Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI RUMPUT (Ischaemum sp) TANAH ASAL AMBAN DAN KEBAR DENGAN LEVEL DOSIS PUPUK NPK YANG BERBEDA Onesimus Yoku; Daniel Yohanis Seseray; Maria Krey
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 7 No 1 (2017): Pastura Vol. 7 No. 1 Tahun 2017
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.393 KB) | DOI: 10.24843/Pastura.2017.v07.i01.p02

Abstract

Pakan hijauan merupakan pakan basal ternak ruminansia, sehingga ketersediaannya baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan ternak ruminansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanah asal Amban dan Kebar dengan level dosis pupuk NPK terhadap karakteristik morfologi rumput Ischaemum sp, yang meliputi karakteristik daun (panjang daun, lebar daun), dan batang (panjang ruas, diameter batang) serta produktivitas rumput Ischaemum sp yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah daun. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah asal tanah dengan 2 (dua) taraf dan faktor kedua adalah dosis pupuk NPK dengan 3 (tiga) taraf. Data yang diperoleh diolah menggunakan metode eksperimen dalam rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, apabila berpengaruh signifikan akan diuji lanjut dengan Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan tanah asal Amban dan Kebar dengan dosis pupuk 0 NPK, 0,165 NPK dan 0,330 NPK tidak memberikan pengaruh yang signifikan terdahap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah daun serta karakteristik daun (panjang dan lebar daun), batang (panjang ruas dan diameter batang). Rata-rata pertumbuhan tinggi dan laju pertumbuhan, serta jumlah anakan dan jumlah daun tanaman rumput Ischaemum sp pada tanah Kebar lebih tinggi dibandingkan tanah asal Amban. Karakteristik daun dan batang rumput Ischaemum sp pada 2 MSP hingga 6 MSP ukuran maksimal panjang daun 36,2 cm; lebar daun 1,7; panjang ruas 7,5 cm dan diameter batang 0,3 mm. Kata kunci: tanah, pupuk, morfologi, karakteristik, rumput Ischaemum sp
PEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI BIOGAS DI KABUPATEN TELUK BINTUNI PROVINSI PAPUA BARAT Budi Santoso; Irba U. Warsono; Daniel Y. Seseray; Purwaningsih Purwaningsih
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 26, No 3 (2020): JULI - SEPTEMBER
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpkm.v26i3.17633

Abstract

Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk memperkenalkan teknologi biogas kepada peternak sapi dalam rangka penyediaan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan Distrik Manimeri, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Pelatihan ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu sosialisasi tentang teknologi biogas, pemasangan biodigester portabel dan pembuatan biodigester sederhana, pengisian biodigester, uji pembakaran biogas, dan monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa peserta kegiatan mempunyai respon yang baik terhadap materi yang disampaikan. Setelah 3 minggu pengisian feses sapi ke dalam biodigester, biogas telah terbentuk dan dapat menyalakan kompor terus menerus. Direkomendasikan bahwa biodigester sederhana dapat diterapkan pada petani yang memelihara sapi pada skala 3-5 ekor dalam rangka penyediaan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.Kata kunci: Biodigester; Biogas; Feses Sapi; Energi; Pengabdian Pada Masyarakat.AbstractThe purpose of the community service activity was to introduce biogas technology to cattle farmers in order to provide alternative energy sources that are environmentally friendly. This activity was carried out at Manimeri District, Teluk Bintuni Regency, West Papua Province. The training was carried out in several stages, namely socialization of biogas technology, installation of portable biodigester, making simple biodigester, filling of biodigester, biogas combustion testing and evaluation monitoring. The results of the activities showed that the participants of the activity have a good response to the material provided. After 3 weeks of filling cattle feces into biodigester, biogas has been formed and can ignite the stove continuously. It was recommended that simple biodigester can be applied to farmers who raising a scale of 3-5 head of cattle in the context of providing alternative energy sources that are environmentally friendly.Keywords: Biodigester; Biogas; Cattle Feces; Energy; Community Service.
Renovasi Kandang Kelompok dan Handling Sapi ke Kandang Kelompok di Pilot Project Kampung Jenderau Distrik Kebar Timur: Group’s Cattleshed Renovation and Cattle Herding in Kampung Jenderau Pilot Project, Kebar Timur District John Arnold Palulungan; Daniel Yohanes Seseray; Iriani Sumpe; Abdul Rahman Ollong; Alnita Baaka; Purwaningsih Purwaningsih; Rinetha Stella Suabey
IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2021): IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/igkojei.v2i2.191

