Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

School Policy Innovation to Reduce Bullying Effect Riana Nurhayati; Siti Irene Astuti Dwiningrum; Ariefa Efianingrum
AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Vol 13, No 3 (2021): AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan
Publisher : STAI Hubbulwathan Duri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.408 KB) | DOI: 10.35445/alishlah.v13i3.1235

Abstract

Bullying is an unpleasant act that is still a problem in the school environment. To find out about school policy innovations in an effort to reduce the impact of bullying behavior, this will illustrate the relationship between bullying perpetrators and victims of bullying in SMA as well as school policy innovations to reduce the impact of bullying. This research was conducted in high school students of all levels with the number of respondents 1119 students in Indonesia. Descriptive approach with mixed methods. The sample / respondent was determined by purposive sampling technique. The data used a questionnaire and were analyzed with proportions and conducted FGD and interviews with teachers in SMA. The results of the study concluded that: 1) The value of r-count (Pearson Correlations) of the bullying was 0.186 r-table 0.062 and the r-count value for the bullying victim aspect was 0.139 r-table 0.062, meaning that the relationship between the two variables was positive and increased the bullying and victims of bullying, there will also be increased assistance and support from parents, teachers and friends; 2) The solution to reduce bullying effects must implement policies at the macro, meso and micro levels that work systemically and in synergy by creating creative and innovative programs. With the existence of an effective and innovative school policy, bullying cases that occur in schools can be minimized in terms of quality and quantity.
Respect Training of Instructional Design Development for Teachers to Prevent Bullying in Elementary Schools Ariefa Efianingrum
JOURNAL OF EDUCATION Vol 4, No 01: November 2011
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9985.669 KB)

Abstract

The purpose of this study was to develop an instructional design and respect training modules for teachers and school principals to create conducive school cultures, seed non-violence values, and prevent bullying in the elementary school. The study was development research using Thiagarajan’s Four-D model consisting of the four stages of define, design, develop, and disseminate. This present study was limited on the first three stages of the model. The subjects of the study were elementary school teachers and principals in Sleman District. The results of the define stage showed that there had been various forms of violences that happened in schools. At the design stage, the instructional design of training was developed based on the competence standards and basic competencies that were expected to be mastered by school teachers and principals. The design included all ability aspects of cognitive, affective, and psychomotor. At the development stage, expert appraisals/ judgments and trial training were conducted. The Kirk Patrick’s model of training program evaluation showed that the respect training not only transferred knowledge of cognitive aspect, but also the transferred values as affective aspects, as well as developing the skills of participants in applying the respect attitudes into practice in school life.
WACANA KEKERASAN DAN UPAYA REHARMONISASI KONFLIK DALAM KASUS PERKELAHIAN PELAJAR DI YOGYAKARTA Ariefa Efianingrum
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 11, No 2: Oktober 2006
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.103 KB) | DOI: 10.21831/hum.v11i2.4933

Abstract

This research aims at exploring violence discourse in interaction among students, and efforts to reharmonize the conflict in fight of students in Yogyakarta. Based on the research, students know the violence discourse from electronic media and friendship. The violence discourse they recognize includes violence through language ( words, expression, comments, insult, mocks). They are familiar enough with the rude languages. To some of them, those rude words are the symbol of their close friendship. It is proved that nobody is angry due to the words. That attitude shows that they lack empathy. In addition, violence can fire up violence. Therefore, that violence becomes a portrait of socio-cultural degradation in society.
MEMBACA REALITAS BULLYING DI SEKOLAH : TINJAUAN MULTIPERSPEKTIF SOSIOLOGI Ariefa Efianingrum
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 7, No 2 (2018): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi
Publisher : Pendidikan Sosiologi FIS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.287 KB) | DOI: 10.21831/dimensia.v7i2.32584

