Minyak isolasi merupakan komponen penting dalam peralatan tegangan tinggi seperti transformator. Minyak isolasi berfungsi sebagai media isolasi listrik dan pendingin untuk mencegah terjadinya lompatan api atau percikan. Sampai saat ini, minyak isolasi yang digunakan masih berasal dari minyak mineral seperti minyak Shell Diala B. Namun minyak tersebut ketersediaannya semakin berkurang, bersifat tidak ramah lingkungan serta gampang terbakar. Dibutuhkan alternatif yang baru yaitu minyak nabati yang bersifat ramah lingkungan, tidak beracun, terdegradasi secara sempurna, lebih ekonomis serta memiliki titik nyala tinggi. Meningkatnya produksi Minyak Goreng Bekas secara terus menerus bisa menjadi pemilihan yang bagus untuk dimanfaatkan sebagai minyak isolasi. Penggunaan minyak tersebut bisa mengurangi pencemaran lingkungan serta menurunkan pembuangan limbah minyak goreng. Untuk bisa digunakan sebagai minyak isolasi maka minyak goreng bekas harus memenuhi standar SPLN. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi minyak goreng bekas memenuhi kriteria SPLN tersebut dengan meningkatkan kekuatan dielektrik minyak goreng bekas melalui metode pemanasan dan penambahan aditif fenol. Metode pengujian yang dipakai pada penelitian ini adalah pemanasan minyak goreng bekas menggunakan oven pada suhu 100°C dengan variasi durasi pemanasan yaitu 30 menit, 60 menit dan 90 menit untuk mengurangi kadar air dalam minyak. Selain itu, dilakukan penambahan fenol dengan variasi konsentrasi 2.5%, 5%, 7.5% untuk menaikkan kekuatan dielektrik pada minyak goreng bekas. Pengujian tegangan tembus akan dilakukan menggunakan tegangan arus bolak-balik (AC) dengan elektroda bola pada jarak sela 2,5 mm sesuai pada standar SPLN 49-1 Tahun 1982. Dilakukan juga penghitungan nilai permitivitas relatif menggunakan LCR meter dan nilai konduktivitas menggunakan rangkaian tegangan tinggi arus searah (DC) dan multimeter digital. Hasil pengujian memberikan hasil nilai tegangan tembus minyak goreng bekas murni sebesar 15,06 kV/2,5mm, yang belum memenuhi standar SPLN 49 tahun 1982 yaitu sebesar 30 kV/2.5 mm. Pemanasan pada suhu 100°C selama 30 menit, 60 menit dan 90 menit masing-masing sebesar 16,17 kV/2.5 mm, 34,39 kV/2.5 mm dan 45,77 kV/2.5 mm. Untuk penambahan fenol berhasil meningkatkan tegangan tembus hingga 90,24 kV/2,5mm pada konsentrasi 7,5% dengan durasi pemanasan 90 menit. Hasil pengujian permitivitas relatif didapatkan pada minyak goreng bekasmurni dan minyak goreng bekas beraditif 7,5% dengan pemanasan 100°C selama 90 menit masing-masing adalah 9,176 dan 15,293. Sedangkan untuk pengujian konduktivitas didapatkan nilai minyak goreng bekas murni dan minyak goreng bekas beraditif 7,5% dengan pemanasan 100°C selama 90 masing-masing sebesar 16,125×10^(-9) S/m dan 15,821×10^(-9) S/m. Bisa disimpulkan bahwa penambahan fenol dapat menunda terjadinya  tegangan tembus dan menjaga senyawa radikal bebas minyak, meningkatkan nilai permitivitas relatif, menurunkan nilai konduktivitas. Sedangkan pemanasan dapat menghilangkan kadar air sampai 378 ppm. Untuk kadar air, minyak goreng bekas murni belum memenuhi standar maksimum yang diperbolehkan SPLN 1982 yaitu ≤ 30 ppm, sedangkan tegangan tebus, minyak goreng berhasil memenuhi standar SPLN 49 tahun 1982 yaitu 30 kV/2,5 mm. Kata Kunci ̶ Fenol, minyak goreng bekas, tegangan tembus, permitivitas relatif, konduktivitas.