YS Darmanto
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275|Universitas Diponegoro

Published : 31 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN EGG WHITE POWDER TERHADAP KUALITAS GEL SURIMI PADA BEBERAPA JENIS IKAN LAUT Purwandari, Lutfiani Yusup; Darmanto, YS; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.676 KB)

Abstract

Surimi merupakan lumatan daging ikan yang dicuci dengan air dan ditambahkan krioprotektan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui potensi Egg white powder terhadap kualitas gel pada surimi dengan bahan baku jenis ikan laut yang berbeda. Bahan yang digunakan adalah ikan Tunul (Spyraena picuda), ikan Kurisi (Nemipterus nematoporus), dan ikan Belanak (Mugil cephalus) dengan masing-masing penambahan EWP 0% dan 3%. Hasil penelitian menunjukkan surimi belanak nilai kekuatan gel mengalami peningkatan yaitu sebanyak 11,40%. Pada surimi tunul dan kurisi nilainya menurun setelah ditambahkan EWP sebesar 10,52%. Kisaran nilai kadar air semua sampel yaitu sebesar 79,16% – 80,08 %. Nilai pH semua sampel memiliki nilai rata-rata sebesar 6,8. Nilai protein seluruh sampel mengalami kenaikan, pada ikan belanak sebesar 2,45%, pada ikan tunul mengalami kenaikan sebesar 1,11 % dan protein surimi ikan kurisi naik sebesar 0,89%. Nilai EMC seluruh surimi mengalami penurunan setelah ditambah EWP 3% sebesar 10,47%. Surimi ikan tunul dan kurisi memiliki nilai uji lipat dan uji gigit terbaik dibandingkan surimi ikan belanak. Nilai uji hedonik yang terdiri dari uji kenampakan, tekstur, rasa dan aroma juga menunjukkan rata-rata nilai yang sama dengan kisaran nilai sebesar 7,41± 8,48. Surimi is a minched fish meat that washed with water and added cryoprotectants. The purpose of this study was to determine the potential of Egg white powder on the gel forming ability of surimi with raw materials of different types of marine fish. Materials used are Great barracuda (Spyraena picuda), Treadfin bream (Nemipterus nematoporus), and Mullet (Mugil cephalus) with the addition of each EWP 0% and 3%. The results showed mullet surimi has the highest gel strength values as 11,40%. Different results are shown in great barracuda and tredfin bream surimi. The gel strength decreased after adding the EWP is equal to 10,52%. Values of the water content of all samples showed similar values between 79,16% - 80,08 %. pH value of all samples also had anaverage value of 6,84. The protein values of mullets surimi has the highest protein rise in amount of 2,45% compared to great barracuda surimi which rised by 1,11% and treadfin bream surimi rised by 0,89%. EMC value in all surimi showed significant differences. EMC values decreased after adding EWP 3% and the highest value in the sample mullets of 10,47%. Great barracuda surimi and treadfin bream surimi have a best score frome folding test and teeth cutting test compared mullets surimi. Hedonic value test shows the average value range of 7,41 ± 8,48.
PENYAMAKAN KULIT IKAN NILA, GURAME, KAKAP PUTIH DAN ANALISA KUALITAS FISIKNYA Intansari, Winda; darmanto, YS; Swastawati, Fronthea
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 1(2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of the research was to determine the effect of different types of fish skin is Nila(K1), Gouramy (K2) and White Snapper (K3) to the physical quality chrome tanned fishskins, in order to obtain optimum results and can be set to produce fish skin leather.Experimental design used was Randomized Block Design (RBD) with three types of fish skintreatment. Parameter tests include tensile strength, elongation at break and softness test. Thedata were analyzed using ANOVA, continued with Honesty Significant Difference Test andLeast Significant Difference at the level of 95% and 99% (α 0.05 and 0.01). Results showedthat K1 and K2 exert a significantly different (p <0.05) on the tensile strength. K1, K2 andK3 were highly significant (p < 0.01) against elongation at break. The softness test ontreatment K1, K2 and K3 were not significantly different (p < 0.05). The experimental resultsshow that the tensile strength of the tanned skin K1, K2, and K3 respectively 1302.71 ±91.89; 1065.23 ± 108.93; 1240.83 ± 39.32 N/cm2. The elongation at break skin test of K1,K2, and K3 respectively 58.51 ± 1.07; 80.01 ± 1.55; 44.46 ± 1.52%. the softness test of K1,K2, and K3 respectively 4.30 ± 0.19; 4.93 ± 0.26; 4.33 ± 0.26 mm. Based on the results of research concluded that K1, K2, and K3 could potentially be used as a raw material oftanning leather and end product. The optimum fish skin leather and in accordance with SNI06-4593-1998 was K1.
PENGARUH CARA KEMATIAN DAN TAHAPAN PENURUNAN KESEGARAN IKAN TERHADAP KUALITAS PASTA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Wibowo, Imam Restu; Darmanto, YS; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.403 KB)