Abstract

ABSTRACT The biogas program implemented in Jandurau Village has an impact on the community. The community began to renovate the old cattle sheds in the village of Jandurau and herded wild cattle from the forest to be kept in said sheds. The construction of the sheds involved the Jandurau community by utilizing equipment and materials owned by the community along with assistance from Bank Indonesia (BI) West Papua. A supervising team from the Faculty of Animal Husbandry, University of Papua assisted to ensure the activity went smoothly. Keywords: Cage, Biogas, Jandurau village, Cattle ABSTRAK Program biogas yang dilaksanakan di Kampung Jandurau memberi dampak kepada masyarakat. Masyarakat mulai melakukan renovasi kandang lama yang ada di kampung Jandurau, selain itu masyarakat mulai mengumpulkan ternak-ternak sapi yang awalnya diliarkan di hutan untuk di kandangkan. Pembangunan kandang melibatkan masyarakat Jandurau dengan memanfaatkan peralatan dan bahan yang dimiliki oleh masyarakat dan juga bantuan dari Bank Indonesia (BI) Papua Barat. Tim pendamping dari Fakultas Peternakan Universitas Papua mendampingi hingga Kegiatan ini berjalan dengan baik. Kata kunci: Kandang, Biogas, Kampung Jandurau, Ternak sapi
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) PADA INTERVAL DEFOLIASI YANG BERBEDA: THE GROWTH AND PRODUCTION OF ELEPHANT GRASS (Pennisetum purpureum) ON DIFFERENT INTERVAL OF DEFOLIATION Daniel Y. Seseray; Evi W. Saragih; Yeldrik Katiop
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol. 7 No. 1 (2012): JURNAL ILMU PETERNAKAN
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30862/jipvet.v7i1.42

Abstract

The aims of this study were to determine the effect of defoliation interval of elephant grass on the growth and production and arranged in Randomized Block Design consisted of 5 blocks and 3 treatments, so there were 15 experimental units. The treatments used were P1 (defoliation 20th day), P2 (defoliation 40th day) and P3 (defoliation 60th day). The finding showed that the responses of the interval defoliation treatments were significantly different (P< 0.05) to the average height of plants and the production of dry matter (DM), where the results of further BNJ tests showed that plant height at treatment P1 (81.78 cm) was different markedly lower than P2 treatment (103.6 cm) and P3 (129.24 cm), as well as different treatment markedly lower P2 from P3 treatment. The production of DM in treatment P1 (1.20 tons/ha) did not differ significantly with treatment P2 (1.94 tons/ha), but significantly higher than the treatment P3 (2.75 tons/ha), while the P2 treatment did not differ significantly by treatment with P1 and P3. The average number of tillers and fresh forage production in treatment P1, P2 and P3 respectively 1.75 tillers and 14.15 tons/ha; 3.44 tillers and 13.07 tons/ha; 4.25 tillers and 1707 tons/ha. Concluded that the longer the interval the higher defoliation of plant growth, additional number of tillers and the higher DM production, while the production of fresh forage is relatively the similar.
Deskripsi Daging Rana Arfaki (Anura; Ranidae) yang Dikonsumsi Masyarakat Moiley di Pegunungan Arfak: Description of Rana Arfaki (Anura; Ranidae) Meat Consumed by Moiley Communities at the Arfak Mountain Freddy Pattiselanno; Anita Oce Athabu; Daniel Yohanes Seseray
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol. 11 No. 3 (2021): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Ve
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v11i3.199

