Claim Missing Document
Check
Articles

Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari Limbah Dapur bagi Ibu-Ibu Desa Paya Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya Lia Handayani; Nurhayati Nurhayati; Cut Rahmawati; Meliyana Meliyana
Jurnal Abdimas BSI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : LPPM Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.145 KB) | DOI: 10.31294/jabdimas.v2i2.6172

Abstract

Limbah merupakan permasalahan yang belum terpecahkan. Namun limbah organik setidaknya dapat lebih termanfaatkan dibandingkan limbah anorganik yaitu dengan mengubahnya menjadi pupuk. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik (POC) dari limbah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga adalah memberikan informasi pengetahuan serta menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengolahan limbah secara efisien, sehingga masayarakat Desa Paya Kecamatan Trienggadeng tidak sembarangan menumpuk sampah-sampah organik yang nantinya akan menimbulkan aroma tak sedap sehingga mengundang penyebaran bibit penyakit. Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah menyajikan materi kemudian melakukan praktik langsung untuk membuat POC. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap produk yang dihasilkan dan proses yang dilaksanakan oleh peserta pelatihan.
Perkembangan enzim pencernaan dan pertumbuhan larva ikan lele dumbo, Clarias gariepinus Burchell 1822, yang diberi kombinasi cacing sutra dan pakan buatan Nurhayati Nurhayati; Nur Bambang Priyo Utomo; Mia Setiawati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i3.78

Abstract

The main problems that were encountered in the larval rearing of African catfish (Clarias gariepinus) is the availability of live feed such as silk worms that are limited to the initial stadia, so that needs to be combined with artificial diet. The aim of this experiment was to evaluate the giving of appropriate combination and artificial diet the development digestive enzymes and growth of African catfish larvae. The experimental design was arranged in completely randomized design with three replications. The treatment included a combination of and artificial diet with giving of PA (100%), giving of PA75+PB25 (75% and artificial diet 25%), giving of PA50+PB50 (50% and artificial diet 50%), giving of PA25+PB75 (25% and artificial diet 75%), and giving of PB (artificial diet 100%). Result of the experiment showed that feeding with a combination of 50% silk worms and 50% artificial diet influence on the development of the digestive system and the activity of digestive enzymes (amylase, lipase and protease) as well as produces specific growth rates of 23.56±1.08% /day and growth of absolute length of 8.43±0.75 cm. Higher survival rate was achieved by treatment giving PA of 89.61±4.35%. Abstrak Masalah utama yang dihadapi pada pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah ketersediaan pakan alami berupa cacing sutra yang sering kali terbatas ketika dibutuhkan untuk pemeliharan larva ikan lele pada stadia awal, se-hingga perlu dikombinasikan dengan pakan buatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pemberian kombinasi cacing sutra dan pakan buatan terhadap perkembangan enzim pencernaan dan pertumbuhan larva ikan lele dumbo. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulang-an. Perlakuan meliputi kombinasi pakan buatan dan cacing sutra dengan perlakuan pemberian PA (cacing sutra 100%), pemberian PA75+PB25 (cacing sutra 75% dan pakan buatan 25%), pemberian PA50+PB50 (cacing sutra 50% dan pakan buatan 50%), pemberian PA25+PB75 (cacing sutra 25% dan pakan buatan 75%) dan pemberian PB (pakan buatan 100%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan kombinasi cacing sutra 50% dan pakan buatan 50% berpengaruh terhadap perkembangan sistem pencernaan dan aktivitas enzim pencernaan (amilase, lipase dan protease) serta menghasilkan laju pertumbuhan spesifik 23,56±1,08%/hari dan pertumbuhan panjang 8,43±0,75 cm. Ke-langsungan hidup tertinggi ditunjukkan pada perlakuan pemberian PA sebesar 89,61±4,35%.
KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAMI, Osphronemus goramy DENGAN PENAMBAHAN ARANG AKTIF TULANG IKAN KAMBING-KAMBING DALAM PAKAN Nurhayati Nurhayati; Suraiya Nazlia; Abdul Fattah; Yayan Pradinata; Lia Handayani; Harun Harun
Media Akuakultur Vol 16, No 2 (2021): (Desember, 2021)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.049 KB) | DOI: 10.15578/ma.16.2.2021.87-93

