Karina Rahmadia Ekawidyani
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680, Indonesia

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Amerta Nutrition

Hubungan antara Perilaku Gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Status Gizi Baduta Di Kabupaten Cirebon Winda Puspita Yuniar; Ali Khomsan; Mira Dewi; Karina Rahmadia Ekawidyani; Anna Vipta Resti Mauludyani
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.313 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i2.2020.155-164

Abstract

Background: Cirebon Regency is one of the priority areas that becomes the locus in efforts to accelerate the reduction of stunting in 2018.Objective: This study aims to analyze the relationship between feeding parenting pattern with nutrient intake of under two-years infants and the relationship between nutritional behavior and clean and healthy lifestyle behavior (CHLB) with nutritional status of under two-years infants in Cirebon Regency.Methods: This study used a cross-sectional study design using secondary data from previous studies conducted at the same two locations in Cirebon Regency. The data processing was carried out in November to December 2019. The subjects involved were 70 mothers who had infants aged 0-24 months. Analysis of the relationship between variables using the Rank Spearman test.Results: The results of the correlation test showed that there was no significant relationship (p> 0.05) between feeding parenting pattern with nutritional intake. In addition, maternal nutritional behavior also did not have a significant relationship (p> 0.05) with nutritional status. This study found that there was a significant relationship between clean and healthy living behavior on the indicators of a smoke-free home environment with the nutritional status using HAZ index.Conclusion: Imbalance between knowledge and socio-economic factors of income can lead to inequality in the application of feeding parenting pattern, nutritional behavior, and CHLB to the nutritional status of under two years. Therefore, a continuous monitoring and evaluation system is needed to ensure that the stunting acceleration program runs effectively and efficiently.ABSTRAK Latar belakang: Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah prioritas yang menjadi lokus dalam upaya percepatan penurunan stunting pada tahun 2018.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola asuh makan dengan asupan zat gizi baduta serta hubungan antara perilaku gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat dengan status gizi baduta di Kabupaten Cirebon.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada dua lokasi yang sama di Kabupaten Cirebon. Proses pengolahan data dilakukan pada bulan November hingga Desember 2019. Subjek yang terlibat adalah 70 orang ibu baduta yang memiliki bayi berusia 0-24 bulan. Analisis hubungan antar variabel menggunakan uji Rank Spearman.Hasil: Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p >0,05) antara pola asuh makan dengan asupan zat gizi. Selain itu, perilaku gizi ibu juga tidak memilki hubungan yang signifikan (p>0,05) dengan status gizi. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku hidup bersih dan sehat pada indikator lingkungan rumah bebas asap rokok terhadap status gizi baduta.Kesimpulan: Ketidakseimbangan antara pengetahuan dengan faktor sosio-ekonomi penghasilan dapat mengakibatkan terjadinya ketimpangan dalam penerapan pola asuh makan, perilaku gizi, dan PHBS terhadap status gizi baduta. Oleh karena itu, diperlukan sistem monitoring dan evaluasi secara kontinu untuk memastikan bahwa program percepatan stunting berjalan secara efektif dan efisien.
Nutrition Knowledge, Breastfeeding and Infant Feeding Practice of Mothers in Cirebon Regency Karina Rahmadia Ekawidyani; Ali Khomsan; Mira Dewi; Yughni Azizah Thariqi
Amerta Nutrition Vol. 6 No. 2 (2022): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v6i2.2022.173-182