Abstract

Abstract In Papua, especially in the Arfak Mountains, one of wild animals that commonly used as a non-animal protein source is frogs. Although it has been consumed by local people for generations, there is no representative information on the characteristics of Arfak frog meat. This study aims to determine the body weight and weight of carcass of Arfak frogs (Rana arfaki) comsumed by the Moiley communtiies in the Arfak Mountains. In addition, this study also attempts to reveal the physical quality and processing techniques of consumed Arfak forg meat. We used descriptive method with observation techniques in the field. The results show that an average body weight of Arfak frogs consumed in Mbenti is 2.53 ± 0.81gr, with an average of carcass percentage 46.77% and non-carcass percentage 53.23%. The physical quality of the meat is, fresh and looks intact, the color of flesh and muscles is white to yellowish white, has a distinctive aroma, and elastic texture as well as strong muscles. The pH value of fresh meat is an average of 7.03. Various meat processing techniques are practiced including fried, stir-fry, grilled and smoked, and pickling/smoked is more preffered bacuse it is easy and the meat can keep longer as a source of food for household animal protein. Keywords: Arfak; Cosnsumption; Meat; Quality; Rana arfaki Abstrak Di Papua khususnya di Pegunungan Arfak, salah satu jenis satwa yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber protein hewani non-ternak adalah katak. Meskipun telah dikonsumsi oleh masyarakat lokal secara turun temurun, sampai saat ini belum tersedia informasi yang representatif tentang karakteristik daging katak Arfak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bobot badan dan berat karkas katak Arfak (Rana arfaki) yang dikonsumsi masyarakar Moiley di Pegunungan Arfak. Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik dan teknik pengolahan daging katak Arfak yang dikonsumsi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik observasi atau pengamatan langsung di lapangan. Rataan bobot badan katak Arfak (Rana arfaki) yang dikonsumsi oleh masyarakat di Mbenti yaitu 2,53 ± 0,81gr dengan rataan persentase karkas yaitu 46,77% dan persentase non-karkasnya sebesar 53,23%. Kualitas fisik daging katak Arfak yaitu memiliki karakteristik segar dan tampak utuh, warna daging dan otot putih hingga putih kekuningan, memiliki aroma khas, dengan tekstur elastis serta memiliki otot kuat. Sedangkan nilai pH daging katak Arfak segar yang dikonsumsi oleh masyarakat yaitu rata-rata adalah 7,03. Teknik pengolahan daging yang dilakukan oleh masyarakat beragam antara lain goreng, tumis, bakar dan asap. Cara asar/asap lebih disenangi karena mudah dilakukan dan dapat memperpanjang masa simpan daging sebagai cadangan sumber pangan protein hewani rumah tangga. Kata kunci: Arfak; Daging; Konsumsi; Kualitas; Rana arfaki
MONITORING BIOGAS DAN PENANGANAN KESEHATAN TERNAK SAPI DI PILOT PROJECT KAMPUNG JANDURAU DISTRIK KEBAR TIMUR : Biogas Monitoring and Cattle Health Handling in the Pilot Project of Jandurau Village, East Kebar District Daniel Seseray; Abdul Ollong; Iriani Sumpe; Purwaningsih; Alnita Baaka; Rinetha Stella Suabey; Agustinus G. Murwanto; Diana Sawen; John Arnold Palulungan
IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2022): IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/igkojei.v3i2.263