Abstract

Ikan gurami merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang disukai oleh masyarakat. Namun, pertumbuhan ikan ini relatif lambat sehingga memerlukan salah satu solusi untuk mempersingkat masa pemeliharaan ikan. Arang aktif salah satu suplemen yang dapat ditambahkan dalam pakan. Limbah tulang ikan kambing-kambing merupakan salah satu limbah dari fillet ikan kambing-kambing yang belum termanfaatkan secara optimal sehingga berpotensi dijadikan arang aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dosis penambahan arang aktif tulang ikan kambing-kambing yang optimal dalam pakan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ikan gurami. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan dua ulangan, sebagai perlakuan yaitu penambahan arang aktif dengan dosis berbeda. Perlakuannya antara lain T0 (0%), T1 (1%), T2 (2%), dan T3 (3%). Ikan uji yang digunakan ukuran bobot 2,2 ± 0,1 g dan panjang 5,3 ± 0,1 cm. Benih ikan gurami tersebut dipelihara dalam akuarium dengan volume air 72 liter, padat tebar 10 ekor/wadah dan dipelihara selama 60 hari. Setiap akuarium di setting resirkulasi dan heater. Parameter yang diamati adalah histologi usus, sintasan, pertumbuhan bobot mutlak (PBM), pertumbuhan panjang mutlak (PPM), laju pertumbuhan harian (LPH), dan rasio konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan arang aktif tulang ikan kambing-kambing dalam pakan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan harian (P<0,05). Penambahan arang aktif 2% dalam pakan (T2) merupakan perlakuan terbaik terhadap ikan gurami dengan nilai pertumbuhan bobot 14,6 ± 0,3 g; pertumbuhan panjang 9,31 ± 0,1 cm; dan SGR 1,38 ±0%/hari. Sedangkan untuk panjang dan lebar vili usus pada perlakuan penambahan arang aktif 2% lebih kecil dibandingkan perlakuan lainnya.One of the development bottlenecks of gouramy farming is its relatively slow growth during rearing. One of the solutions to make the gourami farming economically feasible is shortening the fish culture period via improving its growth. Activated charcoal is a feed supplement that can be added to fish feed. Starry triggerfish fish bone waste is the potential to be processed as activated charcoal for the feed supplement. This study aimed to determine the optimal dose of addition of activated charcoal of starry triggerfish (ACST) fish bone in the feed to increase the growth of gouramy fish. The research design used was a completely randomized design with four treatments and two replications. The treatment consisted of different supplementation doses of activated charcoal in the feed. The treatments included 0% ACST (T0), 1% ACST (T1), 2% ACST (T2), 3% ACST (T3). The fish used were 2.2 ± 0.1 g in weight and 5.3 ± 0.1 cm in length. The gourami seeds were maintained in aquariums (each volumed 72 liters) with stocking density of 10 fish/aquarium and reared for 60 days. Each aquarium was equipped with a recirculation and heater systems. The parameters observed were intestinal histology, weight gain (WG), length gain (LG), specific growth rate (SGR), survival rate (SR), and feed conversion ratio (FCR). The results showed that the supplementation of ACST in the feed had significant effects on WG, LG, and SGR (P<0.05). The supplementation with 2% ACST in the feed was the best treatment for the growth performance of gouramy fish resulting in WG, LG, and SGR in 14.6 ± 0.3 g, 9.31 ± 0.1 cm, and 2.40 ± 0% per day, respectively. Meanwhile, supplementation of 2% ACTS in the diet resulted smaller of length and width of intestinal villi of gouramy than to the other treatments.
Penambahan nano CaO limbah cangkang kijing (Pilsbryocncha exilis) pada media bersalinitas untuk pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) Asmaini Asmaini; Lia Handayani; Nurhayati Nurhayati
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 7: No. 1 (April, 2020)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v7i1.1927