Abstract

Background: Exclusive breastfeeding should be supported by early initiation of breastfeeding (EIBF), provision of colostrum and not providing pre-lacteal feeding.   Objectives: The study objective was to analyze nutritional knowledge and factors related to breastfeeding and feeding practices of lactating mothers. Methods: A cross-sectional study was conducted in March–November 2020 in Sibubut, Kedungdalem, and Bayalangu Kidul Villages, Cirebon Regency. Study respondents were 44 lactating mothers with under six months infants. Mothers’ nutritional knowledge of breastfeeding and breastfeeding/feeding practice were obtained using a validated questionnaire, while the food consumption data of mothers was obtained from two days of 24-hour food recall (weekday and weekend). Spearman’s correlation test and Chi-Square analysis were used to analyze the correlation between variables, while the Mann-Whitney test was used to analyze the difference in nutritional knowledge and breastfeeding/infant feeding practice variables based on education level. Results: Family characteristics (age, mother’s education and occupation, household income, parity, family size, and Body Mass Index (BMI) were not correlated with breastfeeding/infant feeding practice (p=0.427; 0.136; 0.481; 0.056; 0.699; 0.241; 0.547, respectively). There was no significant correlation between nutritional knowledge and breastfeeding/infant feeding practice of mothers (p=0.728). No significant difference was found in the nutritional knowledge of breastfeeding (p=0.828) and breastfeeding/feeding practice of infants (p=0.572) between mothers with education > elementary school and < elementary school. More mothers with low education provided pre-lacteal food than mothers with higher education (p =0.046). Conclusions: The breastfeeding/feeding practice of mothers are still poor regardless of education level. Nutrition education for breastfeeding mothers is required to encourage good breastfeeding/infant feeding practices.
Pola Asuh Makan dan Konsumsi Pangan Balita Anemia di Kabupaten Cirebon Mira Dewi; Ali Khomsan; Karina Rahmadia Ekawidyani; Annisa Ayu Pravansa
Amerta Nutrition Vol. 6 No. 3 (2022): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v6i3.2022.227-234

Abstract

Latar Belakang: Anemia merupakan masalah gizi global dengan prevalensi 36,8% balita di Indonesia mengalami anemia. Konsumsi pangan, pola asuh makan, dan sosial ekonomi dapat mempengaruhi status anemia balita. Tujuan: Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan pola asuh makan dengan konsumsi pangan dan hubungan antara pola asuh makan dan konsumsi pangan dengan kadar hemoglobin balita anemia. Metode: Dengan desain cross sectional penelitian ini dilakukan dari Agustus sampai November 2020 dengan jumlah sampel 54 balita anemia (Hb<11 g/dL) di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon yang dipilih secara purposive sampling. Data yang dikumpulkan terdiri atas karakteristik rumah tangga, karakteristik balita dan status gizi, praktik pola asuh makan, serta konsumsi pangan balita yang diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung. Analisis statistik data dilakukan secara univariat maupun bivariat menggunakan uji korelasi spearman. Hasil: Lebih dari separuh (51,9%) ibu berusia 26-35 tahun dengan tingkat pendidikan rendah (90,7%) dan pendapatan rumah tangga di bawah UMR (66,7%). Rata-rata kadar hemoglobin balita sebesar 9,2±1,4 g/dL dan 66,7% mengalami anemia tingkat sedang. Sebagian besar (44,4%) balita berusia 25-36 bulan termasuk kategori status gizi kurang mengacu pada indikator TB/U dan BB/U. Skor pola asuh makan adalah 88,9±7,5 dan masuk dalam kategori ‘baik’, akan tetapi tingkat kecukupan energi, lemak, dan karbohidrat balita masih berada dibawah anjuran. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar hemoglobin berhubungan signifikan hanya dengan faktor konsumsi pangan, terutama tingkat kecukupan energi, lemak, dan karbohidrat, serta frekuensi konsumsi hati ayam. Kesimpulan: Pola asuh tidak berhubungan dengan konsumsi pangan. Kadar hemoglobin balita anemia tidak berhubungan dengan pola asuh pangan, tetapi berhubungan signifikan dengan konsumsi pangan dan kebiasaan mengkonsumsi hati ayam. Informasi terkait dengan status gizi dan kesehatan perlu ditingkatkan khususnya tentang konsumsi pangan dan anemia serta pencegahannya sehingga dapat mengurangi prevalensi anemia pada balita.