Abstract

ABSTRACT The existing biogas has not been utilized by all group members due to several problems, including the clogging of the gas valve in the reactor, and the leaking of storage which has not been handled independently by the community. Livestock health management is an obstacle for farmers in Jandurauw. Inspection of biogas installations is carried out by directly observing the condition of the equipment and followed up with training to handle the problem. Animal health is carried out by observing the condition of livestock and handling through the provision of drugs and vitamins. In addition, counseling is also carried out to introduce the use of traditional medicines that can be given to livestock. Members of the Jandurau livestock group can handle the problem of damage to the biogas installation and also understand the use of traditional medicine in livestock  Keywords: Bali cattle; Biogas; Jandurauw village    ABSTRAK  Biogas yang ada belum dimanfaatkan oleh seluruh anggota kelompok, berbagai kendala seperti tersumbatnya kran gas pada reaktor biogas dan bocornya storage belum mampu ditangani secara mandiri oleh warga masyarakat. Penanganan kesehatan ternak menjadi keterbatasan bagi peternak di Kampung Jandurauw. Pemeriksaan instalasi biogas dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi perangkat biogas, jika ditemukan terdapat kerusakan dilakukan pelatihan untuk menangani kerusakan tersebut. Sedangkan kesehatan  hewan dengan melihat kondisi ternak yang sakit, kemudian dilakukan penanganan dengan pemberian obat dan vitamin. Selain itu juga dilakukan penyuluhan tentang obat-obatan tradisional yang dapat diberikan ke ternak. Anggota kelopok ternak kampung Jandurauw dapat menangani permasalahan kerusakan instalasi biogas, dan juga paham akan penggunaan obat-obat tradisional. Kata kunci: Biogas; Sapi Bali; Kampung Jandurauw
Training on making rice straw-based compost for farmer group in Prafi District, Manokwari Regency Budi Santoso; Bambang Tjahyono Hariadi; Daniel Yohanes Seseray
Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang Vol 7, No 3 (2022): August 2022
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/abdimas.v7i3.7572

Abstract

Farmers in Prafi District often experience problems with the availability of inorganic fertilizers, so it is necessary to provide organic fertilizer. The objectives were to provide insight into the role of environmentally friendly fertilizers for soil and plants, to transfer knowledge and technology for composting based on rice straw waste, and to assist farmers in Prafi District, in overcoming the problem of scarcity and high prices of fertilizers.  This training was held in Aimasi Village, Prafi District, attended by 24 members of the Harapan Makmur group and Petani Peternak Terpadu Sebelas group.  The training included the preparation of materials, counseling, and practice, application of compost to plants, and evaluation. The results of the activity showed that the participants gave an excellent response to the introduction of composting technology made from a mixture of rice straw and cow feces.  Farmers could make compost, so there was no need to buy fertilizers used for planting vegetables and fruits.  Moisture content, organic matter, C-total, and N-total of rice straw-based compost were within the criteria of SNI compost. It was concluded that most of the farmers had understood the material provided and had been able to independently make compost with good quality.
Mapping Strategic and Sustainable Relevant Actors of Poultry Production and Business Using Stakeholder Network Analysis Desni Triana Ruly Saragih; Meky Sagrim; Hendrik Fatem; Stepanus Pakage; Yosina Waromi; Daniel Seseray; Aisyah Bauw; Hendrik Arwam; Miksen Sangkek; Deny Iyai
Jurnal Agripet Vol 20, No 2 (2020): Volume 20, No. 2, Oktober 2020
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v20i2.16006

