Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

STUDI RASIONALISASI STASIUN PENGUKUR CURAH HUJAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BELAWAN Achmad Syarief
Jurnal Teknik Sipil USU Vol 6, No 1 (2017): JURNAL TEKNIK SIPIL USU VOLUME 6 NO. 1 TAHUN 2017
Publisher : Jurnal Teknik Sipil USU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Stasiun pengukur Curah Hujan sangat dibutuhkan. Data curah hujan sangat penting dalam analisis hidrologi. Tujuan dari setiap pengukuran curah hujan suatu lokasi adalah untuk memperolehdata yang benar-benar mewakili lokasi tersebut. Dalam melakukan pengukuran curah hujan terdapatbeberapa pertimbangan antara lain adalah bagaimana menentukan lokasi alat penakar hujan tersebutagar dapat mewakili daerah yang diinginkan guna menghitung curah hujan suatu area. Daerah AliranSungai (DAS) Belawan terletak pada provinsi Sumatera Utara mempunyai luas wilayah 460km.Dalam menganalisa DAS Belawan meliputi analisis jumlah alat yang efesien untuk penakar hidrologi, Mengetahui Kualitas data hidrologi, Meninjau dan mengetahui kondisi, lokasi perletakanalat pos hidrologi. Data yang digunakan adalah data primer  diperoleh dengan cara mengukur jarakpos hujan yang sudah ada agar lebih akurat dan data sekunder yang diperoleh dari Instansi terkait.  Untuk pengukuran kerapatan jaringan stasiun hujan pada DAS Belawan, metode digunakanadalah metode Kagan. Perhitungan kerapatan menggunakan metode Kagan ini dimulai denganmenggunakan koefisien korelasi antar stasiun hujan untuk curah hujan bulanan. Sebelum data curahhujan masing masing dipakai, terlebih dahulu harus melewati pengujian untuk kekonsistenan datatersebut dengan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Dari hasil pengujian dengan metodetersebut menghasilkan jumlah dan pola penempatan stasiun hujan yang optimal sehingga memenuhipersyaratan  dan diperoleh hasil data yang akurat. Hasil analisis perhitungan pada DAS Belawan terdapat 3 stasiun aktif dan data yang dihasilkankonsisten. Perhitungan dengan Metode Kagan tidak perlu penamhan jumlah stasiun hujan karenaBerdasarkan pedoman WMO (World Meteorological Organitation) untuk daerah tropik sepertiIndonesia, dalam keadaan normal kerapatan minimum sebesar 100-250 Km/stasiun. Kata kunci : Stasiun hujan, Pos Hujan, Kesalahan Perataan, Metode Kagan.
KAJIAN PENGGUNAAN PONSEL CERDAS BERDASARKAN PROFESI PENGGUNA DI WILAYAH PEDESAAN Agatha Dinarah, S.R.; Achmad Syarief; Irfansyah Irfansyah
Jurnal Sosioteknologi Vol. 16 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2017.16.1.9

Abstract

Kebijakan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo, 2015) terkait Program Desa Broadband Terpadu, bertujuan untuk mengakomodir aktivitas masyarakat di pedesaan dengan bantuan teknologi digital. Program tersebut menyasar pada pengguna tingkat pemula terkait pemahamannya dalam mengoperasikan ponsel cerdas. Di lain pihak, perbedaan tingkat pemahaman yang dipicu oleh kompleksitas fungsi pada ponsel cerdas, memungkinkan timbulnya perbedaan persepsi dan ekspektasi terhadap produk tersebut. Pengadaan Program Desa Broadband Terpadu memunculkan permasalahan desain perangkat dan aplikasi bergerak yang tepat guna bagi masyarakat pedesaan. Adapun pola konsumsi terhadap ponsel cerdas saat ini, tidak terbatas pada pemenuhan fungsionalitas produk semata, namun juga sebagai pemenuhan akan kebutuhan psikologis penggunanya. Rangkaian pengalaman terkait faktor psikologis pengguna inilah yang kemudian disebut dengan kualitas hedonik produk. Studi ini membahas persepsi terkait pengalaman pengguna berdasarkan kualitas hedonik produk pada pengguna ponsel cerdas Android di wilayah pedesaan, baik yang memiliki profesi tunggal maupun multi profesi. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif melalui teknik survei, dengan studi kasus di Desa Kedungrejo, Lumajang, Jawa Timur. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner terhadap 62 responden tingkat pemula. Hasil analisis dengan metode uji beda rata-rata dua sampel independen menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan persepsi antara pengguna dengan profesi tunggal dan multi profesi terkait pengalamannya saat berinteraksi dengan ponsel cerdas. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan desain aplikasi dan ponsel cerdas yang tepat sasaran untuk pengguna di wilayah pedesaan.
PENGALAMAN INTERAKSI TUNANETRA PENGGUNA APLIKASI ANDROID GO-JEK DAN GRAB Desideria Ristiani; Banung Grahita; Achmad Syarief
Jurnal Sosioteknologi Vol. 20 No. 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2021.20.1.11