Abstract

Kualitas produk hasil perikanan dipengaruhi oleh kesegaran ikan. Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan daya awet dan juga meningkatkan nilai ekonomis ikan. Pasta ikan merupakan salah satu alternatif penganekaragaman produk berbasis produk gel. Pasta ikan merupakan makanan yang berasal dari bahan baku lumatan daging ikan yang ditambahkan dengan tepung, garam dan berbagai jenis sayuran. Cara kematian ikan dan tahapan penurunan kesegaran ikan dapat mempengaruhi kualitas produk daging yang berdampak pada kualitas produk, sehingga bahan baku menjadi salah satu faktor untuk menghasilkan produk olahan yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh cara kematian dan tahapan penurunan kesegaran ikan terhadap kualitas pasta ikan nila. Bahan baku yang digunakan adalah ikan nila hidup yang dimatikan dengan kisaran panjang total 20-30 cm, kisaran berat 250- 300 gr/ekor. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 2x3,dengan dua perlakuan kematian yaitu dimatikan langsung dan dibiarkan menggelepar. Penelitian utama dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap I mengamati fase penurunan kesegaran ikan (pre rigor mortis, rigor mortis, dan post rigor mortis, sedangkan tahap dua adalah pembuatan pasta ikan dari masing perlakuan tersebut. Hasil penelitian utama di dapatkan perlakuan kematian ikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) terhadap gel strength, kadar air, kadar protein, derajat putih dan pH. Tahapan penurunan kesegaran ikan yaitu pre rigor mortis, rigor mortis danpost rigor mortis menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05) terhadap gel strength, kadar air, kadar protein, derajat putih dan pH. Pasta ikan memiliki mutu yang lebih baik dengan perlakuan dimatikan langsung dalam kondisi pre rigor mortis. The quality of fish products were influenced by the freshness of fish. Processing was aimed to maintain self-life and increase the economic value of fish. Fish paste was one of an alternative product diversification that based on gel. Fish paste was a food that is derived from fish grind meat raw materials and added with flour, salt and various kinds of vegetables. Fish mortality methods and decline phases of fish freshness could affect the quality of the meat and product, good raw materials would produce good product. The purpose of this study was to determine the effect of killing methods and decline stages of fish freshness on quality of fish paste made from Tilapia. The material were used in this study was fresh tilapia fish lengthed 25-28 cm and weighted 250-300g.The experimental design of main research that used is experimental laboratories with Random Block Design (RBD) 2x3 factorial with two treatment kill is turned off direct be left flounder with stage decline freshness is pre rigor mortis, rigor mortis and post rigor mortis. The main study was conducted in two phases: the first phase observed decrease in the freshness of the fish (pre rigor mortis, rigor mortis, and post-rigor mortis, while the second stage is the manufacture of fish paste from the respective treatment. The main research result obtained indicate treatment of mortality significantly different (P<0,05) to the gel strength, kadar air, kadar protein, derajat putih and pH.  Different stages of the decline of fish freshness showed significant result (P<0,05) to the gel strength, kadar air, kadar protein, derajat putih and pH. Improve the quality of fish better with fish kill flounder treatment in a state of pre rigor mortis.
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN MINYAK DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK Maharani, Ardila Tri; Darmanto, YS; Riyadi, Putut Har
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.945 KB)

