Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENGEMBANGAN PERALATAN TERPADU STERILISASI ALAT PELINDUNG DIRI (APD) COVID-19 Wegig Murwonugroho; Muhammad Burhanudinnur; Astri Rinanti; Sangayu Ketut Laksemi Nilotama; Asih Retno Dewanti; Virginia Suryani Setiadi; Gihon Nugrahadi; Atridia Wilastrina; Mustamina Maulani
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1776.754 KB) | DOI: 10.25105/pdk.v6i2.9533

Abstract

Petugas kesehatan sebagai garda depan dalam penanganan pasien Covid-19 memerlukan perlindungan dari risiko terpapar virus. Seusai menjalankan tugasnya, para petugas medis melakukan tindakan sterilisasi diri dengan cara memasuki arena disinfectant chamber, membungkus hazmad sekali pakai untuk dibuang dan mengembalikan APD (Alat Pelindung Diri) lain dalam wadah yang telah tersedia untuk dicuci kembali. Namun demikian terlihat fasilitas yang tersedia belum nampak optimal, dan terlihat kumuh. Sehingga beberapa APD yang akan dikenakan kembali beresiko terpapar virus COVID-19.  Selain itu beberapa peralatan yang memungkinkan dipakai kembali tercampur, resiko hilang, dan kacamata resiko patah atau kaca lebih buram. Alhasil APD para petugas mulai menipis.Latar belakang ini menjadi alasan pentingnya dirancang fasilitas sterilisasi yang terpadu. Kegitaan dilakukan di RSUD Pademangan, Jakarta Utara merupakan salah rujukan pasien COVID-19. Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan seperangkat alat terpadu sterilisasi Alat Pelindung Diri (APD) yang efektif dan praktis.  Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Design Thinking, yang terdiri atas emphatize, define, ideate, prototype, dan testing. Hasil penelitian ini adalah peralatan terpadu steriliasi APD Covid-19 yang terdiri atas disinfectan chamber, bak penampugan APD, ozone chamber, dan almari kompartemen dua arah. Berdasarkan serangkaian pengujian, hasilnya adalah: 1) disinfectant chamber dapat bekerja dengan baik. Ini ditandai oleh: disinfectant chamber dapat menyemprot secara otomatis setelah sensor diberi isyarat/pemicu, kekuatan tekanan cairan optimal, bak penampung untuk menampung sisa cairan berfungsi dengan baik, dan kontruksi lebih ergonomis. 2)  bak penampungan berfungsi dengan baik (mudah dibuka untuk diambil dan dibersihkan, dan terbagi sesuai kelengkapan APD. 3) ozone chamber memenuhi kriteria keberhasilan. Indikasinya adalah  ozon chamber menyemprot otomatis setelah sensor diberi isyarat/pemicu, kekuatan tekanan asap optimal, terdapat bak penampung yang menampung sisa cairan ozon, dan konstruksi lebih ergonomis. 4)  Nilai inovasi dari almari dua kompartemen solutif bagi masalah dan memenuhi kebutuhan petugas medis. Pencapaian ini disebabkan oleh berfungsinya semua fitur sebagaimana dalam desainnya. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peralatan sterilisasi APD Covid-19 dalam penelitian ini efektif dan layak untuk digunakan, utamanya untuk membersihkan diri dan APD petugas medis. Oleh sebab itu, produk peralatan sterilisasi dalam penelitian ini pantas untuk diproduksi secara massal dan dipergunakan di berbagai pusat layanan kesehatan.
PENGEMBANGAN PERALATAN TERPADU STERILISASI ALAT PELINDUNG DIRI (APD) COVID-19 Wegig Murwonugroho; Muhammad Burhanudinnur; Astri Rinanti; Sangayu Ketut Laksemi Nilotama; Asih Retno Dewanti; Virginia Suryani Setiadi; Gihon Nugrahadi; Atridia Wilastrina; Mustamina Maulani
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v6i2.9533