Abstract

This study on the interactional experience of people who have visual impairments or disabilities in using Go-jek and Grab Android applications employs usability testing using mixed approach. It is an explanatory sequential design research; quantitative data were measured in time, number of errors, Single Ease Question (SEQ) questionnaire score and System Usability Scale (SUS) score. They were used to evaluate the usability level of the application, and finger mapping data and participant comments were used to find more specific problems in the design or look for user patterns. Usability evaluation was carried out on 6 sub-applications from Go-jek and Grab companies. Good grouping of visual elements and the completion of a small task makes usability perceptions increase. Yet, the design problems that make usability perception decrease are touch targets that are too small in size, bad visual element grouping, too many items in one page, and unfamiliar operational gestures. This research has also found that high usability score is not always determined by visual elements. Navigation behavior has an important role in making good usability perception in users with visual impairment. A problematic visual design could be considered a problem in one navigation method, but not in another.
Wacana Visual Talk Show ‘Mata Najwa’: Melihat Bahasa Tubuh Partisipan sebagai Kekuatan Visual Winny Gunarti W.W.,; Yasraf Amir Piliang; Achmad Syarief
PANGGUNG Vol 23, No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.492 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v23i4.149

Abstract

ABSTRACT Ahead of the 2014 election, political and social issues become topics that are often raised on the television talk shows. The existence of a talk show as visual discourse is interesting to study because it can influence public opinion on an issue which involves public figures. In addition to raising the popular issue, the talk show is also designed to perform a professional host and resource person who is in the issue. Mata Najwa talk show on Metro TV is one of the talk shows that features the visual power. By using the studio design as a talk space background, this program focuses on the visual power of Najwa Shihab as the host and resource person appearances where the body of participants become a construction of media to attract the audience’s attention. This study discusses one of epi- sodes of ‘Mendadak Capres’ that presents a public figure Rhoma Irama as resource person. Qualita- tive analysis with Social Semiotic approach puts participants  as part of discourse elements in the production.  The focus of discussion include visual signs which consist of facial expressions, hand gestures and body position of the host and the resource person to build their identity and power in the visual discourse of the conversation. The body language of participants becomes important because it can build the audience perception and support atmosphere for discussion. This study can also be a model  that the power of a talk show lies not only on the topic, but also on the visual power of the participants through their body language. Keywords: visual discourse, body language, and visual power  ABSTRAK Menjelang Pemilu 2014, isu sosial politik menjadi topik yang sering diangkat dalam pro- gram bincang-bincang  (talk show) di televisi. Keberadaan talk show sebagai sebuah wacana visual menarik untuk dikaji karena mampu mempengaruhi opini publik tentang suatu isu yang melibatkan tokoh publik. Selain mengangkat isu populer, tontonan bincang-bincang juga didesain menampilkan pembawa acara profesional serta narasumber yang tengah menjadi isu. Talk show Mata Najwa di Metro TV adalah salah satu tontonan bincang-bincang yang menampilkan kekuatan visual tersebut. Dengan menggunakan latar desain studio se- bagai ruang bincang-bincang, kekuatan visual dipusatkan pada penampilan Najwa Shihab selaku pembawa acara dan narasumber di mana tubuh partisipan menjadi bagian dari kon- struksi media untuk menarik perhatian penonton. Studi ini membahas salah satu episode‘Mendadak Capres’ yang menghadirkan figur publik Rhoma Irama sebagai narasumber. Analisis kualitatif dengan pendekatan Semiotika Sosial menempatkan  paritisipan sebagai bagian dari  elemen wacana di dalam produksi. Fokus pembahasan meliputi tanda-tanda visual yang terdiri dari ekspresi wajah, gerakan tangan serta posisi tubuh pembawa aca- ra dan narasumber untuk membangun identitas dan kekuasaan di dalam wacana visual perbincangan. Bahasa tubuh partisipan menjadi penting karena dapat membangun per- sepsi penonton dan mendukung suasana perbincangan. Studi ini sekaligus dapat menjadi sebuah model bahwa kekuatan tontonan bincang-bincang tidak hanya terletak pada topik, tetapi juga pada kekuatan visual partisipan melalui bahasa tubuh. Kata kunci: wacana visual, bahasa tubuh, dan kekuatan visual
Identitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh Nina Nurviana; Priyanto Sunarto; Achmad Syarief
Wimba : Jurnal Komunikasi Visual Vol. 4 No. 2 (2012)
Publisher : KK Komunikasi Visual & Multimedia Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2835.669 KB) | DOI: 10.5614/jkvw.2012.4.2.1

