Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Pembelajaran Menggunakan Alat Peraga Menentukan Luas Daerah Bidang Rata Bagi Guru SD di Gugus III Kecamatan Kediri Ketut Sarjana; Muhammad Turmuzi; Sahrul Azmi; Ni Made Intan Kertiyani; Wahidaturrahmi
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.88 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i4.1173

Abstract

Para guru SD di Kecamatan Kediri belum pernah merancang pengembangan pembelajaran menggunakan alat peraga menentukan luas daerah bangun datar Jadi masalah yang muncul adalah para guru gugus III di Kecamatan Kediri kemampuan mengembangkan pembelajaran menggunakan alat peraga menentukan luas daerah bangun datar masih rendah. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah : 1) Meningkatkan kemampaun para guru SD Gugus III di Kecamatan Kediri tentang merancang alat peraga menentukan luas daerah bangun datar dan 2) Meningkatkan kemampuan merancang langkah-langkah pembelajaran menggunakan alat peraga menetukan luas daerah bangun datar. Permasalahan yang dialami oleh para guru terkait dengan merancang pengembangan pembelajaran menggunakan alat peraga dapat diselesaikan dengan :1) Memberikan pemahaman tentang merancanag alat peraga menentukan luas daerah bangun datar, 2) Simulasi dan praktek merancang pengembangan pembelajaran menggunakan alat peraga menentukan luas daerah dan 3) Diskusi dalam kelompok kerja dan presentasi tentang hasil kontruksi alat peraga dan langka-langkah pengembangannya. Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan melalui metode yang telah ditatapkan. Hasil dari kegiatan ini ternyata sangat efektif yakni terjadi perubahan kearah perbaikan yang signifikan hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata pre-tes = 4,138 lebih kecil dari skor rata-rata post-tes = 7,320. Dari hasil uji diperoleh = 1,725 pada tafar signifikasi 0.05. Jadi secara keseluruhan bahwa pengetahuan tentang luas daerah bangun datar dan keterampilan merancang pengebangan pembelajaran menggunakan alat peraga menentukan luas daerah bidang rata para guru SD di Gugus III Kecamatan Kediri meningkat yang ditunjukkan oleh perubahan nilai rerata tersebut. Dengan diperolehnya hasil dari kegiatan ini diharapkan pelatihan ini diperluas dalam rangka memperkuat pelaksanaan kurikulum 2013 dan para pemerhati pendidikan turut serta mengambil peran untuk mewujudkan kegiatan ini untuk mengantisipasi pembelajaran matematika abad 21
ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MATA KULIAH ANALISIS RIIL DENGAN SISTEM HIBRID NI MADE INTAN KERTIYANI; Ketut Sarjana
Aksioma Vol. 11 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v11i2.2152

Abstract

Semester antara merupakan semester yang diselenggarakan antara semester regular genap dan ganjil dengan tujuan untuk memfasilitasi mahasiswa melakukan perbaikan nilai pada mata kuliah semester regular. Semester antara memiliki keunikan karena dilakukan dalam waktu yang relatif pendek. Data awal menunjukkan terdapat 14 mahasiswa yang mengikuti semester antara pada mata kuliah Analisis Riil dengan sistem hibrid. Mengingat mahasiswa yang mengambil kuliah pada semester ini memperoleh nilai yang rendah pada mata kuliah regular, maka penelitian ini berfokus untuk menganalisis kesulitan mahasiswa dalam mata kuliah analisis riil dengan sistem hibrid. Subjek penelitian terdiri dari 14 mahasiswa yang mengambil kuliah semester antara Analisis Riil. Data diambil menggunakan tes soal Analisis Riil dan wawancara. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan model Miles dan Huberman dengan sintaks mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat jenis kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam mata kuliah analisis riil dengan sistem hibrid, yaitu 1) melakukan operasi aljabar, 2) memahami maksud soal, 3) menentukan dan menuliskan strategi penyelesaian, dan 4) memahami konsep. Adapun mahasiswa menilai positif sistem pembelajaran hibrid, tetapi perlu diitambahkan pembelajaran berkelompok agar dapat mengakomodasi mahasiswa yang memiliki kesulitan belajar mandiri
EFEKTIVITAS PENERAPAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERPADU DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS UNTUK PEMBENTUKAN KONSEP PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 MATARAM Nyoman Sridana; Harry Soeprianto; Ketut Sarjana; Amrullah Amrullah
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2018): Februari
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.074 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v1i1.512