Abstract

Petugas kesehatan sebagai garda depan dalam penanganan pasien Covid-19 memerlukan perlindungan dari risiko terpapar virus. Seusai menjalankan tugasnya, para petugas medis melakukan tindakan sterilisasi diri dengan cara memasuki arena disinfectant chamber, membungkus hazmad sekali pakai untuk dibuang dan mengembalikan APD (Alat Pelindung Diri) lain dalam wadah yang telah tersedia untuk dicuci kembali. Namun demikian terlihat fasilitas yang tersedia belum nampak optimal, dan terlihat kumuh. Sehingga beberapa APD yang akan dikenakan kembali beresiko terpapar virus COVID-19.  Selain itu beberapa peralatan yang memungkinkan dipakai kembali tercampur, resiko hilang, dan kacamata resiko patah atau kaca lebih buram. Alhasil APD para petugas mulai menipis.Latar belakang ini menjadi alasan pentingnya dirancang fasilitas sterilisasi yang terpadu. Kegitaan dilakukan di RSUD Pademangan, Jakarta Utara merupakan salah rujukan pasien COVID-19. Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan seperangkat alat terpadu sterilisasi Alat Pelindung Diri (APD) yang efektif dan praktis.  Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Design Thinking, yang terdiri atas emphatize, define, ideate, prototype, dan testing. Hasil penelitian ini adalah peralatan terpadu steriliasi APD Covid-19 yang terdiri atas disinfectan chamber, bak penampugan APD, ozone chamber, dan almari kompartemen dua arah. Berdasarkan serangkaian pengujian, hasilnya adalah: 1) disinfectant chamber dapat bekerja dengan baik. Ini ditandai oleh: disinfectant chamber dapat menyemprot secara otomatis setelah sensor diberi isyarat/pemicu, kekuatan tekanan cairan optimal, bak penampung untuk menampung sisa cairan berfungsi dengan baik, dan kontruksi lebih ergonomis. 2)  bak penampungan berfungsi dengan baik (mudah dibuka untuk diambil dan dibersihkan, dan terbagi sesuai kelengkapan APD. 3) ozone chamber memenuhi kriteria keberhasilan. Indikasinya adalah  ozon chamber menyemprot otomatis setelah sensor diberi isyarat/pemicu, kekuatan tekanan asap optimal, terdapat bak penampung yang menampung sisa cairan ozon, dan konstruksi lebih ergonomis. 4)  Nilai inovasi dari almari dua kompartemen solutif bagi masalah dan memenuhi kebutuhan petugas medis. Pencapaian ini disebabkan oleh berfungsinya semua fitur sebagaimana dalam desainnya. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peralatan sterilisasi APD Covid-19 dalam penelitian ini efektif dan layak untuk digunakan, utamanya untuk membersihkan diri dan APD petugas medis. Oleh sebab itu, produk peralatan sterilisasi dalam penelitian ini pantas untuk diproduksi secara massal dan dipergunakan di berbagai pusat layanan kesehatan.
Makna Simbol Gelar Raja Dalam Masyarakat Adat Bali Sangayu Ketut Laksemi Nilotama
Journal of Visual Art and Design Vol. 3 No. 1 (2009): ITB Journal of Visual Art and Design
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/itbj.vad.2009.3.1.4

Abstract

Through the 18th and the 19th century, the position of Balinese King (Dewa Agung Jambe) was so important that he held power in both Bali and Lombok island, and he regognized by the title Sesuhunan Bali and Lombok. Dewa Agung Jambe politically and culturaly had several titles that were influential to the harmony of his sociaty livinghood. The titles of the king are related to the symbols that have sacred and trancendent meanings. Dewa Agung was God's Awatara, symbolized or varous forms such as ornaments, carvings, sacrad Balinese writings and letters, bulidings, even the deceased's container or coffin ( Bade beratap tumpang 11). The purpose of this essay was to explore the meanings and symbols that were the reflection of those king titles, to prevent the possibility of misuse from the original function of those sacred symbols. This has been a cultural research with the stucture of the history of Balinese Kingdom traditional sociaty that embranced Hindu. The funtion of these symbols are for strengthening the personality and morality, especialy in the aspect of arts and design. Therefore, it is important to continue preserving, harmonizing these tradisional symbols especially ones that have religious, sacrad, even spiritual values.   
PENGEMBANGAN PERALATAN TERPADU STERILISASI ALAT PELINDUNG DIRI (APD) COVID-19 Wegig Murwonugroho; Muhammad Burhanudinnur; Astri Rinanti; Sangayu Ketut Laksemi Nilotama; Asih Retno Dewanti; Virginia Suryani Setiadi; Gihon Nugrahadi; Atridia Wilastrina; Mustamina Maulani
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1776.754 KB) | DOI: 10.25105/pdk.v6i2.9533