Abstract

Peminyakan merupakan salah satu tahapan dari proses penyamakan dimana peminyakan bertujuan untuk menjadikan kulit lebih lemas, lunak dan mudah dilekuk-lekukkan. Peminyakan dapat menggunakan berbagai macam minyak yaitu kuning telur dan minyak ikan tersulfit dimana kedua bahan tersebut mampu meningkatkan kemuluran pada kulit ikan nila samak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis minyak dan konsentrasi yang berbeda terhadap kualitas dari kulit ikan nila samak. Penelitian menggunakan desain percobaan faktorial dengan perlakuan bahan minyak yaitu minyak ikan tersulfit dan kuning telur serta konsentrasi bahan minyak yaitu 3%, 6%, 9%, 12%, 15% dan dilakukan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor bahan minyak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kemuluran, kekuatan tarik, kekuatan sobek dan kadar lemak. Sedangkan faktor konsentrasi bahan minyak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kemuluran, kekuatan sobek, kekuatan tarik dan kadar lemak. Interaksi kedua faktor berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kemuluran, kekuatan sobek, kekuatan tarik dan kadar lemak. Kulit samak ikan nila dengan konsentrasi kuning telur konsentrasi 3% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: kekuatan sobek (368,10 N/cm2), kekuatan tarik (2169,85 N/cm2), kemuluran (69,51%) dan kadar lemak (5,52%).  Fatliquoring is one of tanning process which aims to make tanned skin more limp, soft and easy to indentation. Fatliquoring can use a wide variety of oils include are egg yolk and sulfitation fish oil where both materials are able to increase flexibility of tanned tilapia skin. The purpose of this research were to know effect of using different oil and concentration on quality of tanned tilapia skin. This research using factorial experimental design with oil material consist of sulfitation fish oil and egg yolk and oil material concentration consist of 3%, 6%, 9%, 12%, 15% treatments in three replication. The results showed that oil material factors had significant effect (P<0.05) against elongation, tensile strength, tear strength and fat content. Meanwhile, oil concentrations factor had significant effect (P<0.05) against elongation, tear strength, tensile strength and fat content. The interaction of these two factors had significant effect (P<0.05) against elongation, tear strength, tensile strength and fat content. Tanned tilapia skin  with egg yolk 3% was the best product which had the quality criteria: tear strength (368.10 N/cm2), tensile strength (2169.85 N/cm2), elongation (69.51%) and fat content (5.52%). 
MIKROENKAPSULASI Spirulina platensis DENGAN MENGGUNAKAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS KADAR FIKOSIANIN Fasusari, Cindy; Darmanto, YS; Rianingsih, Laras
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 1(2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Spirulina platensis (S. platensis) is a blue-green microalgae (blue green algae). S.platensis has long been consumed as a food and a natural source of blue dye. The content ofblue pigment (phycocyanin) reached 20% of the dry weight. This research aims to determinewhether there is any effect of the addition of chitosan as enkapsulan at microencapsulationprocess of S. platensis on stability phycocyanin levels. The material used in this research is Spirulina platensis powder obtained from BPAPJepara. Enkapsulan materials used chitosan powder and solvent is 2% acetic acid obtainedfrom CV. Chemmix Pratama Bantul. The main parameters in this research were phycocyaninlevels, solved solids levels, and water content, while supporters are characterizing CapsulesS. platensis.Experimental design used in the preliminary research was Completely RandomizedDesign, while in the main study used a Group Randomized Design with a split plot in time,in which the plot is various types of samples S. platensis dry with 3 level while sub plot isthe treatment of storage time, the before storage time, second days, fourth day, sixth days ,and eighth days. Each treatment was repeated three times .Data factors were analyzed usinganalysis of variance. To find the difference between treatments was tested with test dataHonestly Significant Difference (HSD).The results showed that the addition of different chitosan concentration on Spirulinaplatensis at microencapsulation exert a highly significant (p <0.01) in phycocyanin levels,levels of dissolved solids, and water content. Best quality Spirulina platensis shown inaddition to the value of 5% chitosan content of 4.80% phycocyanin. While the bestphycocyanin levels found in samples after storage B (5%). In the SEM image results,Spirulina platensis which microencapsulation with chitosan has a more rounded structure andcompact compared to Spirulina without coating material.
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI TEPUNG KENTANG (Solanum tuberosum) TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA DARI IKAN AIR TAWAR, PAYAU DAN LAUT Arumsari, Marchella Dharma; Darmanto, YS; Riyadi, Putut Har
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.555 KB)