Abstract

Bullying merupakan jenis kekerasan spesifik yang seringkali hadir tanpa disadari dalam suatu relasi sosial. Bullying dapat terjadi dalam berbagai konteks,termasuk di dalam sistem persekolahan. Intensitas bullying di sekolah menunjukkanpeningkatan dengan jenis yang semakin beragam, seperti verbal bullying, physicalbullying, sexual bullying, emosional bullying, dan cyber bullying. Dalam perspektifsosiologi,  tidak  ada  jawaban  tunggal  dalam  menjelaskan  realitas  sosial  karenasosiologi merupakan ilmu sosial berparadigma ganda. Demikian juga dalammenjelaskan realitas bullying di sekolah. Tulisan ini mencoba mengurai tentangbullying di sekolah dalam multiparadigmatik sosiologi, yaitu paradigma determinismestruktur (makro objektif), determinisme agen (mikro subjektif), dan pemaduan(kontinum) di antara keduanya. Tinjauan tentang  bullying di sekolah ini pentingdilakukan supaya penjelasannya tidak parsial sehingga dapat memberikanpemahaman yang lebih komprehensif. Pilihan teoretik tersebut memiliki implikasimetodologis yang selanjutnya diharapkan bermuara pada ditemukannya solusi yangtepat. Langkah solutif untuk prevensi dan mengatasi bullying perlu dilakukan untukmengembangkan relasi sosial menjadi lebih harmonis dan humanis.
Pendidikan Moral Generasi Muda di Era Global Ariefa Efianingrum
Dinamika Pendidikan Vol 9, No 1 (2002): Dinamika Pendidikan No. 01/Th. IX Maret 2002
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1866.26 KB)

Abstract

Pendidikan Moral Generasi Muda di Era Global
Pemetaan kultur sekolah untuk mendiseminasikan keunggulan: Model gugus dari sekolah inti ke sekolah imbas Joko Sri Sukardi; Ariefa Efianingrum; Dwi Siswoyo
FOUNDASIA Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v10i1.27555

Abstract

Belum meratanya capaian kualitas pendidikan di sekolah dapat berimplikasi pada ketimpangan kualitas pendidikan antarsekolah. Pada era otonomi daerah, Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendidikan memiliki keleluasaan dan kewenangan dalam memajukan kualitas pendidikan di daerahnya. Pemetaan kultur sekolah yang efektif dengan model gugus penting dilakukan untuk mendapatkan gambaran kualitas serta mengetahui keunggulan dan kelemahan sekolah. Keunggulan sekolah inti dapat didiseminasikan kepada sekolah imbas. Keunggulan yang dimaksud meliputi kualitas akademik maupun non akademik. Praktik yang baik di sekolah inti dapat menjadi rujukan dan inspirasi bagi sekolah imbas. Sekolah imbas dapat mengadopsi dan mengadaptasinya untuk meningkatkan keunggulan sekolah. Sekolah imbas dapat menentukan keunggulan yang sesuai dengan konteks sekolah dan wilayahnya masing-masing. Dengan demikian, semua sekolah berpeluang untuk berkembang dalam memajukan sekolahnya dan ketimpangan kualitas pendidikan antarsekolah dapat diminimalisir. Kata kunci: Diseminasi, Kultur Sekolah, Model Gugus
Aktivitas sekolah yang rentan terjadi bullying di kalangan siswa Ariefa Efianingrum; Siti Irene Astuti Dwiningrum; Riana Nurhayati
FOUNDASIA Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v12i1.43465

Abstract

Bullying di kalangan siswa masih terjadi dengan intensitas yang cenderung meningkat dalam berbagai bentuk. Terus berulangnya kejadian bullying di sekolah menunjukkan bahwa kasus tersebut tidak mudah untuk dihilangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali aktivitas di sekolah yang rentan dan memungkinkan terjadinya bullying di kalangan siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun setting penelitian ini adalah sekolah menengah atas (SMA) di Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui focus group discussion (FGD) dan wawancara. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, dan siswa. Analisis data menggunakan model interaktif dari Miles Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bullying di kalangan siswa dapat terjadi secara individual maupun secara kolektif. Bullying di kalangan siswa dapat berbentuk, bullying verbal, bullying fisik, bullying emosional, dan bullying di dunia maya. Bullying di kalangan siswa dapat terjadi di kelas, di luar kelas, di sekolah, di luar sekolah, dan di ruang maya/media sosial. Kegiatan sekolah yang melibatkan siswa secara massal seperti turnamen olahraga dan lomba supporter, juga rawan terjadi bullying di kalangan siswa. Saat ini kehadiran media sosial menjadi ruang baru bagi berlangsungnya cyber bullying melalui teks atau kata-kata.
Kultur Sekolah Ariefa Efianingrum
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol 2, No 1 (2013): Kontestasi Mendidik Bangsa di Era Reformasi
Publisher : Departemen Sosiologi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (893.799 KB) | DOI: 10.22146/jps.v2i1.23404