Abstract

ABSTRACT. Stakeholders and their network place top rank of value chain business and ruled prominent roles in the livestock development sector particularly poultry commodity. The involvement of many stakeholders and other parties is questionable because they perform and shape the market and business chain. The study was done in Manokwari using focus group discussion towards twenty-four various represented individuals, groups and mass organizations. The key queries discussed concerning the introduced background of the organization, shared resources, inter-connectivity amongst actors, intervention and innovation preferences and shared by actors. Stakeholder Network Analysis was employed to run the network and relationship between actors using the Pearson Correlation Coefficient and Hierarchical Clustering Analysis. The finding is that the stakeholders in the poultry farming systems are dominated by private group actors who are working in groups to manage the farms and its value chain process and officially have been under laws. These actors commonly act like positive important stakeholders, who ruled the farms. The threats are real and exist and should be lowering as much as possible to mitigate the turn-back effect. The top five shared resources are access, spaces, time, policy, knowledge and skills. Those resources will stay longer to sustain the strong needs of poultry farms. The relationship of actors is dominated by the ranges of correlation are varying in between negative, neutral to positive. Actors are not delivering the intervention and innovation yet. Actors with low interest and low power should then be promoted to high interest and high power by using aids, guidance, and services from each actor from its value chain and cooperation and farming business. (Pemetaan Pemangku Produksi dan Bisnis Unggas Strategis dan Berkelanjutan Dengan Aplikasi Analisis Jaringan Stakeholder) ABSTRAK. Pemangku kepentingan dan jaringannya menempati peringkat teratas dalam bisnis rantai nilai dan memegang peran penting dalam sektor pengembangan peternakan khususnya komoditas unggas. Keterlibatan banyak pemangku kepentingan dan pihak lain patut dipertanyakan. Penelitian dilakukan di Manokwari dengan menggunakan FGD terhadap dua puluh empat perwakilan individu, kelompok dan ormas. Pertanyaan utama membahas tentang latar belakang organisasi yang diperkenalkan, sumber daya bersama, interkoneksi antar aktor, preferensi intervensi dan inovasi dan dibagikan oleh aktor. Analisis Jaringan Pemangku Kepentingan digunakan untuk menjalankan jaringan dan hubungan dengan menggunakan Koefisien Korelasi Pearson dan Analisis Pengelompokan Hirarkis. Temuannya adalah bahwa para pemangku kepentingan dalam sistem peternakan unggas didominasi oleh pelaku kelompok swasta yang bekerja dalam kelompok untuk mengelola peternakan dan proses rantai nilainya dan secara resmi berada di bawah undang-undang. Aktor ini biasanya bertindak seperti pemangku kepentingan penting yang positif, yang mengatur pertanian. Ancaman itu nyata dan ada dan harus diturunkan sebanyak mungkin untuk mengurangi efek balik. Lima sumber daya bersama teratas adalah akses, ruang, waktu, kebijakan, pengetahuan, dan keterampilan. Sumber daya tersebut akan bertahan lebih lama untuk menopang kebutuhan kuat peternakan unggas. Hubungan antar aktor didominasi oleh rentang korelasi yang bervariasi antara negatif, netral hingga positif. Para pelaku belum melakukan intervensi dan inovasi. Pelaku dengan kepentingan rendah dan kekuasaan rendah kemudian harus dipromosikan menjadi kepentingan tinggi dan kekuasaan tinggi dengan menggunakan bantuan, bimbingan, dan layanan dari masing-masing pelaku dari rantai nilai dan koperasi dan usaha tani.
Upaya Pemberdayaan Kelompok Peternak Kambing melalui Pembuatan Demplot dan Penyuluhan Budidaya Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) di Distrik Sarmi Timur Kabupaten Sarmi Papua Diana Sawen; Iriani sumpe; Daniel Y. Seseray; Martha Kayadoe
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol. 1 No. 4 (2022): Desember : Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Yappi Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1102.618 KB) | DOI: 10.55606/jppmi.v1i4.107

Abstract

Hijauan pakan merupakan pakan basal atau pakan utama ternak ruminansia terutama sapi dan kambing. Peternak secara umum dan peternak di Distrik Sarmi Timur Papua secara khusus, mengandalkan hijauan pakan yang tersedia secara alami untuk ternaknya. Namun dalam perkembangannya, peternak mulai mengembangkan potensi dan wawasannya untuk mencoba menyediakan hijauan pakan bagi ternaknya dengan penerapan pembuatan demplot rumput, salah satunya dengan membudidayakan rumput raja. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada kelompok peternak kambing di distrik Sarmi Timur Kabupaten Sarmi. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu peternak, mengenalkan jenis hijauan pakan yang unggul yang memiliki kualitas dan produksi yang baik. Selain itu mengenalkan cara budidayanya dan sekaligus membuat demplot percontohan. Metode deskriptif yang digunakan dengan teknik observasi langsung, diskusi langsung dan survei tumbuhan pakan. Hasil kegiatan pengabdian ini menunjukkan bahwa peternak sudah bisa membedakan jenis rumput raja dengan rumput lainnya, kemudian dapat menanam secara langsung pada demplot yang sudah disiapkan bersama pada petak percobaan ukuran 20 x 2 m2 sebanyak 6 petak. Rumput dipanen pada umur defoliasi 45 hari dan langsung diberikan pada ternaknya. Berdasarkan hasil survei di lapangan, ditemukan bahwa jenis hijauan pakan lokal yang dominan dikonsumsi yaitu rumput (17 spesies), legum (8 spesies) dan hijauan lain (7 spesies).