Abstract

"Oleh-oleh"has become an important thing to buy. "Oleh-oleh" package with prominent characteristic of the local culture can be found in a small number of "oleh-oleh" shops or stalls. This characteristic might be hard to find in other areas. Nowadays, the number of such packaging is still limited. With its various cultures, Indonesia should have become a great source of inspiration to develop packaging design"oleh-oleh". This background triggered the idea that "oleh-oleh" packaging design has great potential to be developed. Such "oleh-oleh" packaging can be considered to have a unique position for several reasons. In addition to its design, its existence in the area of tourism activities and cultural environment has been continually living side by side with the identity where it is marketed. "Oleh-oleh" packaging will be deeply assessed by using a combination method of qualitative and quantitative approaches. Qualitative approach is used to identify the physical and graphic of it. The theory underlining this study is a packaging design theory and theories related to the form of culture. To identify the character of the packaging, theory associated with uniqueness, exotics and emotions are employed. Making use of questionnaire, consumer perceptions of the design are collated. To identify the average opinion of the respondents, a quantitative approach with Semantic Differential assessment method is adopted. The study of the food "oleh-oleh" packaging which can be useful source in design planning, shows that: (1) form, materials and how to package are the aspects influencing the construction of the package; (2) cultural context viewed at the packaging is cultural context seen as exotics, nostalgic experience, visual experience, (3) recognition from consumers is needed to show evidence of physical experience to the place visited and the desire to collect (4) aspects of culture on the packaging can be considered as an opportunity to increase sales; (5) the efforts of food manufacturers in decorating the package is considered quite successful in highlighting the uniqueness and the attractiveness of the appearance.
INDIS STYLE SEBAGAI REPRESENTASI KEKUASAAN KADIPATEN MANGKUNEGARAN DI SURAKARTA Dhian Lestari Hastuti; Imam Santosa; Achmad Syarief
Gestalt : Jurnal Desain Komunikasi Visual Vol 2 No 2 (2020): Gestalt : Jurnal Desain Komunikasi Visual
Publisher : Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/gestalt.v2i2.66

Abstract

Dalam catatan sejarah, kekuasaan Mangkunegaran sangat dipengaruhi oleh berlakunya perjanjian Giyanti dan Salatiga. Kesepakatan tersebut secara langsung mempengaruhi hubungan status sosial dan kekuasaan Mangkunegaran menurut perspektif budaya Jawa. Berdasarkan penelitian pendahuluan, tidak diketahui hubungan antara kekuasaan dan bentuk fisik bangunan Pura Mangkunegaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola orientasi bangunan, penataan ruang, dan struktur fisik pura tersebut untuk mengetahui pola keterkaitannya dengan perubahan yang terjadi pada kekuasaan Mangkunegaraan sebagai pembawa tonggak suar budaya Jawa. Fokusnya adalah mengidentifikasi penampilan gaya dan bentukan fisik bangunan utama dan pendukung Pura Mangkunegaran. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan metode interaksi analitik dalam ranah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen, dilanjutkan dengan proses triangulasi untuk menjaga objektivitas proses analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status 'kadipaten' memposisikan penguasa Mangkunegaran untuk berpikiran terbuka, berpikiran maju dengan tetap memegang teguh budaya tradisional Jawa. Pembentukan gaya Hindia Belanda pada bangunan fisik Mangkunegaran merupakan bentuk akulturasi budaya Jawa dengan budaya barat (Eropa). Ini berfungsi sebagai cara raja-raja Mangkunegaran untuk menyeimbangkan peran kekuatan politik dan budaya dalam hubungan mereka dengan penguasa kolonial Hindia Belanda dan Kasunanan Surakarta.
Pengembangan Motif Batik Semarangan Menggunakan Tipografi sebagai Gagasan Visual Brian Alvin Hananto; Achmad Syarief; Agus Nugroho ujianto
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 1 No. 1 (2018): Jurnal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.225 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v1i1.3874