Abstract

Petugas kesehatan sebagai garda depan dalam penanganan pasien Covid-19 memerlukan perlindungan dari risiko terpapar virus. Seusai menjalankan tugasnya, para petugas medis melakukan tindakan sterilisasi diri dengan cara memasuki arena disinfectant chamber, membungkus hazmad sekali pakai untuk dibuang dan mengembalikan APD (Alat Pelindung Diri) lain dalam wadah yang telah tersedia untuk dicuci kembali. Namun demikian terlihat fasilitas yang tersedia belum nampak optimal, dan terlihat kumuh. Sehingga beberapa APD yang akan dikenakan kembali beresiko terpapar virus COVID-19.  Selain itu beberapa peralatan yang memungkinkan dipakai kembali tercampur, resiko hilang, dan kacamata resiko patah atau kaca lebih buram. Alhasil APD para petugas mulai menipis.Latar belakang ini menjadi alasan pentingnya dirancang fasilitas sterilisasi yang terpadu. Kegitaan dilakukan di RSUD Pademangan, Jakarta Utara merupakan salah rujukan pasien COVID-19. Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan seperangkat alat terpadu sterilisasi Alat Pelindung Diri (APD) yang efektif dan praktis.  Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Design Thinking, yang terdiri atas emphatize, define, ideate, prototype, dan testing. Hasil penelitian ini adalah peralatan terpadu steriliasi APD Covid-19 yang terdiri atas disinfectan chamber, bak penampugan APD, ozone chamber, dan almari kompartemen dua arah. Berdasarkan serangkaian pengujian, hasilnya adalah: 1) disinfectant chamber dapat bekerja dengan baik. Ini ditandai oleh: disinfectant chamber dapat menyemprot secara otomatis setelah sensor diberi isyarat/pemicu, kekuatan tekanan cairan optimal, bak penampung untuk menampung sisa cairan berfungsi dengan baik, dan kontruksi lebih ergonomis. 2)  bak penampungan berfungsi dengan baik (mudah dibuka untuk diambil dan dibersihkan, dan terbagi sesuai kelengkapan APD. 3) ozone chamber memenuhi kriteria keberhasilan. Indikasinya adalah  ozon chamber menyemprot otomatis setelah sensor diberi isyarat/pemicu, kekuatan tekanan asap optimal, terdapat bak penampung yang menampung sisa cairan ozon, dan konstruksi lebih ergonomis. 4)  Nilai inovasi dari almari dua kompartemen solutif bagi masalah dan memenuhi kebutuhan petugas medis. Pencapaian ini disebabkan oleh berfungsinya semua fitur sebagaimana dalam desainnya. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peralatan sterilisasi APD Covid-19 dalam penelitian ini efektif dan layak untuk digunakan, utamanya untuk membersihkan diri dan APD petugas medis. Oleh sebab itu, produk peralatan sterilisasi dalam penelitian ini pantas untuk diproduksi secara massal dan dipergunakan di berbagai pusat layanan kesehatan.
KONSEP SIMBOLIK PADA LUKISAN WAYANG GAYA KAMASAN DIKAITKAN DENGAN KONTEKS ARSITEKTUR BALI Sangayu Ketut Laksemi Nilotama
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1858.629 KB) | DOI: 10.25105/dim.v9i2.942

