Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

POTRET MASYARAKAT NELAYAN PENANGKAP IKAN DI PULAU LIPANG KECAMATAN KENDAHE KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROPINSI SULAWESI UTARA Costantein Imanuel Sarapil; Joneidi Tamarol; Eunike Irene Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara geografis, Pulau Lipang berada di 354’29.51” Lintang Utara dan 12523’03.00” Bujur Timur. Sebagian besar penduduk Pulau Lipang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Penelitian ini berupaya untuk memotret kehidupan masyarakat nelayan penangkap ikan di Kampung Lipang melalui pendekatan sosiologis. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dimana metode ini lebih banyak menganalisis permukaan data dan memperhatikan proses – proses kejadian suatu fenomena. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Hubungan sosial yang tinggi bagi nelayan di Pulau Lipang dimana solidaritas yang ditunjukkan saat bergotong-royong, atau saling membantu pada kegiatan sosial lainnya. Kondisi ekonomi nelayan di Pulau Lipang tergolong rendah. Rata – rata pendapatan nelayan setiap kali menangkap ikan yaitu Rp 100.000,-. Tingkat Pendidikan yang masih rendah. Jenis perahu yang digunakan yaitu perahu katir jenis pumpboat. Adanya peran perempuan dalam menopang ekonomi rumah tangga, dimana perempuan melaut dan menjalankan usaha warung/kios. Margin pemasaran (M) untuk ikan Sahamia , , pemasaran untuk ikan dapat dikatakan efisien. Margin pemasaran untuk ikan Tongkol , , maka pemasaran ikan tongkol dapat dikatakan efisien, tapi tidak maksimal. Geographically, Lipang Island is located at 3°54’29.51" North Latitude and 125°23'03.00" East Longitude. Most of the people at Lipang Island live as fishermen. This research seeks to photograph the lives of fishing communities in Lipang island through sociological approach. The research method used is descriptive qualitative where this method analyzes more data and pays attention to the processes of a phenomenon. Data is collected by interview and observation. High social relations for fishermen on Lipang Island where solidarity is shown when working together, or helping each other in other social activities. The economic condition of fishermen on Lipang Island is low. The average income of fishermen is IDR 100,000. Education level is low. The type of boat used is pumpboat. The role of women in sustaining the household economy would be catching fish and selling the fish they caught. Marketing margin (M) for fish stocks are M = 20,000, = 67%, F = 60%, marketing for fish can be said to be efficient. Marketing margin for Tuna are M = 7,500, = 50, F = 50%, then marketing Tongkol can be said to be efficient, but not optimal.
PERBANDINGAN CAHAYA LAMPU BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN CUMI – CUMI (Loligo Sp.) DI PERAIRAN KELURAHAN PANANEKENG KECAMATAN TAHUNA BARAT KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Yunikson Palatangara; Mukhlis Abdul Kaim; Costantein Sarapil; Eunike Irene Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perairan laut Sulawesi Utara banyak mengandung kekayaan laut yang terdiri dari jenis-jenis ikan dan biota laut lainnya yang mempunyai nilai ekonomis penting baik untuk pasaran lokal maupun ekspor. Salah satu jenis-jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomis penting yang ada di perairan Sulawesi utara adalah cumi-cumi (Loligo Sp.). Potensi cumi-cumi di perairan Sulawesi terlebih khusus di perairan Kabupaten Kepulauan Sangihe sangat besar. Di Kelurahan Pananekeng masyarakat nelayan penangkap cumi-cumi dalam melakukan operasi penangkapan menggunakan kombinasi lampu warna hijau dan biru. Hal ini mendasari peneliti untuk mengetahui kombinasi warna yang efektif untuk mendapatkan hasil tangkapan cumi-cumi. Metode praktek yang digunakan secara deskriptif kualitatif yaitu pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dokumentasi dan diskusi. Pada pendekatan ini, peneliti memuat suatu gambaran yang kompleks. Metode perbandingan merupakan suatu metode pengkajian atau penyelidikan dengan mengadakan perbandingan di antara dua objek kajian atau lebih untuk menambah dan memperdalam pengetahuan tentang objek yang dikaji. Hasil tangkapan yang diperoleh selama operasi penangkapan berjumlah 257 ekor, di mana kombinasi warna cahaya yang paling dominan terhadap hasil tangkapan cumi-cumi adalah kombinasi cahaya warna hijau-biru (51,8%), dibandingkan dengan kombinasi cahaya warna merah-hijau (31,5%) dan merah-biru (16,7%). North Sulawesi's marine waters contain a lot of marine wealth consisting of species of fish that have important economic value both for local and export markets. One of the most economically important type of fish in the waters of North Sulawesi is squid (Loligo sp.). The potential of squid in the waters of Sulawesi especially in the waters of the Sangihe Islands Regency is very large. In Pananekeng Village, squid fishing communities use a combination of green and blue lights so that this becomes the basis of research to find out effective color combinations to get squid catches. The practice method used is descriptive qualitative data collection such as interviews, observation, documentation and discussion. In this approach, researchers carry a complex picture. Comparison method is a method of study or investigation by making comparisons between two or more objects of study to add and deepen knowledge about the object being studied. The result of the catch are 275 squids, the dominant of the lamp’s colors are mixing blue and green color for the outcome of the catching. The most dominant color combination of light squid catches is the combination of light green-blue (51.8%), compared to the combination of red-green (31.5%) and red-blue (16.7%) .
KONTRIBUSI PERAN PEREMPUAN PESISIR TERHADAP KEBUTUHAN EKONOMI KELUARGA DI KAMPUNG PETTA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein Imanuel Sarapil; Eunike Kumaseh; Ganjar Ndaru Ikhtiagung; Erlin Puspaputri
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v7i1.368