Abstract

Hasil belajar matematika peserta didik di SMP masih rendah akibat kurangnya pemahaman terhadap suatu konsep matematika. Pemahaman konsep matematika menuntut peserta didik mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan masalah maupun pengoperasian matematika secara benar sehingga peserta didik tidak hanya dapat menjawab soal-soal rutin dan prosedural saja, akan tetapi dapat mengaplikasikan pengetahuan matematikanya untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Konsep materi Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD) diberikan dijenjang SMP kelas VIII, meliputi kubus, balok, prisma, dan limas.  Memahami konsep materi BRSD cukup sulit bagi peserta didik, seperti yang terungkap dari hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2000/2001 bahwa peserta didik lemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk. Dalam pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan konstruktivisme, guru berperan sebagai fasilitator membimbing dan mengarahkan peserta didik membangun konsep/prinsip matematika secara mandiri dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Studi empiris, perangkat pembelajaran yang dibuat guru untuk memfasilitasi peserta didik dalam membangun pengetahuannya sendiri belum terpadu. Identifikasi keterpaduan antara Rencana Program Pembelajaran( RPP),  Lembar Kerja Pesetra Didik( LKPD), dan Sumber Pembelajaran seperti Buku Peserta Didik(BKD) belum dicermati oleh para guru. Penggunaan perangkat pembelajaran yang terpadu dan konstruktivis diharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif.
PENGENALAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA GURU - GURU SDN 22 MATARAM Nani Kurniati; Ketut Sarjana; Yunita Septriyana Anwar
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2019): Mei
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.414 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v2i2.1114

Abstract

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Kenyataannya masih banyak guru SDN 22 Mataram yang kurang memahami tentang CTL. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kegiatan pengabdian tentang pengenalan pembelajaran CTL dalam implementasi kurikulum 2013 pada guru – guru SDN 22 Mataram. Kegiatan pengabdian bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru tentang CTL dalam implementasi kurikulum 2013. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan dan metode yang digunakan adalah ceramah dan Tanya jawab. Untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman, para guru diberikan pre-test dan post-test. Hasil yang diperoleh adalah terjadi peningkatan yang signifikan pemahaman tentang pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam implementasi kurikulum 2013 pada guru – guru SDN 22 Mataram.
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS II KECAMATAN LEMBAR DALAM MENERAPKAN AUTHENTIC ASSESMENT DALAM PEMBELAJARAN Muhammad Turmuzi; Nyoman Sridana; Ketut Sarjana; Harry Soeprianto
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 4 (2019): November
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.325 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v2i4.1523

Abstract

Penilaian autentik merupakan ciri khas Kurikulum 2013. Guru dalam penilaian autentik ini harus memiliki wawasan yang luas tentang pengalaman maupun permasalahan-permasalahan kehidupan nyata. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum mampu mengembangkan bentuk-bentuk penilaian yang menjadi tuntutan dalam mengimplemetasikan kurikulum 2013. Bentuk penilaian yang dimaksud adalah penilaian autentik dalam bentuk penilaian kinerja (perfomance assessment), penilaian produk (product assessment), penilaia proyek (project assessment), penilaian afektif (affective assessment), dan penilaian portofolio (portfolio assessment). Mengacu pada data kasar kondisi guru di atas, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru khususnya dalam hal pengembangan penguasaan assessment adalah kegiatan in house training. Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyusun bentuk- bentuk penilaian autentik yaitu penilaian kinerja (perfomance assessment), penilaian produk (product assessment), penilaia proyek (project assessment), penilaian afektif (affective assessment), dan penilaian portofolio (portfolio assessment). Berdasarkan rekap hasil kegiatan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola hasil penilaian pembelajaran baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS II KECAMATAN LEMBAR DALAM MENERAPKAN AUTHENTIC ASSESMENT DALAM PEMBELAJARAN Muhammad Turmuzi; Nyoman Sridana; Ketut Sarjana; Harry Soeprianto
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2020): Februari
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.781 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v3i1.1613

