Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PERBEDAAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PEMBATIK WANITA DENGAN DINGKLIK DAN KURSI KERJA ERGONOMIS Sumardiyono, Sumardiyono; Ada, Yeremia Rante
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Posisi kerja pekerja batik tulis saat ini sebagian besar menggunakan dingklik sehingga posisi kerja menjadi membungkuk yang berisiko mengalami gangguan muskuloskeletal. Secara ergonomis, posisi kerja tersebut harus dirubah sehingga posisi kerja menjadi lebih alami. Masalah penelitian adalah bagaimana perbedaan gangguan muskuloskeletal pada pekerja yang menggunakan dingklik dan kursi ergonomis. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan gangguan muskuloskeletal pada pekerja yang menggunakan dingklik dan kursi ergonomis. Metode penelitian eksperimental quasi dengan pendekatan one group pre and posttest design. Populasi penelitian seluruh pekerja industri Batik Sragen. Sampel sebanyak 50 orang menggunakan quota random sampling. Tingkat gangguan muskuloskeletal diukur menggunakan kuesioner Nordic body map. Analisis statistik menggunakan  test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p=0,035). Simpulan penelitian, kursi kerja ergonomis menurunkan risiko keparahan gangguan muskuloskeletal.Now, batik workers working position mostly use “dingklik” so work position becomes bent, and it is risk of musculoskeletal disorders. Ergonomically, that working position should be changed becomes more natural position. Research problem was how musculoskeletal disorders differences in workers who use “dingklik” and ergonomic chairs. Research purpose was to determine musculoskeletal disorders differences in workers who use “dingklik” and ergonomic chairs. Quasi- experimental research method by one group pre and posttest design. Population study were Sragen Batik industry workers. Sample of 50 people using by quota random sampling. The rate of musculoskeletal disorders were measured by questionnaire Nordic body map. Statistical analysis using the test. The result showed there were differences in musculoskeletal complaints before and after using ergonomic chairs (p=0.035). The conclusion, ergonomic chair can reduce risk of musculoskeletal disorders.
PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAPAR BISING INDUSTRI DI SURAKARTA Sumardiyono, Sumardiyono; Ada, Yeremia Rante; Wijayanti, Reni; Rinawati, Seviana
Proceeding Seminar LPPM UMP 2015: Buku III Bidang Ilmu Kesehatan dan Sains Teknik, Proceeding Seminar Nasional LPPM 2015, 26 Se
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipertensi menjadi masalah global, diperkirakan lebih dari satu dari tiga orang dewasa usia 25 tahun ke atas atau sekitar satu miliar orang di seluruh dunia mengalami hipertensi. Penyakit itu mengakibatkan hampir 9,4 juta kematian akibat serangan jantung dan stroke setiap tahun. Salah satu faktor internal penyebab hipertensi adalah kegemukan, sedangkan faktor eksternal adalah paparan bising industri pada tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah karyawan perusahaan tekstil di Surakarta. Pemilihan sampel menggunakan purposive quota sampling. Sampel berjumlah 170 orang untuk pekerja yang terpapar bising melebihi NAB dan 110 orang untuk pekerja yang terpapar bising kurang dari NAB. Uji statistik menggunakan Chi Square Test. Hasil uji menunjukkan: 1) pada pekerja yang terpapar bising melebihi NAB, pekerja gemuk/obesitas berisiko mengalami hipertensi 6 kali dibanding normal/kurus (p=0,000; OR=6,104; 95%CI: 3,078-12,102); 2) pada pekerja yang terpapar bising di bawah NAB, pekerja gemuk/obesitas berisiko mengalami hipertensi 2 kali dibanding normal/kurus (p=0,027; OR=2,364; 95%CI: 1,094-5,106). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebisingan yang melebihi NAB dapat menyebabkan risiko hipertensi yang lebih besar. Kata kunci : Bising, IMT, Tekanan Darah
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA TINGGAL DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR BISING JALAN RAYA DI SURAKARTA Ada, Yeremia Rante; Sumardiyono, Sumardiyono; Utari, Cr. Siti
Proceeding Seminar LPPM UMP 2015: Buku III Bidang Ilmu Kesehatan dan Sains Teknik, Proceeding Seminar Nasional LPPM 2015, 26 Se
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki. Tiga faktor penyebab gangguan pendengaran karena bising adalah frekuensi, intensitas, dan waktu. Frekuensi bising berhubungan dengan tinggi rendahnya nada suara, intensitas berhubungan dengan kerasnya suara, sedangkan waktu berhubungan dengan lamanya paparan. Efek bising juga dipengaruhi oleh usia, kesehatan umum, jarak dengan sumber bising, dan jenis bising. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar jalan raya di Surakarta. Penelitian ini menggunakan jenis observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah penduduk sekitar jalan raya dengan intensitas bising 65-73 dB di wilayah Surakarta Jawa Tengah. Sampel diambil melalui quota sampling berjumlah 55 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kanan (p=0,046), telinga kiri (p=0,042), dan tingkat ketulian telinga ganda (p=0,006) pada penduduk di sekitar jalan raya, 2) Tidak ada hubungan signifikan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kanan (p = 0,532), dengan telinga kiri (p = 0,335) maupun tingkat ketulian telinga ganda (p = 0,301) pada penduduk di sekitar jalan raya.  Kesimpulan dari penelitian ini, faktor umur memiliki hubungan dengan gangguan pendengaran masyarakat sekitar jalan raya, sedangkan lama tinggal tidak berpengaruh pada  gangguan pendengaran  masyarakat sekitar jalan raya.Kata kunci: Gangguan Pendengaran, Kebisingan, Lama Tinggal, Umur
PERBEDAAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PEMBATIK WANITA DENGAN DINGKLIK DAN KURSI KERJA ERGONOMIS Sumardiyono, Sumardiyono; Ada, Yeremia Rante
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 2 (2014)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v9i2.2842