Abstract

Abstract The inspiration to utilise the wayang painting as a decorative element in public buildings have caught the attention of designers, however their and the society's understanding of the symbolic meanings of classical art as one of the local genius inheritance needs also to be socialised and increased. The placement of wayang painting in the Kamasan style on traditional Balinese houses is based on the placement concept that contains sacred and symbolic values. This research has used descriptive qualitatitave method, with observation, interview and literature studies being the main research technuque employed to gather data and information neede. In the scholarly workof design and architecture, it is important to bring give live, symboligive live, symbolic and meaningful artifacts with conditioning the placement of wayang paintins is a placement concept in the Utama/Main section and in the Madya /middle section of the building. The wayang painting that is laden with moral meanings is a sacred guidance for a king ( Klungkung) to role Abstrak Insiprasi pemakaina lukisan wayang sebagai elemendekoratif pada bangunan publik telah mendapat perhatian para desainer , tetapi pemahaman para desainer dan masyarakat tentang makna simbolik dari seni rupa klasik sebagai salah satu warisan adi luhung tersebut juga perlu ditingkatkan dan disosialisasikan. Tata letak lukisan wayang gaya (style) Kamasan pada bangunan tradisional Bali, berlandaskan pada konsep tata letak yang mengandung nilai sakral berlandaskan pada konsep tata letak yang mengandung nilai sakral dan simbolik. Penelitian ini mempergunakan metode kualitatif deskriftif, dengan teknik penelitian utama yang digunakandalam mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan , seperti pengamatan, observasi , dokumentasi, wawancara dan kepustakaan.Dalam keilmuan desain dan arsitektur penting menghadirkan artefak yang hidup, simbolik dan bermakna dengan mengkondisikan peletakannya secara kontekstual. Temuan penelitian ini bahwa tata letak lukisan wayang adalah konsep tata letak pada bagian Utama/ Atas dan bagian Madya /Tengah bangunan berkaitan antara cerita, figur dengan fungsi dan bentuk bangunannya. Lukisan Wayang yang sarat akan makna moral merupakan pedoman luhur bagi seorang raja ( Klungkung) bagaimana seharusnya bertindak. 
TAKSU DALAM KEBUDAYAAN BALI Sangayu Ketut Laksemi Nilotama
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 4 No. 1 (2006)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (927.541 KB) | DOI: 10.25105/dim.v4i1.1309

Abstract

AbstractThe Balinese society ( Hindu) adopts the principle or quality achievement to generate quality work called as taksu. As a base for the achievement of quality art, taksu is easier to be seen , felt, and explained in the media of dancing as the manifestation can be visually seen. His research applied the qualitaitaive method to obtain holistic point of view from those involved within.From the analysis taksu is basically a thinking base in the attempts of expressing values and utmost beauty meanings. The achievement on the understanding of taksu values is principle thing for artists ( undagi) giving affect in mainstaining harmony and unity between bhuwana agung and bhuwana alit in accordance with the final destination of Balinese people that is achieving the savety of universe and reaching moksa ( eternity)\ AbstrakMasyarakat Bali ( Hindu) mengenal adanya suatu pedoman mengenai pencapaian kualitas untuk menghasilkan suatu karya bermutu, disebut taksu. Taksu sebagai lenadasan pencapaina kualitas seni lebih mudah dilihat, dirasakan dan dijelaskan melalui bentuk tarian, karena perwujudannya tampak secara visual. Penelitian ini mempergunakan metoda penelitian kualitatif, tujuannya untuk memperoleh pandangan secara holistikl dari mereka yang diteliti.Temuan-temuan yang diperoleh , taksu pada dasarnya merupakan landasan berpikir dalam upaya mengungkapkan nilai0nilai dan makna keindahan yang tertinggiPencapaian pemahaman nilai-nilai taksu merupakan sesuatu yng sangat penting bagi seniman ( undagi) karena akan berdampak dalam upaya menjaga kualitas keharmonisan dan keserasian antara bhuwana agung dan bhuwana alit, sesuai tujuan akhir hidup orang Bali, yaitu mencapai kesejahteraan jagad dan mencapai moksa ( keabadian akhirat) 
DESAIN SIGNAGE YANG EFEKTIF UNTUK MENGHASILKAN WAYFINDING DAN ORIENTASI RUANG PADA PUBLIC SPACE (Studi Kasus : Interior Mall Senayan City) Chicilia Karunia Surya Dewi; Ahadiat Yoedawinata; Sangayu Ketut Laksemi Nilotama
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 15 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.241 KB) | DOI: 10.25105/dim.v15i2.5642