Abstract

Salinitas diperairan dapat menimbulkan tekanan osmosis yang berbeda dengan tekanan osmosis dalam tubuh organisme perairan. Ion Ca2+ merupakan salah satu ion yang terkandung dalam kadar salinitas yang menentukan tekanan osmosis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan nano kalsium cangkang kijing (NCCK) pada pakan dan lingkungan dalam pemeliharaan media bersalinitas 4 ppt. Penelitian ini dilakukan selama 40 hari dilaboratorium perikanan, Universitas Abulyatama. Berat rata-rata ikan pada awal penelitian yaitu 1,82 gram dengan jumlah ikan 648 ekor dengan menggunakan 9 akuarium yaitu 72 ekor/akuarium. Data dianalisis menggunakan uji T (perbandingan) antara ikan nila tanpa penambahan NCCK pada pakan dan lingkungan (A) dengan penambahan NCCK sebanyak 2% pada pakan (B) dan penambahan NCCK sebanyak 40 mg/L pada lingkungan (C). Hasil yang diperoleh antara perbandingan A dan B adalah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat namun berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang dan kelangsungan hidup. Untuk uji T antara perlakuan A dan C berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang dan kelangsungan hidup, namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan berat. Sedangkan untuk uji T antara perlakuan B dan C berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan berat dan panjang. Kalsium mempunyai peran penting dalam proses osmoregulasi pada ikan, dengan adanya penambahan kalsium dapat mempercepat osmoregulasi. Hasil uji kadar kalsium (Ca2+) dengan proses kalsinasi menggunakan metode AAS (Atomic Absortion Spectrophotometer) adalah 77,15%.Kata kunci: cangkang kijing; nano CaO; osmoregulasi; salinitas Water salinity can cause osmotic pressure which is different from the osmotic pressure that occurs in the body of the aquatic organisms. The Ca2+ ion is one of the ions contains in salinity which can initiate the osmotic pressure. This study aims to find out the effect of nano calcium addition from the mussel shell (NCCK) in the fish feed and the environment in the 4 ppt salinity media. This research was done for 40 days in a fishery laboratory, Abulyatama University. The average weight of fish at the study was 1.82 grams, with the number of fish 648 using 9 aquariums that is 72 fish/aquarium. The data were analyzed using the t-test (comparison) between (A) tilapia without the addition of NCCK in the fish feed and environment, (B) tilapia with the 2% addition of NCCK in the fish feed, (C) tilapia with the 40mg/L addition of NCCK in the environment (C). The result obtained from the ratio of A and B shows a significant effect on fish weight growth. However, this result did not affect the fish length and survival rate. Moreover, the result from the t-test between A and C also shows a significant effect on the length and survival rate. Nevertheless, this result did not affect fish weight growth. Further, the t-test between B and C shows a significant effect on the survival rate but did not have any effect on the fish growth both in weight and length. Calcium has an essential role in the osmoregulation process in fish, with the addition of calcium can accelerate osmoregulation. The result of the Calcium (Ca2+) test with the calcination process using the Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) method was 77.15%.Keywords:  mussel shell; nano CaO; osmoregulation; salinity
Efektifitas penambahan vitamin E dalam ransum pakan terhadap tingkat kematangan gonad induk ikan cupang (Betta splendens) Nurhayati Nurhayati; Azwar Thaib; Irmayani Irmayani
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 5: No. 1 (April, 2018)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v5i1.526

Abstract

Ikan cupang (Betta splendens) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan potensial untuk dikembangkan. Masalah yang dihadapi oleh pembudidaya ikan cupang adalah sulitnya ditemukan induk yang matang gonad. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini dengan penambahan vitamin E dalam ransum pakan, sehingga mempercepat tingkat kematangan gonad. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penambahan vitamin E dalam ransum pakan terhadap tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), dan fekunditas. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah kontrol, vitamin E 0.03%, 0.06% dan 0.1%. Parameter penelitian yang diamati meliputi TKG, IKG, fekunditas dan diameter telur. Hasil penelitian terbaik diperoleh pada perlakuan penambahan vitamin E 0,06% dengan nilai TKG level 4, IKG sebesar 13%, fekunditas sebanyak 72 butir dan diameter telur berkisar antara 6-7 mm.Betta fish (Betta splendens) is one type of freshwater ornamental fish that had been high economic value and potential to be developed. The problem faced by betta fish farmers were the difficulty of finding mature gonads. One effort was made to overcome this problem with the addition of vitamin E in feed rations, thus speeding up the maturity level of the gonads. This study aims to determine the efficiency of vitamin E addition in feed ration to gonad maturity level (GML), gonado somatic index (GSI), and fecundity.  The design used in this study is completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatments and 3 replications. The treatment used was control, vitamin E 0.03%, 0.06% and 0.1%. The observed parameters were GML, GSI, fecundity and egg diameter. The best result was obtained at the addition of vitamin E 0,06% with GML, GSI, fecundity and egg diameter were level 4, 13%, 72 eggs and 6-7 mm respectively.
Penambahan Kalsium Tulang Ikan Kambing-kambing (Abalistes stellaris) pada pakan untuk keberhasilan gastrolisasi udang galah (Macrobrachium rosenbergii) Ade Rizki Restari; Lia Handayani; Nurhayati Nurhayati
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 6: No. 2 (October, 2019)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v6i2.1560