Abstract

Tulisan ini hendak mengelaborasi sejumlah pemikiran dan konsep yang meyakini pentingnya faktor kultural dalam mendorong dinamika perubahan institusional, khususnya dalam konteks persekolahan (schooling). Perlu tilikan secara seksama bahwa budaya/kultur merupakan kekuatan konstitutif untuk inovasi dan perubahan sosial, sekaligus memiliki kekuatan reflektif dalam melakukan peran legitimasi sosial.Kultur meliputi faktor material yang tangible dan non-material yang intangible. Realitas menunjukkan bahwa kunci keberhasilan pendidikan seringkali justru terletak pada faktor yang tak terlihat. Karenanya, menekankan perbaikan pendidikan di sekolah pada proses restrukturisasi semata, tidak lagi memadai. Namun demikian, restrukturisasi yang bersifat struktural dan rekonstruksi yang bersifat kultural tidak perlu saling menegasikan dalam praktiknya. Dalam pengembangan kultur sekolah, terdapat aneka pilihan alternatif yang dapat disesuaikan dengan visi-misi dan kondisi sekolah, serta profil siswa dalam aneka kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Betapapun intervensi kebijakan pendidikan telah dilakukan, tidak akan memberikan efek bermakna, tanpa perubahan yang sifatnya kultural dari dalam institusi pendidikan itu sendiri. Dalam konteks sekolah yang berada dalam masyarakat paternalistik, pimpinan sekolah menjadi ikon yang memiliki peran utama dalam pengembangan kultur sekolah.Kata kunci: pendidikan, budaya, kultur sekolah.
PELATIHAN PENGEMBAGAN KARAKTER ANAK BAGI GURU TK DI UPT PENDIDIKAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN Ariefa Efianingrum; Farida Hanum; Arif Rohman; Joko Sri Sukardi; Murtamadji Murtamadji; Ebni Sholikhah
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.811 KB) | DOI: 10.21831/diklus.v3i2.26789

Abstract

Globalisasi membuat dunia semakin terbuka dan berdampak pada semakin mudahnya pertukaran budaya yang belum tentu sesuai dengan konteks masyarakat Indonesia. Sayangnya guru dinilai belum berhasil dalam mengembangkan karakter anak dalam mentransformasikan budaya bangsa karena dinilai lebih focus pada materi pelajaran. Untuk itu, keterampilan pengembangan karakter anak diperlukan para guru agar tidak hanya menciptakan anak yang cerdas namun juga berkarakter. Program pelatihan dipilih sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru TK se Kecamatan Ngaglik Sleman sebagai upaya mengembangkan karakter anak di lingkungan sekolah. Pelatihan dilakukan dengan cara penyampaian materi dan action plan. Keberhasilan pelatihan dievaluasi menggunakan model Ralph W. Tyler yang berorientasi pada tujuan. Tujuan dari pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru terhadap pengembangan karakter anak. Pre-test dan post-test digunakan untuk mengukur peningkatan pengetahuan guru terhadap pengembangan karakter anak. Sedangkan evaluasi terhadap action plan dilakukan dengan melihat catatan yang diserahkan para guru kepada tim PPM. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan Guru TK terhadap pengembangan karakter anak rata-rata 21.81 poin. Sedangkan action plan menunjukkan peningkatan keterampilan guru dari cara-cara yang digunakan dalam mengembangkan karakter anak
Intervention and Initiation of Anti-Bullying Policies in Schools : Praxis in Yogyakarta City Junior High Schools Ariefa Efianingrum; Farida Hanum; Shely Cathrin; Maryani Maryani; Reno Wikandaru
Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran Vol 9, No 1 (2023): March
Publisher : Universitas Pendidikan Mandalika (UNDIKMA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jk.v9i1.6476

Abstract

This study aims to describe policy interventions and innovative programs in anti-bullying praxis implemented in Yogyakarta City Junior High Schools. This study used descriptive methods with quantitative and qualitative approaches. This study was conducted in 2022 with 1517 students from 19 junior high schools in Yogyakarta City as participants. The participants of the study were principals and guidance and counselling teachers from 19 junior high schools in Yogyakarta City, junior high school supervisors, and policymakers at the Yogyakarta City Youth and Sports Education Office. The data collection techniques used were Focus Group Discussion (FGD), interviews, and documentation. The data were then analysed using qualitative descriptive analysis through several steps: data collection, condensation, data presentation, and conclusions. The findings indicate that the interventions made by schools on the phenomenon of bullying are: a) 69% of schools attempt to stop bullying; b) 64% of teachers reprimand perpetrators; c) 61% of teachers assist bullying victims; and d) 57% of teachers support bullying victims. In addition, qualitative data in the form of variations in the implementation of education policies in SMP Kota Yogyakarta to address bullying in schools were uncovered. According to the results of the study, there are: a) individual programs through counselling; b) collective mentoring through character building to develop soft skills and hard skills; c) rules of order and social control; and d) school partnerships with external institutions. These innovative programs are the outcome of the interpretation of educational policy by the institutions, as well as the creative initiatives of schools.