Abstract

Pasta Ikan merupakan salah satu produk diversifikasi perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Banyak metode yang dilakukan untuk meningkatkan tekstur produk pasta ikan, misalnya penambahan tepung. Tepung kentang dapat ditambahkan karena mempunyai viskositas yang tinggi dan kemampuan mengikat air yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tepung kentang pada karakteristik pasta ikan dari ikan patin, belanak dan kurisi. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan perlakuan jenis ikan dan konsentrasi tepung kentang dan dilakukan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis ikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, kadar air, EMC, kadar protein, derajat putih, uji gigit, uji lipat dan nilai hedonik. Sedangkan faktor konsentrasi tepung kentang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, EMC, derajat putih, uji gigit, uji lipat dan nilai hedonik. Interaksi kedua faktor berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, kadar protein, uji gigit, uji lipat dan nilai hedonik. Pasta ikan patin dengan penambahan tepung kentang 5% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: kekuatan gel (2558,443 g.cm); nilai uji lipat 4,87 (A); uji gigit 8,03; uji derajat putih 65,8; uji hedonik 7,28; kadar air 70,42%; kadar protein 19,03%; pH 6,96 dan EMC 10,46%. Fish Paste is one of fisheries diversification product which have high economic value. Many methods have been developed to enhance the textural properties of fish paste products, such as flour addition. Potato flour with a high viscosity and good water holding ability. The aim of this research was to know the effect of potato flour concentration on the characteristics of fish paste from catfish, mullet, and threadfin bream. This research used completely randomized factorial experimental design with species and potato flour concentration treatments in three replication. Results of this research showed that species factor had significantly (P<0.05) for gel strength, moisture content, EMC, protein content, whiteness, teeth cutting test, folding test and hedonic value. Meanwhile, potato flour concentration had significantly (P<0.05) for gel strength, EMC, whiteness, teeth cutting test, folding test, and hedonic value. Interaction of each factor had significantly (P<0.05) for gel strength, protein content, teeth cutting test, folding test and hedonic value. Catfish paste with 5% potato flour adding was the best product which had the quality criteria : gel strength (2558.443 g.cm); folding test score 4.87 (A); teeth cutting test 8.03; whiteness test 65.8; hedonic score 7.28; moisture content 70.42%; protein content 19.03%; pH value 6.96 and EMC  10.46%. 
KARAKTERISTIK PERMEN JELLY DENGAN PENGGUNAAN CAMPURAN SEMI REFINED CARRAGEENAN DAN ALGINAT DENGAN KONSENTRASI BERBEDA Mahardika, Bani Chandra; Darmanto, YS; Dewi, Eko Nurcahya
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.397 KB)