Abstract

AbstractIn the past 10 years, as production knowledge evolved and consumption increased, batik is flourished in Indonesia either through self-development business or county’s development centre programme. One of the promising development centre project is Semarang Batik Village (Kampung Batik Semarang) that produce both traditional motif of Semarang’s Batik (Semarangan) and contemporary motifs using visuals of popular icon of Semarang such as culinary, architectural, and tourism spot objects. Based on the premise of batik as visual medium, the research developed new and contemporary Semarangan batik using typography as visual elements. It conducted in 2 (two) phases: first phase was using literature review, on site observation and interview with batik craftsmen at Kampung Batik Semarang. Second phase was the designing process on the purpose to visualize motif through digital means. Results of batik development are 5 (five) new contemporary motifs of Batik Semarangan that each produce in 2 (two) tone colours.AbstrakDalam dasawarsa terakhir teknologi produksi, desain motif dan konsumsi batik telah berkembang pesat di hampir seluruh pelosok Indonesia baik melalui program pengembangan usaha batik mandiri maupun pengembangan sentra batik daerah. Salah satu proyek sentra batik daerah yang menunjukkan perkembangan positif adalah Kampung Batik Semarang, yang direvitalisasi setelah sempat menghilang di masa penjajahan Belanda-Jepang. Melalui kampung batik Semarang diproduksi kembali motif-motif batik Semarangan lama serta motif-motif Semarangan baru/kontemporer melalui visualisasi ikon populer kota Semarang seperti kuliner, bangunan arsitektural, dan situs wisata. Berdasarkan premis batik sebagai medium visual, dalam penelitian dikembangkan motif batik Semarangan baru/kontemporer dengan memanfaatkan elemen visual tipografi. Proses penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) fase yaitu fase pertama memanfaatkan kajian kepustakaan mengenai Batik Semarangan, serta observasi dan wawancara pada pelaku produksi batik di Kampung Batik Semarang. Fase kedua proses perancangan dan visualisasi motif batik secara digital. Hasil pengembangan berupa 5 (lima) motif batik yang menggunakan 2 (dua) pewarnaan untuk masing-masing motif.
PENGEMBANGAN APLIKASI MOBILE PENGENALAN ALAT MUSIK TRADISIONAL BETAWI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY Dendi Ismi Sofian; Achmad Syarief; Acep Iwan Saidi
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.969 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v3i1.8288

Abstract

The existence of traditional musical instruments, especially Betawi, is increasingly disappearing, eroded by modern life and a global lifestyle that is more adopting Western musical instruments with  all its conveniences. One effort that can be done is to develop an application using augmented reality  technology. This research will focus on developing augmented reality applications using a mix approach  approach, which is a merger of qualitative and quantitative approaches. Whereas in the applicationdevelopment process, the method of designing Interactive Multimedia System Design Development  (IMSDD) was developed. This application is evaluated using the System Usability Scale. It can be  concluded that the application is categorized as “Good” with a grade scale “C” and acceptability rangesAbstrakKeberadaan alat musik tradisional khususnya Betawi semakin lama semakin menghilang tergerus kehidupan modern dan gaya hidup global yang lebih banyak mengadopsi alat musik Barat dengan segala kemudahannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan sebuah aplikasi menggunakan teknologi augmented reality. Penelitian ini akan berfokus pada pengembangan aplikasi augmented reality menggunakan pendekatan mix approach yaitu penggabungan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan dalam proses pengembangan aplikasi menggungkan metode perancangan Interactive Multimedia System Design Development (IMSDD). Aplikasi ini dievaluasi menggunakan System Usability Scale. Dapat disimpulkan bahwa aplikasi tergolong kategori “Good” dengan grade scale “C” dan acceptability ranges termasuk “High”
ANALISIS BENTUK KUBAH DAN AKULTURASI BUDAYA PADA BANGUNAN MASJID AL OSMANI MEDAN Rendy Prayogi; Ganal Rudiyanto; Achmad Syarief
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 3 No. 2 (2021): Junal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Produk
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1353.045 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v3i2.9426