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi peran perempuan pesisir dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan berapa besar presentase kontribusi perempuan dalam menopang ekonomi keluarga di Kampung Petta Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra. Karena itu, obervasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya untuk menghimpun data penelitian. Rata - rata keuntungan perempuan pesisir Rp 160.000 / hari, rata - rata pendapatan Rp 2.750.000, serta besar kontribusi perempuan pesisir terhadap kebutuhan ekonomi keluarga yaitu sebesar 46,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa Perempuan pesisir mempunyai peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan keluarga di Kampung Petta. Perlu adanya kebijakan Pemerintah yang memberikan peluang bagi para perempuan pesisir untuk mengembangkan usaha mereka dan berkontribusi secara aktif bagi masyarakat. This study aims to determine the contribution of the role of coastal women in fulfilling the economic needs of the family and how much is the percentage in contribution of women in supporting the family economy in Petta Village, Tabukan Utara District, Sangihe Islands Regency. Data collection was carried out by observation, namely human daily activities using the eye senses as their main aid in addition to other senses such as ears, smell, mouth, and skin. Therefore, observation is a person's ability to use his observations through the work of his senses and is assisted by other senses to collect research data. The average profit for coastal women is Rp. 160,000 / day, the average income is Rp. 2,750,000, and the contribution of coastal women to the economic needs of the family is 46,5 %. This shows that coastal women have an important role in fulfill the needs of families in Petta Village. There needs a government policy that provides opportunities for coastal women to develop their businesses and contribute actively to society.
KAJIAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM LAUT DAN PESISIR DI PULAU BEBALANG KECAMATAN MANGANITU SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Eunike Irene Kumaseh; Costantein Imanuel Sarapil; Ganjar Ndaru Ikhtiagung; Erlin Puspaputri
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 6 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v6i2.378