Abstract

Permen jelly merupakan permen yang terbuat dari air atau sari buah dan bahan pembentuk gel yang berpenampilan jernih, transparan serta mempunyai tekstur dengan kekenyalan tertentu. Dalam pembuatan permen jelly, kekenyalan dan tekstur permen banyak dipengaruhi oleh bahan gel yang digunakan. Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan antara lain gelatin, karaginan dan agar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran SRC dan alginat dengan konsentrasi berbeda terhadap karakteristik permen jelly dan mengetahui karakteristik permen jelly. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan pengetahuan dan menambah informasi mengenai formulasi terbaik dari penggunaan SRC dan alginat pada permen jelly. Hasil penelitian pengujian SRC diperoleh bahwa tepung SRC yang digunakan telah sesuai standar yang ditetapkan. Hasil penelitian pengujian SRC diperoleh nilai gel strength 403,65 gf/cm2, viskositas 20 cps dan kadar sulfat 16,54%. Hasil penelitian utama penggunaan campuran SRC dan alginat dengan konsentrasi 100%:0%; 80%:20%; 70%:30%; dan 60%:40% diperoleh nilai kekerasan masing-masing 0,580Kgf/cm2; 0,193Kgf/cm2; 0,365Kgf/cm2; 0,517Kgf/cm2. Nilai elastisitas masing-masing 0,498Kg/Kg; 0,799Kg/Kg; 0,7Kg/Kg; 0,594Kg/Kg. Nilai kadar air masing-masing 18,17%; 18,91%; 18,69%; 18,23%. Nilai kadar abu masing-masing 1,30%; 2,28%; 1,86%; 1,53%. Hasil uji hedonik permen jelly diperoleh nilai masing-masing 6,64≤µ≤6,86; 6,78≤µ≤7,00; 6,98≤µ≤7,18; 6,74≤µ≤6,94 dengan indikator disukai. Jelly candy is candy made from water or juice and gel-forming materials with clear and transparent look, and certain elasticity texture. In the making of jelly candy, elasticity and texture much influenced by the gel-forming materials used. Gel-forming materials commonly used include gelatin, carrageenan and so on. This study aimed to determine the influence of the different concentration of SRC and alginate mixture to jelly candy characteristics. The benefit of this research was to inform about the best formulation of SRC and alginate mixture in the making of jelly candy. The result of SRC test obtained that gel strength value was 403,65 gf/cm2, 20 cps of viscosity and 16,54% of ash content. The result of main research show the use of SRC and alginate mixture with concentrations of 100%:0%; 80%:20%; 70%:30%; dan 60%:40% obtained 0,580Kgf/cm2; 0,193Kgf/cm2; 0,365Kgf/cm2; 0,517Kgf/cm2 of hardness value, 0,498Kg/Kg; 0,799Kg/Kg; 0,7Kg/Kg; 0,594Kg/Kg of elasticity value, 18,17%; 18,91%; 18,69%; 18,23% of moisture content value and 1,30%; 2,28%; 1,86%; 1,53% of ash content value. The hedonic test on jelly candy was obtained 6,64≤µ≤6,86; 6,78≤µ≤7,00; 6,98≤µ≤7,18; 6,74≤µ≤6,94.
PENGARUH PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK BAKSO DARI SURIMI IKAN SWANGI (Priacanthus tayenus) Astuti, Rahayu Tri; Darmanto, YS; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.097 KB)