Abstract

AbstractMedan City is a combination of several ethnicities and cultures, because in Medan there are several Acehnese, Batak and Malay ethnic groups. Medan has a Malay Deli building with exotic religious and artistic nuances to visit, especially if we like typical Malay buildings such as the Al Osmani Mosque building which still elevates and preserves cultural arts even though there has been a renewal of traditional architecture into modern architecture, but the Malay building still has value. aesthetics with various types of ornament forms, colors, placement of Malay ornaments and also the acculturation of various cultures. Al Osmani Mosque was first built in 1854 with selected wood materials imported from Penang. During the VII Deli Malay Sultanate, namely Sultan Osman Perkasa Alam. Then in 1870 - 1872 the wooden mosque was built permanently by his son, Sultan Mahmud Perkasa Alam (VIII Sultan of Deli). The Al Osmani mosque building was designed by a German architect named GD Langereis with materials sent from Spain and Persia. This study uses a historical approach and aesthetic approach. The historical approach will involve a discussion of the origins of the building form of the Al Osmani Mosque and its functional development since it was founded until now. The aesthetic approach will involve a discussion of the dome shape of the Al Osmani Mosque, what cultural acculturations are there in the Medan Al Osmani Mosque building so that it can attract attention and have unique characteristics? The results showed that the Al Osmani Mosque and its interior as well as the space filling elements in it were not fully influenced by the aesthetics of the forms that came from the Deli Malay culture but were also influenced by the aesthetic forms of Chinese, European, Indian and Middle Eastern cultures.Keywords : Acculturation, Ornaments, Aesthetics, History, Al Osmani Mosque.  AbstrakKota Medan merupakan perpaduan dari beberapa etnis dan budaya, karena di Kota Medan di dapati beberapa etnis Aceh, etnis Batak dan etnis Melayu. Medan memiliki bangunan Melayu Deli bernuansa seni dan religi yang eksotis untuk dikunjungi khususnya jika kita menyukai bangunan-bangunan khas Melayu seperti Bangunan Masjid Al Osmani masih mengangkat dan melestarikan seni budaya meskipun terjadi pembaharuan arsitektur tradisional menjadi arsitektur modern, tetapi pada bangunan Melayu tersebut masih memiliki nilai estetis dengan berbagai jenis bentuk ornamen, warna, penempatan ornamen Melayu dan juga akulturasi dari berbagai budaya. Masjid Al Osmani pertama kali dibangun pada tahun 1854 dengan bahan kayu pilihan yang didatangkan dari Penang. Pada masa Kesultanan Melayu Deli ke-VII yaitu Sultan Osman Perkasa Alam. Kemudian pada tahun 1870 - 1872 masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun permanen oleh putranya yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam (Sultan Deli ke-VIII). Bangunan masjid Al Osmani di desain oleh arsitek asal Jerman yang bernama GD Langereis dengan material yang dikirim dari Spanyol dan Persia. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan pendekatan estetika. Pendekatan sejarah akan menyangkut pembahasan tentang asal-usul bentuk bangunan Masjid Al Osmani dan perkembangan fungsionalnya sejak didirikan hingga sekarang. Pendekatan estetika akan menyangkut pembahasan tentang bentuk kubah Masjid Al Osmani, akulturasi budaya apa saja yang terdapat pada bangunan Masjid Al Osmani Medan sehingga bisa menarik perhatian dan memiliki ciri khas yang unik?. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Masjid Al Osmani dan interiornya serta elemen pengisi ruang di dalamnya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh estetika bentuk yang berasal dari budaya Melayu Deli tetapi juga dipengaruhi oleh estetika bentuk dari kebudayaan China, Eropa, India dan Timur Tengah.Kata Kunci : Akulturasi, Ornamen, Estetika, Sejarah, Masjid Al Osmani.
EVALUASI PROKSEMIK PUSAT LAYANAN KESEHATAN YANG MENERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN (STUDI KASUS: PUSKESMAS INDUK KEDUNG BADAK BOGOR) Rizka Alya Triztika; Sangayu Ketut Laksemi; Achmad Syarief
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 3 No. 2 (2021): Junal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Produk
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.764 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v3i2.9432