Abstract

Posisi kerja pekerja batik tulis saat ini sebagian besar menggunakan dingklik sehingga posisi kerja menjadi membungkuk yang berisiko mengalami gangguan muskuloskeletal. Secara ergonomis, posisi kerja tersebut harus dirubah sehingga posisi kerja menjadi lebih alami. Masalah penelitian adalah bagaimana perbedaan gangguan muskuloskeletal pada pekerja yang menggunakan dingklik dan kursi ergonomis. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan gangguan muskuloskeletal pada pekerja yang menggunakan dingklik dan kursi ergonomis. Metode penelitian eksperimental quasi dengan pendekatan one group pre and posttest design. Populasi penelitian seluruh pekerja industri Batik Sragen. Sampel sebanyak 50 orang menggunakan quota random sampling. Tingkat gangguan muskuloskeletal diukur menggunakan kuesioner Nordic body map. Analisis statistik menggunakan  test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p=0,035). Simpulan penelitian, kursi kerja ergonomis menurunkan risiko keparahan gangguan muskuloskeletal.Now, batik workers working position mostly use “dingklik” so work position becomes bent, and it is risk of musculoskeletal disorders. Ergonomically, that working position should be changed becomes more natural position. Research problem was how musculoskeletal disorders differences in workers who use “dingklik” and ergonomic chairs. Research purpose was to determine musculoskeletal disorders differences in workers who use “dingklik” and ergonomic chairs. Quasi- experimental research method by one group pre and posttest design. Population study were Sragen Batik industry workers. Sample of 50 people using by quota random sampling. The rate of musculoskeletal disorders were measured by questionnaire Nordic body map. Statistical analysis using the test. The result showed there were differences in musculoskeletal complaints before and after using ergonomic chairs (p=0.035). The conclusion, ergonomic chair can reduce risk of musculoskeletal disorders.
PENGEMBANGAN KURSI ERGONOMIS DAN SENAM PEREGANGAN OTOT GUNA MENGURANGI KELUHAN OTOT RANGKA UMKM ROTI DI TOHUDAN COLOMADU Widjanarti, Maria Paskanita; Suratna, Farhana Syarotun Nisa; Sumardiyono, Sumardiyono; Chahyadi , Bachtiar; Fauzi, Rachmawati Rrihantina; Wijayanti, Reni; Ada, Yeremia Rante
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 6 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i6.2601

Abstract

Occupational Health and Safety (OHS) programs in the informal sector of Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) remain limited. Informal workers in MSME bakeries are exposed to various physical, chemical, and ergonomic hazards, which contribute to health complaints. These complaints often manifest as pain and discomfort in the back, hands, and feet—common indicators of Musculoskeletal Disorders (MSDs). If left unaddressed, MSDs can adversely impact workers’ health, increase absenteeism, and ultimately reduce MSME productivity. This community service program involved several stages: an assessment of OHS conditions among service partners, the implementation of intervention activities, ongoing monitoring, and evaluation of outcomes. The initial assessment identified musculoskeletal complaints among partner workers. Interventions included work posture assessments, evaluation of MSD symptoms, body anthropometry measurements, the design and provision of ergonomic chairs, and the development of workplace stretching routines. Monitoring was conducted by observing changes in work posture following the ergonomic chair intervention, as well as tracking MSD complaints after the introduction of stretching exercises. Evaluation results showed a reduction in work posture risk, from level 4 to level 2, after the ergonomic chair intervention. Moreover, muscle stretching exercises helped reduce the intensity of MSD-related pain among informal workers.In conclusion, this community service initiative through the development of ergonomic seating and implementation of stretching exercises has contributed to a reduction in MSD complaints among informal bakery workers in Tohudan, Colomadu. These improvements are expected to enhance the overall productivity of the MSME sector.
HUBUNGAN BURNOUT SEBAGAI FAKTOR PSIKOLOGI KERJA DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN PEKERJA DI PT X SURAKARTA Kartika, Ayu Prima; Chahyadhi, Bachtiar; Setyawan, Haris; Fajariani, Ratna; Ada, Yeremia Rante; Nurriwanti, Nabylla Sharfina Sekar; Nugroho, Hengky Ditya Eko; Intifada, Winda Suryani
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.49065

Abstract

Pekerja di industri tekstil khususnya di bagian produksi, sering menghadapi tekanan kerja yang tinggi, tuntutan produksi yang ketat, dan jam kerja yang panjang, yang berisiko menimbulkan burnout. Kondisi ini dapat berdampak pada peningkatan perilaku tidak aman di lingkungan kerja, sehingga berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara burnout dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT. X Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional kuantitatif dengan metode cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja PT. X Surakarta sebanyak 1.000 orang, dengan sampel sebanyak 96 pekerja yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk mengukur burnout serta kuesioner perilaku tidak aman, keduanya menggunakan skala Likert. Hasil analisis bivariat dengan Fisher’s Exact Test menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara burnout dan perilaku tidak aman (p = 0,026; p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pekerja yang mengalami burnout cenderung  melakukan perilaku tidak aman, yang diindikasikan oleh gangguan fungsi kognitif dan emosional seperti kelelahan, depersonalisasi, dan penurunan prestasi diri pekerja, dimana burnout berdampak terhadap penurunan konsentrasi dan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan. Oleh karena itu, pendekatan psikologis penting untuk meminimalkan risiko perilaku tidak aman di lingkungan kerja industri tekstil.