Abstract

Ikan swangi memiliki daging yang berwarna putih sehingga dapat diolah menjadi berbagai macam produk berbasis fish jelly seperti surimi. Bakso ikan merupakan salah  satu  usaha  diversifikasi  produk  perikanan  yang  dapat  dikembangkan dan berpeluang menambah nilai  tambah  (added  value). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan isolat protein kedelai dalam bakso dari surimi ikan swangi (Priacanthus tayenus) terhadap karakteristik fisik, kimia dan sensori. Ikan diolah menjadi surimi dengan 3 kali proses pencucian. Surimi yang dihasilkan lalu diolah kembali menjadi bakso dengan penambahan isolat protein kedelai 4%,7% dan 10%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan yang berbeda (penambahan isolat protein kedelai 4%, 7% dan 10%). Hasil penelitian menunjukkan penambahan isolat protein kedelai konsentrasi 7% pada pengolahan bakso ikan swangi memperoleh hasil yang terbaik dengan kekuatan gel (1229,19gf), stabilitas emulsi (88,3%), kadar protein (20,2%), kadar lemak (5,36%), kadar air (55,66%), nilai pH (6,37), uji lipat (4,9), uji gigit (7,57) dan uji hedonik disukai. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan isolat protein kedelai pada bakso ikan swangi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, stabilitas emulsi, kadar protein, kadar lemak, kadar air, nilai pH, uji lipat dan uji hedonik parameter tekstur, tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap uji gigit, uji hedonik parameter kenampakan, aroma dan rasa. Bigeye Snapper have white meat that can be processed into variety of jelly fish-based products such as surimi. A fish meatballs is one of efforts to diversify the fishery products can be developed and chance to add to the value added. The purpose of doing this research is knowing influence the soy protein isolate in meatballs of surimi bigeye Snapper (Priachantus tayenus) by analyzing physical characteristic chemical and sensory. Fish processed into surimi with 3 times the process of leaching. Surimi is produced and processed back into the meatballs eith the addition of soy protein isolate, 4%, 7% and 10%. The research experimental design used Completely Randomize Design (CRD) with different treatments (addition of soy protein isolate, 4%, 7% and 10%). The results Showed the addition of soy protein isolate concentration of 7% in the processing of fish balls swangi obtain the best results with gel strength (1229,19gf), emulsion stability (88,3%), protein (20,2%), fat (5,36%), moisture (55,66%), pH value (6,37), folding test (4,9), teeth cutting test (7,57), and hedonic test is preferably. Based on the results of this study concluded that the addition of soy protein isolate on fish balls swangi showed significant differences (P < 0.05) on levels of gel strength), emulsion stability, levels of protein, level of water, pH value, folding test, teeth cutting test, and hedonik-test the parameters of  texture, but didn’t  showed significant differences  on teeth cutting test, hedonik-test the parameters of appearance, smell and taste.
KARAKTERISTIK LEM DARI TULANG IKAN DENGAN HABITAT YANG BERBEDA (PAYAU, TAWAR, LAUT) Rohmah, Dinar Yuliati Nur; Darmanto, YS; Amalia, Ulfah
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.106 KB)

Abstract

Limbah tulang ikan dalam industri perikanan saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan limbah sisa olahan ikan tersebut perlu dikembangkan sehingga tidak menjadi sumber pencemaran lingkungan. Salah satu inovasi pemanfaatan limbah tulang ikan yaitu dapat dijadikan lem ikan. Lem ikan adalah bahan perekat yang berasal dari bagian ikan seperti kulit atau tulang, dan merupakan hasil ekstraksi kolagen dengan menggunakan pelarut bersifat asam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis tulang ikan yang digunakan terhadap karakteristik dan mutu lem ikan yang dihasilkan.  Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang ikan bandeng, nila dan manyung yang masing-masing didapatkan dari sentra pengolahan Bandeng Semarang Indah, PT Aquafarm Nusantara Semarang, dan sentra pengasapan Bandarharjo. Pada penelitian ini tulang ikan diekstraksi menggunakan larutan asam asetat 5% selama 4 jam dengan suhu 65 – 70°C. Parameter pengujian dalam penelitian ini adalah keteguhan rekat, kerusakan kayu, viskositas, derajat keasaman (pH), dan kadar air. Penelitian ini dilakukan dengan metode percobaan laboratoris menggunakan rancangan dasar acak lengkap dengan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tulang ikan manyung sebagai bahan baku pembuatan lem ikan merupakan perlakuan terbaik karena karakteristik lem ikan yang dihasilkan memenuhi SNI 06-6049-1999 tentang Polivinil Asetat untuk Pengerjaan Kayu dengan hasil: kerusakan kayu 68.13%, viskositas 6.14 poise, pH 4.45, dan kadar air 54.84%. Nowadays, fishbone waste in fisheries industries are not yet used optimally. Waste utilization from fish processing need to be developed so that it won’t become environmental contamination. An innovation to utilize fishbone waste is to make it to be fish glue. Fish glue is an adhesive from parts of fish such as skin and fishbone and is the result from collagen extraction process by using acidic solvent. The main purpose of this research is to find out the effect of different types of fishbone toward the fish glue’s characteristic and quality. The used materials in this research are milkfish bones, tilapia bones, and seawater catfish bones which obtained from Semarang Indah Milkfish processing center, PT Aquafarm Nusantara Semarang, and Bandarharjo smoked fish center. In this research fishbones were extracted using acetic acid 5% for 4 hours in 65 – 70°C. The testing parameters in this research are bonding strength, timber damage, viscosity, pH, and water content. This research was conducted with a laboratory experiment using a completely basic randomized design with three replications. The result of this research showed that by using seawater catfish bones as the glue’s raw material, it shows the best result and the characteristic meet Indonesia’s National Standart (SNI) 06-6049-1999 about Polivinyl Acetat for Wood Processing which are: timber damage 68.13%, viscosity 6.14 poise, pH 4.45, and water content 54.84%.
PERBEDAAN KONSENTRASI MIMOSA PADA PROSES PENYAMAKAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Kholifah, Nunung; Darmanto, YS; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.336 KB)