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi pemanfaatan sumber daya alam laut dan pesisir di Pulau Bebalang Kecamatan Manganitu Selatan Kabupaten Kepulauan Sangihe Propinsi Sulawesi Utara. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung melalui wawancara dan observasi di tengah masyarakat Pulau Bebalang. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan menggunakan analisis SWOT dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan Pulau Bebalang. Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer di Kantor Kampung Bebalang, serta kuisioner yang dijalankan untuk 40 orang masyarakat Kampung Bebalang. Pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan bawah laut di Pulau Bebalang merupakan gabungan aspek lingkungan, sumber daya manusia, serta faktor sosial ekonomi masyarakat. Potensi wilayah pesisir seperti pantai berpasir, serta potensi bawah laut di Pulau Bebalang seperti kekayaan terumbu karang dan lamun, dapat dikembangkan ke berbagai bidang seperti wisata bahari, tour & travel, konservasi, dan lain sebagainya. Namun, perlu juga memperhatikan adanya ancaman. Rekomendasi strategi untuk pengembangan potensi Pulau Bebalang berada pada kuadaran I artinya Progresif. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan potensi Pulau Bebalang dalam kondisi prima dan mantap sehingga dapat berkembang lebih maju. Kondisi ini memungkinkan dalam peningkatan pendapatan masyarakat sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan. This study aims to examine the potential utilization of marine and coastal natural resources in Bebalang Island, Manganitu Selatan District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi Province. Data was collected by collecting data directly through interviews and observations in the community of Bebalang Island. The research method used is descriptive qualitative and uses SWOT analysis in making decisions for the development of Bebalang Island. Data were collected by collecting primary data at the Bebalang Village Office, as well as a questionnaire which was run for 40 people from Bebalang Village. The utilization of coastal and underwater natural resources on Bebalang Island is a combination of environmental aspects, human resources, and community socioeconomic factors. The potential of coastal areas such as sandy beaches, as well as the underwater potential of Bebalang Island, such as the richness of coral reefs and seagrass, can be developed into various fields such as marine tourism, tours & travel, conservation, and so on. However, it is also necessary to pay attention to threats. The recommended strategy for developing the potential of Bebalang Island is in the I consciousness, which means Progressive. This shows that the development of Bebalang Island's potential is in a prime and steady condition so that it can develop more advanced. This condition makes it possible to increase people's income while maintaining environmental sustainability.
ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN PANCING ULUR DI KAMPUNG KARATUNG II KECAMATAN MANGANITU KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Eunike Irene Kumaseh; Costantein Imanuel Sarapil; Yafet Takasabare
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v7i2.429

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat besarnya pendapatan nelayan pancing ulur di Kampung Karatung II Kecamatan Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kampung Karatung II terletak di Kecamatan Manganitu dengan jumlah penduduk 991 jiwa. Pendapatan nelayan di Kampung Karatung II bergantung pada hasil tangkapan. Jenis ikan hasil tangkapan pada umunya yaitu ikan Selar (Selaroides sp.). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2020 di perairan Kampung Karatung II Kecamatan Manganitu. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi terhadap para nelayan. Pendapatan nelayan pancing ulur di Kampung Karatung II yaitu sebesar Rp 1.250.000,- per bulan. Berdasarkan SK Gubernur Sulawesi Utara No. 330 Tahun 2020, upah minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun 2020 Rp 3.310.723,- (tiga juta tiga ratus sepuluh ribu tujuh ratus dua puluh tiga rupiah) setiap bulan, dengan demikian pendapatan nelayan di Kampung Karatung II termasuk dalam kategori rendah. This study aims to determine the income of hand line fishermen in Karatung II Village, Manganitu District of Sangihe Islands Regency. Karatung II Village is located in Manganitu District with population of 991 people. The income of fishermen in Karatung II village depends on the catch. The kind of fish caught is Selar (Selaroides sp.). This research was carried out in September to October 2020 in the waters of Karatung II village, Manganitu District. Data collection techniques were carried out by interviewing and observing the fishermen. The income of hand line fishermen in Karatung II Village is Rp. 1,250,000 per month. Based on the Decree of the Governor of North Sulawesi No. 330 of 2020, the minimum wage of North Sulawesi Province in 2020 was IDR 3,310,723 (three million three hundred ten thousand seven hundred and twenty three rupiahs) every month, and therefore, the income of fishermen in Karatung II Village is categorized as a low income.
IbM Pengendalian Demam Berdarah dengan Penyuluhan Kesehatan dan Pemeriksaan Kesehatan pada Masyarakat di Kelurahan Ondong Kecamatan Siau Barat Yeanneke Liesbeth Tinungki; Mareike Doherty Patras; Costantein I. Sarapil
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (19.857 KB)