Abstract

Diberlakukannya kurikulum 2013 yang menekankan pada pembelajaran berbasis aktivitas, maka penilaiannya lebih menekankan pada penilaian proses baik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Maka diperlukan suatu pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur semua kompetensi pengetahuan hanya berdasarkan hasil), menuju penilaian autentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Penilaian autentik merupakan ciri khas Kurikulum 2013. Penilaian autentik ini merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria yang holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap).  Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Guru dalam penilaian autentik ini harus memiliki wawasan yang luas tentang pengalaman maupun permasalahan-permasalahan kehidupan nyata. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum mampu mengembangkan bentuk-bentuk penilaian yang menjadi tuntutan dalam mengimplemetasikan kurikulum 2013. Bentuk penilaian yang dimaksud adalah penilaian autentik dalam bentuk penilaian kinerja (perfomance assessment), penilaian produk (product assessment), penilaia proyek (project assessment), penilaian afektif (affective assessment), dan penilaian portofolio (portfolio assessment). Mengacu pada data kasar kondisi guru di atas, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru khususnya dalam hal pengembangan penguasaan assessment adalah kegiatan in house training. Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyusun bentuk- bentuk penilaian autentik yaitu penilaian kinerja (perfomance assessment), penilaian produk (product assessment), penilaia proyek (project assessment), penilaian afektif (affective assessment), dan penilaian portofolio (portfolio assessment). Berdasarkan rekap hasil kegiatan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola hasil penilaian pembelajaran baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Pengaruh Self-Regulated Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Perbandingan pada Santriwati MTs Dewi Mardianti Asyhaer; Amrullah; Nourma Pramestie Wulandari; Ketut Sarjana
Journal of Classroom Action Research Vol. 5 No. SpecialIssue (2023): Mei
Publisher : Program Studi Magister Pendidikan IPA, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jcar.v5iSpecialIssue.3676

Abstract

Self-regulated learning menekankan pada kemampuan untuk mengkoordinasikan dan mengontrol diri sendiri, terutama saat menyelesaikan tugas. Model self-regulated learning memiliki arti penting dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh self-regulated learning terhadap kemampuan memecahkan masalah perbandingan pada santriwati kelas VII MTs Nurul Islam Sekarbela tahun ajaran 2022/2023. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian ex-post facto . Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik inferensial.Hasil koefisien regresi diperoleh nilai t hitung =3,925>t tabel =2,045, maka terdapat pengaruh yang signifikan dari self regulated learning terhadap kemampuan memecahkan masalah. Hasil analisis regresi linier sederhana pembelian regresi Y=5,786+0,812X. Hasil analisis korelasi menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,589 yang menunjukkan ada hubungan positif antara self-regulated learning terhadap kemampuan memecahkan masalah. Koefisien determinasi menunjuk pada angka 0,347 yang berarti pengaruh self-regulated learning terhadap kemampuan memecahkan masalah sebesar 34,7%. Dapat Artinya self-regulated learningberpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memecahkan masalah perbandingan santriwati kelas VII MTs Nurul Islam Sekarbela tahun ajaran 2022/2023. Semakin tinggi kemampuan belajar mandiri santriwati maka kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki santriwati juga akan semakin tinggi atau meningkat.
Pelatihan Membuat Alat Peraga Menentukan Luas Daerah Poligon Bagi Para Guru SD di Desa Lembuak Kecamatan Narmada Ketut Sarjana; Nurul Hikmah; Nourma Pramestie Wulandari; Ulfa Lu’Luilmaknun; Wahidaturrahmi
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 6 No 2 (2023): April-Juni
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v6i2.3995