Abstract

Penyamakan kulit merupakan suatu proses pengolahan untuk mengubah kulit mentah hides maupun skines menjadi kulit tersamak atau leather. Kulit mentah mudah sekali membusuk dalam keadaan kering, keras dan kaku, sedangkan kulit tersamak memiliki sifat sebaliknya. Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi mimosa terbaik terhadap kualitas  kulit ikan nila samak ditinjau dari kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, kadar air dan pH. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ikan nila (Oreochromis niloticua) yang didapat dari PT Aquafarm Nusantara, Semarang. Parameter pengujian adalah kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, pH dan kadar air. Penelitian menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi mimosa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas fisik yaitu kekuatan kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek dan tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas kimia yaitu kadar air dan pH. Kulit ikan nila tersamak dengan perlakuan penambahan mimosa 30% memiliki kekuatan fisik dan kimia terbaik yaitu, kekuatan tarik (2164.97 N/cm2); kemuluran (10.71 %); kekuatan sobek (234.69 N/cm2); kadar air (17 %) dan pH (4.2), namun kulit samak dengan penambahan mimosa 10% merupakan produk yang sudah memenuhi kriteria mutu : kekuatan tarik (1671.17 N/cm2); kemuluran (12.49%); kekuatan sobek (192.07 N/cm2); kadar air (16.99%); dan pH (4.22). Tanning is a raw hides and skins conversion process into leather skines or leather. Raw skin can be rot easily in dry, hard and stiff conditions, while leather has the skin instead. The objective of this research was to determine the best mimosa concentration on quality fish tilapia leather skin in terms of tensile strength, elongation, tear strength, water content and pH. The material used in this research was skin tilapia (Oreochromis niloticua) bought from PT Nusantara Aquafarm, Semarang. The testing parameters were tensile strength, elongation, tear strength, moisture content and pH. This research used Completely Randomized Design (CRD) with three replication. Data were analyzed using analysis of varians (ANOVA). Comparison of means was carried out by Honestly Significant Difference Test (HSDT). Results of this research showed that different concentration of mimosa has significantly effected (p. < 0.05) against physical quality that is the strength of tensile strength, elongation and tear strength and not significantly effected on the chemical qualities that is  water content and pH. Tilapia fish leather skin with 30% mimosa adding was the best product which had the quality criteria : tensile strength (2164.97 N/cm2); elongation (10.71 %); tear strength (234.69 N/cm2); moisture content (17%) and pH (4.2), but leather skin with 10% mimosa adding was already fulfilled quality criteria : tensile strength (1671.17 N/cm2); elongation (12 %); tear strength (192.07 N/cm2); water content (16.99 %); and pH (4.22).