Abstract

AbstrakUdang galah mengalami pertumbuhan setelah molting, untuk pengerasan kulit udang membutuhkan kalsium. Tulang ikan kambing-kambing mengandung banyak kalsium sehingga dapat mempercepat proses pengerasan kulit pada udang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penambahan kalsium tulang ikan kambing-kambing dapat meningkatkan pertumbuhan dan frekuensi molting udang galah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan penambahan resirkulasi sebagai media dalam pemeliharaan kualitas air yang perlakuannya sebanyak empat perlakuan dan tiga ulangan yang terdiri dari A (0% CaO), B(1% CaO), C (2% CaO) dan D (3% CaO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kalsium berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup udang galah yaitu A 90%, B 95%, C 90% dan D 97.5% dan pertumbuhan berat harian pada masing-masing perlakuan yaitu A 1.76 g, B 1.72 g, C 1.60 g, dan D 1.86. Pertumbuhan panjang harian yaitu A 1.23 cm, B 1.26 cm, C 1.23 cm dan D 1.06 cm dengan frekuensi molting udang galah tertinggi yaitu C 0.75 kali/ekor, D 0.63 kali/ekor, A 0.59 kali/ekor dan yang terendah pada perlakuan B 0.45 kali/ekor.Kata kunci: kalsium; kelangsungan hidup; pertumbuhan; udang galahAbstractGiant shrimp growth after the molting process, for hardening shrimp shell requires calcium. Kambing-kambing fish bones contains lots of calcium so that they do accelerate the process of hardening the shell-on shrimp. This study was conducted to detect addition of kambing-kambing fish bone calcium get increase the growth and the molting frequency of giant shrimp. This study used was Completely Randomized Design (CRD) with additions recirculation system as media a medium in maintaining water quality with four treatments and three replications consist is A (0% CaO), B (1% CaO), C (2% CaO) and dan D (3% CaO). The results showed that real participation in the survival of giant prawns, namely A 90%, B 95%, C 90% dan D 97.5% and daily weight growth in each treatment that is A 1.76 g, B 1.72 g, C 1.60 g, and D 1.86. Daily long growth that is A 1.23 cm, B 1.26 cm, C 1.23 cm and D 1.06 cm by means of molting frequency of giant shrimp has the highest of C 0.75 times/tail, D 0.63 times/individual, A 0.59 times/ individual and the lowest is by treatment B 0.45 times/ individual.Keywords: calcium; survival rate; growth; giant prawn
Penambahan nanokalsium cangkang tiram (Crassostrea gigas) pada pakan dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan udang galah (Macrobachium rosenbergii) Nina Fitriana; Lia Handayani; Nurhayati Nurhayati
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 6: No. 2 (October, 2019)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v6i2.1423

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Penambahan nanokalsium cangkang tiram (Crassostrea gigas) pada pakan dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan udang galah (macrobrachium rosenbergii). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, pada perlakuan A (pakan komersial tanpa penambahan CaO). Perlakuan B (pakan komersial dengan tambahan 1% CaO), perlakuan C (pakan komersial dengan penambahan 2% CaO), perlakuan D (pakan komersial dengan penambahan 3% CaO). Kemudian selama penelitian 2 bulan pada akuarium dilengkapi juga sistem resirkulasi. Hasil penelitian menunjukkan dengan penambahan nanokalsium sebanyak 2% berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup Udang yaitu A 95.0%, B 95.0%, C 100% dan D 92.5%, dan pada frekuensi molting udang galah memiliki tingkat tertinggi yaitu A 0,64 kali/ekor, lalu diikuti oleh perlakuan B 0,63 kali/ekor, kemudian diikuti oleh perlakuan D yaitu 0,53 kali/ekor, dan yang terendah diikuti oleh perlakuan A 0,51 kali/ekor.Kata kunci: nanokalsium; kelangsungan hidup; pertumbuhan; udang galahAbstractThis study aims to determine the effect of the addition of oyster shell nano-calcium (Crassostrea gigas) at different doses on the growth of giant shrimp (Macrobrachium rosenbergii). The experimental design used was Completely Randomized Design (CRD) with four treatments and two replications, in treatment A (commercial food without CaO addition). Treatment B (commercial feed with additional CaO 1%), treatment C (commercial feed with the addition of 2% CaO), treatment D (commercial feed with an addition of 3%). Then for two months of research there was an aquarium equipped with a recirculation system. The results showed that with nano-calcium approvals of 2% real participation in the survival of giant prawns, namely A 95.0%, B 95.0%, C 100% and D 92,5 %. and the moulting frequency of giant shrimp has the highest level of C 0.64 times/individual, then followed by treatment B 0.63 times/individual, then followed by treatment D 0.53 times/individual, and the lowest was followed by treatment A 0.51 times/individual.Keywords: nano-calcium; survival rate; growth; giant prawn
Daya terima dan kandungan mutu bakso ikan kambing-kambing (Abalistes stellaris) dengan penambahan asap cair dan simpan pada suhu dingin Dwi Apriliani AGS; Nurhayati Nurhayati
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 4: No. 2 (October, 2017)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v4i2.302