Abstract

Para guru SD di Desa Lembuak Kecamatan Narmada belum pernah merancang Alat peraga dalam membelajarkan siswa menentukan rumus luas daerah Poligon. Jadi masalah yang muncul adalah para guru Sekolah dasar di Desa Lembuak Kecamatan Narmada keterampilan membuat alat peraga untuk menentukan luas daerah polygon masih rendah. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah : 1) Meningkatkan kemampaun guru SD di Desa Lembuak Kecamatan Narmada tentang konsep dan prinsip luas daerah Poligon, 2) Meningkatkan kemampuan merancang alat peraga menentukan Formula atau prinsip luas daerah polygon. Permasalahan yang dialami oleh para guru terkait dengan merancang Alat Peraga, maka solusi yang ditawarkan dalam pengabdian ini :1) Memberikan pemahaman tentang merancanag alat peraga menentukan luas daerah bangun datar, 2) Simulasi dan praktek merancang pengembangan pembelajaran menggunakan alat peraga menentukan luas daerah dan 3) Diskusi dalam kelompok kerja dan presentasi tentang hasil kontruksi alat peraga dan langka-langkah pengembangannya. Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan melalui metode yang telah ditatapkan. Hasil dari kegiatan ini ternyata sangat efektif yakni terjadi perubahan kearah perbaikan yang signifikan hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata pre-tes = 4,12 lebih kecil dari skor rata-rata post-tes = 7,27. Dari hasil uji diperoleh = -2,0601 pada taraf signifikasi 0,05 atau dilihat dari Sig = 0,000 < α = 0,05. Jadi pelatihan membuat alat Peraga menentulan luas daerah Poligon bagi para Guru SD di Desa Lembuak Kecamatan Narmada meningkat secara meyakinkan. Dengan diperolehnya hasil dari kegiatan ini diharapkan pelatihan ini diperluas dalam rangka memperkuat pelaksanaan kurikulum 2013 dan para pemerhati pendidikan turut serta mengambil peran untuk mewujudkan kegiatan ini untuk mengantisipasi pembelajaran matematika abad 21
Analisis Kesulitan Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Pada Siswa Amelia Kusuma; Ketut Sarjana; Nani Kurniati; Amrullah
Journal of Classroom Action Research Vol. 5 No. SpecialIssue (2023): Mei
Publisher : Program Studi Magister Pendidikan IPA, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jcar.v5iSpecialIssue.3893

Abstract

Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui jenis kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pada materi sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII SMPN 4 Gerung yang ditinjau dari konsep, prinsip, dan operasi dengan populasi adalah 132 siswa siswa kelas VIII SMPN 4 Gerung dan jumlah sampel penelitian 32 siswa yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Metode penelitian adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data berupa tes dalam bentuk soal uraian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menyandingkan jawaban siswa dan kunci jawaban dalam pedoman analisis kesulitan belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMPN 4 Gerung tahun ajaran 2021/2022 untuk siswa yang berkemampuan tinggi pada jenis kesulitan konsep sebesar 0% yang termasuk kedalam tingkat kesulitan sangat rendah, kesulitan prinsip sebesar 14,28% yang termasuk kedalam tingkat kesulitan sangat rendah, dan kesulitan operasi sebesar 21,42% yang termasuk kedalam tingkat kesulitan rendah. Sementara itu siswa yang memiliki kemampuan rendah pada jenis kesulitan konsep sebesar 30,76% yang termasuk kedalam tingkat kesulitan rendah, sedangkan jenis kesulitan prinsip dan operasi memiliki nilai persentase yang sama yaitu sebesar 100% yang termasuk kedalam tingkat kesulitan sangat tinggi.
THE CRITICAL THINKING ABILITY OF STUDENT WITH LOW PRIOR KNOWLEDGE WHO LEARN USING PROBLEM BASED LEARNING Ni Made Intan Kertiyani; Ketut Sarjana; Ulfa Lu&#039;luilmaknun
MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN Vol 11, No 1 (2023): MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN: MATHEMATICS TEACHING LEARNING PROCESS AND DEVELOPM
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/mp.v11i1.4582

Abstract

In the twenty-first century, having an ability for thinking critically is essential. Students, including those with low prior knowledge in mathematics, are expected to have this ability. Therefore, the purpose of this study is to evaluate students' critical thinking abilities when they first start using PBL (Problem Based Learning). This study uses a qualitative approach. The research subjects consisted of two mathematics education students who were repeating lectures. The research instrument consisted of tests of critical thinking skills and interviews. The results obtained are indicators of critical thinking skills that appear well in students with low initial abilities is the interpretation of the indicators. As for the analysis of indicators, applying the solutions obtained, making inferences and concluding the results appear at an unfavorable level. These results indicate that students with low prior knowledge who study using PBL still have a low level of critical thinking.