p value = 0.27 (p>0.05) and after training with p value = 0.00 (p<0.05). In Group 1, the average VO2Max (L/m) before training was 26.45 and the average after training was 38.54 with a difference of 12.09 and a percentage increase of 45.70%. Meanwhile in Group 2, the average VO2Max before training was 25.51 and the average after training was 27.52 with a difference of 2.06 and the percentage increase was 8.07%. This shows that the treatment of group 1 and group 2 both gave a change effect. However, the improvement in group 1 was better than group 2. It was concluded that SKJ gymnastics training can improve physical fitness.
HUBUNGAN Q-ANGLE DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA DENGAN DIAGNOSIS OSTEOARTRITIS LUTUT DI PUSKESMAS TEGALLALANG I Ni Wayan Teza Andika; I Putu Astrawan; Komang Tri Adi Suparwati; Ida Ayu Ratih Wulansari Manuaba
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 5 No. 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v5i2.2551

Abstract

Latar Belakang: Osteoartritis lutut merupakan proses degeneratif pada lanjut usia 60 tahun ke atas. Keluhan utama adalah nyeri lutut, kekakuan, keterbatasan gerak sendi, penurunan fleksibilitas dan kekuatan otot, hingga menyebabkan abnormalitas alignmen lutut. Terjadinya abnormalitas alignmen menyebabkan distribusi tekanan yang lebih tinggi pada sendi sehingga akan mengakibatkan ketidakstabilan pada patella akibatnya terjadi kelemahan pada otot quadriceps femoris yang mengakibatkan terjadi penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan dinamis. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Q-angle dengan keseimbangan dinamis pada lanjut usia dengan diagnosis osteoartritis lutut di Puskesmas Tegallalang I. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi potong lintang yang dilakukan pada 15 Maret sampai 9 April 2021 dengan populasi lanjut usia yang di diagnosis osteoartritis lutut yang telah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Responden dipilih dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan bentuk purposive sampling, berdasarkan rumus besar sampel didapatkan 38 responden. Pengukuran Q-angle dengan menggunakan goniometer dan keseimbangan dinamis menggunakan time up and go test. Hasil: Hasil penelitian menunjukan analisis hubungan antara Q-angle dengan keseimbangan dinamis pada lanjut usia dengan diagnosis osteoartritis lutut dengan uji pearson dengan hasil p sebesar 0,003 (p<0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,476 (r>0,05) yang menunjukkan hubungan yang kuat. Simpulan: Terdapat hubungan antara Q-angle dengan keseimbangan dinamis pada lanjut usia dengan diagnosis osteoartritis lutut.
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KUALITAS HIDUP DAN VO2MAKS PADA LANJUT USIA DI BANJAR KEMULAN DESA JAGAPATI KECAMATAN ABIANSEMAL BADUNG I Gusti Ayu Anjali Diah Prameswari; I.A. Pascha Paramurthi; I Putu Astrawan
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6 No. 3 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v6i3.5678

Abstract

Setiap tahunnya penduduk diindonesia khususnya lanjut usia semakin meningkat dimana kondisi ini akan berdampak pada penurunan fisik yang terjadi oleh karena bertambahnya usia sehingga kemampuan fisik akan berkurang dan menimbulkan perubahan bentuk tubuh. Perubahan bentuk tubuh baik diikuti dengan penumpukan lemak (Overweight dan Obesitas) maupun kekurangan gizi (Underweight) dapat mempengaruhi kualitas hidup dan VO2Maks pada lanjut usia. Perubahan kualitas hidup terjadi dikarenakan oleh nilai IMT yang tinggi dan rendah dari normal yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan lansia yang akan rentan terhadap penyakit tertentu dan menular sedangkan VO2Maks berubah dikarenakan oleh penumpukan lemak pada kondisi overweight dan obesitas dapat memberikan beban berat pada saat pengambilan oksigen oleh otot-otot yang bekerja dan pada kondisi Underweight akan meningkatkan risiko terkena infeksi saluran pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kualitas hidup dan VO2Maks pada lanjut usia. Penelitian ini adalah cross sectional study dengan teknik total sampling dan penelitian ini dilakukan di Banjar Kemulan Desa Jagapati Kecamatan Abiansemal Badung pada tanggal 1 Mei 2022. Sampel penelitian berjumlah 62 orang. Massa tubuh diukur menggunakan rumus Standar BMI, kualitas hidup diukur menggunakan WHOQOL-OLD dan VO2Maks diukur menggunakan 6MWT dengan panjang lintasan 25 meter. Berdasarkan uji analisis rank spearman p 0,000 (p<0,001) dengan nilai r= -0,524 dan r= -0,593 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna dan kuat antara IMT dengan kualitas hidup dan VO2Maks pada lanjut usia.
HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PRIA DEWASA AWAL (20 – 40 TAHUN) DI DESA TAMPAKSIRING, KECAMATAN TAMPAKSIRING I Wayan Wiraguna; I Putu Astrawan; Komang Tri Adi Suparwati
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6 No. 3 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v6i3.5887