Abstract

Pada umumnya masyarakat gemar dengan olahan bakso ikan. Namun, Kendala yang dihadapi adalah bakso tersebut mudah terdegradasi oleh bakteri pembusuk dan tidak tahan lama. Pengawet alami yang aman untuk produk perikanan salah satunya adalah asap cair dan penyimpanan suhu dingin. Tujuan penelitian bakso ikan kambing-kambing asap untuk mengetahui daya terima masyarakat (uji organoleptik), Escherichia coli, Angka Lempeng Total dan Salmonella, Dengan konsentrasi penambahan asap 1%, 3%, dan 5% serta lama penyimpanan 0, 10, 20, 30 hari pada suhu dingin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Konsentrasi asap cair yang berbeda memberi pengaruh nyata (P0,05) terhadap daya terima (Uji Organoleptik) dan daya simpan pada suhu dingin bakso Ikan Kambing-kambing. Selanjutnya kandungan mutu meliputi E.coli dan ALT berpengaruh nyata (p 0,05) terhadap konsentrasi asap cair dan lama simpan pada suhu dingin. Namun terhadap Salmonella tidak berpengaruh nyata (p0,05).Nowdays fish meatball process was delighted by people. However, the obstacles faced are degraded easily by bacteria decay and nondurable. Liquid smoke is one of the safe natural preservatives for fishery products. The purpose of this study was to find out the acceptance of people regarding Organoleptic test, Escherichia coli, Total Plate Count (ALT), and Salmonella 1%, 3%, and 5% then 0 , 10, 20, 30 days were concentrations added of liquid smoke and  during storage at cold temperatures respectively. The results showed that applying different liquid smoke concentrations and storability gave a significant effect (P0.05) on acceptance of people of kambing-kambing fish. The quality content of E.coli and ALT had significant effect (p 0.05) respectively on liquid smoke concentrations and during storage at low temperature but had no significant effect on Salmonella.
Aplikasi Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) yang Difermentasi sebagai Penyusun Ransum Pakan terhadap Laju Pertumbuhan Ikan nila (Oreochromis niloticus) Nurhayati; Suraiya Nazlia
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 3 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.982 KB)

Abstract

Pemanfaatan tepung daun gamal terfermentasi dalam ransum pakan dapat dijadikan bahan baku alternativ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi tepung daun gamal yang difermentasi dalam ransum pakan terhadap pertumbuhan ikan nila serta persentase pemberian yang optimal dalam ransum pakan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan benih ikan nila. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah penambahan tepung daun gamal terfermentasi dengan kosentrasi 40%, 30%, 20 % dan 0%. Hasil penelitian terbaik diperoleh pada perlakuan A dengan kosentrasi tepung daun gamal hasil fermentasi sebanyak 40% dengan nilai SGR 0,7%, FCR 1,7 dan retensi protein 14,99.
PENGARUH PENAMBAHAN ARANG AKTIF TULANG IKAN DALAM PAKAN TERHADAP HISTOLOGI USUS IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Fanni Risna; Lia Handayani; Nurhayati Nurhayati
Jurnal TILAPIA Vol 1, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Center for Research and Community Service (LPPM) University of Abulyatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30601/tilapia.v1i2.1113

Abstract

This study aims to determine the effect of the addition of reactive activated charcoal to the intestinal histology of tilapia (Oreochromis niloticus). 8.5 Lampoh Keude, Aceh Besar. Measurement of intestinal histology of tilapia was carried out at the Histology Laboratory of the Faculty of Veterinary Medicine, Syiah Kuala University. The method used in this study is a completely randomized design method (CRD) with 4 treatments and 3 repetitions. The parameter tested was intestinal villi length. The treatments in this study were treatment A (control), treatment B (addition of activated charcoal 1%), treatment C (addition of activated charcoal 2%), and treatment D (addition of activated charcoal 3%). The results showed that the addition of the best charcoal active bone fish to intestinal histology was in treatment C with the addition of 2% activated charcoal with 344.44 µm intestinal villi length