Abstract

Abstract : Corona virus (Covid-19) is becoming a pandemic in the world, in Indonesia there are several red zones which are categorized as the most spread of the virus, one of which is the city of Bogor, one of the most vulnerable places is health service centers such as hospitals, clinics and also a community health center. The public health center in Bogor City has maximized efforts to reduce the spread of the virus by paying attention and improving health protocols. Based on these issues and phenomena, this study will examine the proxemics compromise distance in the Community Health Center room, with study case Kedung Badak Community Health Center. The study aims to identify the compromise distance that occurred in Kedung Badak Community Health Center, Bogor City during the pandemic as well as to identify visitors' understanding of health protocols regarding social distancing in public service spaces using questionnaire data, which aims to confirm social distance information, activities and facilities. given by Kedung Badak Community Health Center, understanding of visitors, patients and health workers related to social distancing which is regulated based on protocols, using descriptive quantitative research methods, the procedure used in this study is questionnaire, to solve problems regarding patient and visitor understanding about social distance, as well as an evaluation of observations to identify any compromises that occurred in Kedung Badak Community Health Center. From the identification results, it was found that there were differences in the perceptions of health workers and visitors regarding information on health protocols to maintain distance, there was a compromise distance starting with intimate distance to personal distance due to limited space and existing facilities. The focus of study is directed at the visitor's understanding as well as the progression bubble which results in compromising distances.Keywords: Covid19, Health Protocol, Proxemics, Compromise Distance.Abstrak : Corona virus (Covid-19) menjadi sebuah pandemi di dunia kesehatan, di Indonesia sendiri terdapat beberapa zona merah yang dikategorikan sebagai penyebaran virus terbanyak, salah satunya adalah Kota Bogor, salah satu tempat yang paling rawan adalah pusat layanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik dan juga pusat kesehatan masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat (PKM) di Kota Bogor telah memaksimalkan upaya agar mengurangi penyebaran virus dengan memerhatikan dan meningkatkan protokol kesehatan, Berdasarkan isu dan fenomena tersebut, penelitian ini akan mengkaji jarak kompromistis proksemik pada ruang Pusat Kesehatan Masyarakat, dengan studi kasus Puskesmas Kedung Badak di kota Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi jarak kompromi yang terjadi pada PKM Kedung Badak Kota Bogor pada masa pandemi, serta mengidentifikasi pemahaman pengunjung tentang protokol kesehatan mengenai menjaga jarak sosial pada ruang layanan publik menggunakan data kuesioner, yang bertujuan untuk mengkonfirmasi informasi social distance, aktifitas dan juga fasilitas yang diberikan oleh PKM Kedung Badak, pemahaman pengunjung, pasien dan petugas kesehatan terkait dengan social distancing yang diatur berdasarkan protokol, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, prosedur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, untuk memecahkan masalah mengenai pemahaman pasien dan pengunjung mengenai menjaga jarak, serta adanya evaluasi observasi untuk mengidentifikasi adanya jarak kompromi yang terjadi di PKM Kedung Badak. Dari hasil identifikasi maka ditemukan perbedaan persepsi petugas kesehatan dengan pengunjung mengenai informasi protokol kesehatan menjaga jarak, timbul nya jarak kompromi dimulai dengan jarak intim hingga jarak personal yang dikarenakan keterbatasan ruang dan fasilitas yang ada. Fokus kajian diarahkan pada pemahaman pengunjung serta gelembung prokmesik yang mengakibatkan adanya jarak kompromistis.Kata Kunci : Covid19, Protokol Kesehatan, Proksemik, Jarak Kompromi.