Abstract

Abstract Indonesia Shopping Center Keywords: public space, mall, signage, wayfinding In general, public space is an open space that can accommodate places ofinter-human meeting to interact with each other. This study, will discuss one form ofpublic space, that is the mall or shopping center. According to Book, a good mall in addition must have the arrangement of facilities,vertical arrangement and horizontal circulation, but also has a graphic environment in the form of signage and wayfinding that support the interior of the mall itself. The presence of signage and wayfinding one of them as directions. Visitors arrive from different locations, travel to different destinations, and for different reasons. For that,signage and wayfinding is needed to convince visitors to get to the destination. In addition to be informative, signage planning and wayfinding as decorative elements should be designed attractive through combination of colors and shapes so that looks beautiful as visually but still pay attention to international regulations, especially forsafety signs. AbstrakPublic space adalah sebuah ruang dimana semua orang memiliki hak yangsama untuk mengaksesnya atau mengadakan berbagai kepentingan dankegiatan public. Pada umumnya ruang public adalah ruang terbuka yangmampu menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan antarmanusia untuk saling berinteraksi. Pada penelitian ini, akan dibahasmengenai salah satu bentuk public space, yaitu mall atau shopping center. Menurut Buku Indonesia Shopping Center, mall yang baik selain harus memiliki penataan fasilitas, penataan vertical dan horizontal circulation, tetapi juga memiliki graphic environment dalam bentuk signage dan wayfinding yang mendukung interior dari mall itu sendiri. Keberadaan signage dan wayfinding salah satunya sebagai petunjuk arah. Pengunjung berdatangan dari lokasi yang berbeda, berpergian ke tujuan yang berbeda, dan dengan alasan yang berbeda. Untuk itu signage dan wayfinding diperlukan untuk meyakinkan pengunjung agar dapat sampai ke tempat tujuan. Selain harus informative, perencanaan signage dan wayfinding sebagai unsur dekoratif harus didesain menarik melalui permainan bentuk dan warna sehingga cantik secara visualnamun tetap memperhatikan peraturan internasional terutama safety sign.
Perbandingan Rumah Joglo di Jawa Tengah Dalam Lingkup Cagar Budaya (Studi Kasus: Omah UGM dengan nDalem Purwodiningratan)( Anugrah Pratama; Yusuf Affendi Djalari; Sangayu Ketut Laksemi
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 1 No. 1 (2018): Jurnal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1349.617 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v1i1.3879

Abstract

AbstractJoglo house has a deep meaning and represent Javanese identity. The structure of Joglo’s building for Javanese people is in accordance with the principle of Javanese people’s life, to firmly taking the responsibility of living. In the past, this building was become a symbolic of middle-upper class status in society and destined for living place, cultural art show, assembly hall, and ceremonial events. As the time goes by, there is a change of building function, building construction and ownership. Therefore, there is a need of special attention from government related to the preservation of ancient and historical buildings in accordance with Law No.11 year 2010 regarding cultural heritage. The preservation may include historical building conservation (preservation, restoration, reconstruction and revitalization). Conservation is often to accompanied by the development of design construction, which can give an impact to the change of meaning or identity and function of Joglo house. The switches of function of Joglo house was identified by the author through the case study of Joglo houses in Kotagede Heritage, Yogyakarta and Solo, Surakarta. Joglo house in Kotagede which has been observed by the author was Omah UGM.Meanwhile, Joglo house in Solo, Surakarta was nDalem Purwodiningratan. The development of both Joglo houses was observed in the terms of function, and the shape of building. As a result, the author conclude that both of the Joglo houses have the historical value that deserve to be categorized as cultural heritage and needs to be preserved.AbstrakRumah Joglo memiliki makna dan identitas yang kuat bagi masyarakat jawa. Struktur bangunan rumah Joglo bagi masyarakat jawa sesuai dengan prinsip kehidupan masyarakatnya yaitu tegas dalam menjalani tanggung jawab dalam kehidupan. Di masa lalu, bangunan sebagai simbol status kelas masyarakat menegah ke atas ini diperuntukkan untuk tempat tinggal, kegiatan pementasan, ruang pertemuan, dan acara seremonial. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan fungsi, konstruksi bangunan serta kepemilikan, sehingga makna dan filosofi rumah Joglo berkurang. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah terkait pelestarian bangunan kuno dan bersejarah sesuai dengan UU No. 11 tahun 2010 tentang cagar budaya. Pelestarian ini dapat berupa konservasi bangunan bersejarah (preservasi, restorasi, rekonstruksi maupun revitalisasi). Konservasi seringkali disertai dengan adanya pengembangan kontruksi desain yang dapat berdampak pada perubahan makna/identitas maupun fungsi dari rumah Joglo. Rumah Joglo yang beralih fungsi ini penulis mengidentifikasi melalui studi kasus bangunan rumah Joglo yang berada pada kawasan cagar budaya Kota Gede di Yogyakarta dan Solo, Surakarta. Rumah Joglo di Kota Gede yang diamati penulis adalah Omah UGM
KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIA Ignatius Soekarno Hartanto; Ahadiat Joedawinata; Sangayu Ketut Laksemi Nilotama
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.811 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v3i1.8300