Abstract

Merokok merupakan suatu aktivitas menyalakan, meresap dan atau menghidu olahan tembakau yang dikemas dalam bentuk rokok. Derajat merokok adalah perkalian jangka waktu merokok dalam tahun dengan jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap. Semakin berat derajat merokok seseorang maka akan menyebabkan gangguan struktur dan fungsi sistem pernapasan, sehingga mempengaruhi nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan derajat merokok dengan nilai arus puncak ekspirasi pada pria dewasa awal usia 20 – 40 tahun di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Penelitian ini dilakukan pada 15 – 30 Mei 2022 dengan menggunakan rancangan penelitian potong lintang dan pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan bentuk purposive sampling didapatkan sebanyak 52 responden yang telah memenuhi kriteria eksklusi serta inklusi. Pengukuran derajat merokok menggunakan Indeks Brinkman (IB) dan APE dengan alat Peak Flow Meter (PFM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 52 responden pria dewasa awal didapatkan hasil analisis hubungan derajat merokok dengan nilai arus puncak ekspirasi dengan uji pearson didapatkan hasil nilai p = 0,000 (p < 0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,623 (p > 0,05) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang kuat kearah yang berlawanan antara derajat merokok dengan nilai arus puncak ekspirasi pada pria dewasa awal usia 20 – 40 tahun. Bagi peneliti selanjutnya disarankan dapat memperhatikan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi nilai APE pada pria dewasa awal, serta hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk peneliti selanjutnya.
Training Badminton Footwork Ten Repetitions Two Sets Better Than Five Repetitions Four Sets for The Improvement of Leg Muscle Strength I Putu Astrawan; I Putu Prisa Jaya
Physical Therapy Journal of Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): January-June 2021
Publisher : Universitas Udayana dan Diaspora Taipei Medical University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/ptji.v2i1.18

Abstract

Background: Footwork training is important in coaching basic movements in badminton. This research aims to learn about the influence of footwork training on improving leg muscles strength. Methods: The study used a randomized pretest-posttest control group design. The participants consisted of 42 male badminton players of Universitas Pendidikan Ganesha, Bali, Indonesia, who split into two groups of footwork training (ten repetitions two sets (group 1) and five repetitions with four sets (group 2)). The coach gave the footwork exercise three times per week for 6 weeks to each group and measured the leg muscle strength using the dynamometer test. Results: The result of the within-group paired T-test before and after the training shows group 1 and group 2 (p<0.05). For group 1, the mean of leg muscle strength was 114.19±33.13 kg before the training and 183.19±33.56 kg after the training, with an increase of 60% (69 kg). On the other hand, for group 2, the mean score of leg muscle strength before the training was 113.05±31.30 kg and after the training was 141.10±34.91, with an increase of 25% (28 kg). The leg muscle strength difference between the groups before and after the training was tested using the independent T-test with a significant α=0.05. Comparing the differences of leg muscle strength for both the groups before the training was p= 0.90, and after the training was p=0.00. Conclusion: The conclusion is training badminton footwork ten repetition two sets better than five repetitions four sets to improve leg muscle strength.
The Correlation of Cognitive and Functional Ability among Elderly Gede Budhi Artha Yoga; I.A Pascha Paramurthi; I Putu Astrawan
Physical Therapy Journal of Indonesia Vol. 2 No. 2 (2021): July-December 2021
Publisher : Universitas Udayana dan Diaspora Taipei Medical University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/ptji.v2i2.34

Abstract

Background: Elderly is someone who has reached the age of 60 years and over. Increasing age will experience changes in the structure and physiology of the brain, which will affect cerebral blood flow and metabolism, which will affect the decline in cognitive function. The cognitive impairment will have a negative impact on the process of thinking, remembering, and processing information. Objective: To determine the relationship between cognitive and functional abilities in the elderly. Methods: A cross-sectional study was conducted on April 2021 with a population of elderly who met the inclusion and exclusion criteria. The elderly selected by purposive sampling obtained 52 samples. Cognitive measurement using MMSE and functional ability with IADL Lawton. Data were analyzed using a computer's Somers' d test to determine the relationship between cognitive and functional abilities. Results: Analysis of the relationship between cognitive and functional abilities of 52 elderly using Somers'd showed a p-value of 0.001 (p<0.005) which reported a significant relationship between cognitive and functional abilities. Conclusion: there was a relationship between cognitive and functional abilities in the elderly.
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KUALITAS TIDUR DAN FUNGSI KOGNITIF PADA KELOMPOK LANSIA DHARMA SENTANA, BATUBULAN I Made Dhita Prianthara; I.A Pascha Paramurthi; I Putu Astrawan
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 17, No 2 (2021): JURNAL ILMIAH KESEHATAN KEPERAWATAN
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jikk.v17i2.628

Abstract

Peningkatan jumlah populasi lansia menyebabkan semakin banyak masalah kesehatan yang akan dialami oleh lansia yang disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik seperti gangguan kualitas tidur dan penurunan fungsi kognitif. Seiring dengan pertambahan usia dan berkurangnya aktivitas fisik, semakin besar kemungkinan seseorang mengalami gangguan kualitas tidur dan penurunan fungsi kognitif. Aktivitas fisik yang rutin dilakukan oleh lansia dapat mencegah terjadinya gangguan kualitas tidur dan mencegah penurunan fungsi kognitif. Semakin meningkat aktivitas fisik maka semakin meningkat kualitas tidur dan fungsi kognitif pada lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik terhadap kualitas tidur dan fungsi kognitif pada kelompok lansia Dharma Sentana, Batubulan. Penelitian ini adalah cross sectional study dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian dilakukan di kelompok lansia Dharma Sentana, Batubulan. Sampel penelitian ini berjumlah 50 orang lansia. Aktivitas fisik diukur dengan International Physical Activity Scale (IPAQ), kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan fungsi kognitif diukur dengan Mini-Mental State Examination (MMSE). Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan nilai p=0,007 yang artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur dan nilai p=0,000 yang artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif. Simpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap kualitas tidur dan fungsi kognitif pada kelompok lansia Dharma Sentana, Batubulan. Kata kunci: Lansia, Aktivitas Fisik, Kualitas Tidur, Fungsi Kognitif