Abstract

The Study Of Information Media Panel Display At Museum Bank Ndonesia. Excellence in terms ofeducation for visitors is manifested by the Bank Indonesia Museum in the form of exhibitions thatrepresent real places or places where historical events have occurred. Of course visitors and visitors justwalk around and have a look, in terms of education. Various forms of exhibition display are designed anddepicted diachronic (timeline), through visual displays and display panels containing narratives thatguide visitors around to find information conveyed by the Bank Indonesia Museum. The uniquenessof the visual information pattern from the panel display in the Bank Indonesia Museum exhibition isinteresting to be appointed as the object of research, because the information in the form of narrativestories from Bank Indonesia is conveyed and described in detail in the panels used.Consideration in achieving this, an approach is made through graphic design studies with regardto information design and editorial design. The initial step of observation is in the field, by lookingat and sorting out the tendency of the panel displays used in conveying information in the form ofnarratives and literature studies carried out as a theoretical basis relating to museums and exhibitions,media, information, graphic information media, etc. The next stage is an analysis of visual informationpatterns from the display panel of the Bank Indonesia Museum which is carried out based on a graphicdesign approach with regard to information design and editorial design. The approach used is set onthe arrangement of grid patterns, hierarchies of information, utilization of graphic processing, andutilization of narrative forms of information.From the graphic design approach revolving around information and editorial design with regard toexhibitions, it was found that the display pattern of the exhibition’s visual information panel that enteredthe Museum Bank Indonesia exhibition had a clear and structured hierarchy of information delivery,continuous graphic display with the narrative found, and Arrangement and utilization of media size orlayout between narrative content and graphic processing content.
PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL REBRANDING CITRA PERUSAHAAN CEMARA CERAMICS (DESIGN OF CEMARA CERAMICS VISUAL REBRANDING IDENTITY) Anak Agung Ngurah Gede Marhendra; Agung Eko Budiwaspada; Sangayu Ketut Laksemi Nilotama
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 4 No. 1 (2021): Jurnal Seni & Reka Rancang : Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1082.068 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v4i1.10096

Abstract

Abstract Design of Cemara Ceramics Visual Rebranding Identity aims to produce a concept strategy and visual rebranding of the Cemara Ceramics company and produce a Cemara Ceramics rebranding visual identity design in order to encourage the creation of a new identity image. The method in this design uses a 5-stage Design Thinking approach, namely Empathize, Define, Ideate, Prototype and Test. The result achieved is the design of the new Cemara Ceramics corporate identity. With the use of the design thinking method in this research, various problems related to the company image of Cemara Ceramics can be found. The core problem obtained is how to design a strategy and concept of visual identity rebranding to encourage the creation of a new corporate image of Cemara Ceramics.Keywords: visual rebranding identity, concept strategy, design thinkingAbstrak Perancangan Identitas Visual Rebranding Citra Perusahaan Cemara Ceramics ini bertujuan untuk menghasilkan strategi konsep dan visual rebranding perusahaan Cemara Ceramics serta menghasilkan rancangan identitas visual rebranding Cemara Ceramics dalam rangka mendorong terciptanya citra identitas yang baru. Metode dalam perancangan ini menggunakan pendekatan 5 tahapan Design Thinking yaitu Empathize, Define, Ideate, Prototype dan Test. Hasil yang dicapai yaitu rancangan corporate identity Cemara Ceramics yang baru. Dengan adanya penggunaan metode design thinking pada penelitian ini dapat menemukan berbagai permasalahan terkait citra perusahaan Cemara Ceramics. Permasalahan inti yang didapat yaitu mengenai bagaimana merancang strategi dan konsep identitas visual rebranding untuk mendorong terciptanya citra baru perusahaan Cemara Ceramics.Kata kunci: identitas visual rebranding, strategi konsep dan visual, design thinking