Abstract

Demam Berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan nyamuk. Penyakit ini ditemukan didaerah tropis dan subtropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Kabupaten Siau Tagulandang Biaro Kecamatan Siau Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki angka kasus demam berdarah tertinggi di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terdapat 14 kasus demam berdarah pada tahun 2015. Berdasarkan data Puskesmas Ondong Kelurahan Ondong merupakan kelurahan paling edemisitas sebanyak 15 kasus per 1000 penduduk di tahun 2016. Karakteristik lingkungan di Kelurahan Ondong Kecamatan Siau Barat sangat berpotensi sebagai breeding place dan resting place bagi nyamuk demam berdarah karena kelurahan Ondong tidak memiliki mata air dan air yang dikonsumsi berasal dari sumur gali yang tidak ditutup dan padatnya rumah-rumah penduduk menyebabkan limbah rumah tangga dibiarkan begitu saja. Kelurahan Ondong Kecamatan Siau Barat merupakan kelurahan dengan endemisitas demam berdarah tertinggi di wilayah Kerja Puskesmas Ondong. Kelurahan ini merupakan Pusat Kota Kabupaten Sitaro yang mengalami peningkatan pembangunan dan menyebabkan tingginya tempat perindukan nyamuk Aedes Aegepty. Oleh karenanya perlu dilakukan penyuluhan untuk memotivasi masyarakat agar dapat secara mandiri melakukan pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan menjaga kebersihan di lingkungannya.Sasaran Pengabdian pada Masyarakat berbasis Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) adalah para masyarakat yang ada di Kelurahan Ondong Kecamatan Siau Barat Kabupaten Siau Tagulandang Biaro dengan tujuan menurunkan angka kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Keluarahan Ondong, meminimalkan penularan demam berdarah dengue secara tepat, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengendalian demam berdarah dan pemberdayaan masyarakat. Tahap pelaksanaan yaitu Sosialisasi Program penerapan Ipteks bagi Masyarakat (IbM), Penyuluhan tentang Demam berdarah, pencegahan dengan pemeriksaan kesehatan, dampak dan hubungannya dengan kondisi lingkungan, Pemeriksaan Kesehatan.
IbM Tuna Handline di Kampung Beeng Kecamatan Tabukan Selatan Tengah Kabupaten Kepulauan Sangihe Costantein I. Sarapil; Julius F. Wuaten; Dekrist Kapai
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.681 KB)

Abstract

Kawasan perairan disekitar Beeng memiliki potensi sumberdaya ikan yang cukup melimpah karena kawasan tersebut belum tersentuh dengan teknologi penangkapan ikan skala besar dan hanya menggunakan peralatan seadanya dari nelayan setempat. Salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Kampung Beeng adalah Tuna Handline yang oleh masyarakat lokal dinamakan latage. Mitra adalah kelompok usaha penangkapan yang anggotanya adalah nelayan penangkap ikan. Teknik penangkapan ikan oleh kelompok nelayan bisa dilakukan hampir setiap saat karena hanya dioperasikan di perairan sekitar Kampung Beeng dengan menggunakan Tuna Handline. Alat tangkap Tuna Handline yang dioperasikan saat ini oleh kelompok nelayan hanya ada 1 unit dan itupun bukan merupakan milik dari kelompok tersebut sehingga hasil tangkapan yang diperoleh juga harus dibagi dengan pemilik alat tangkap tersebut. Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan IbM Kelompok Nelayan penagkap ikan tuna adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mitra tentang bagaiman cara mengoperasikan alat tangkap Tuna Handline terwujudnya masyarakat yang mandiri dengan cara mampu mengolah dan memanfaatkan hasil tangkapan ikan yang diperoleh, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat nelayan penangkap ikan tuna. Kegiatan IbM yang dilakukan adalah 1) persiapan kegiatan; 2) pelaksanaaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan pembuatan alat tangkap handline; 3) evaluasi terhadap proses kegiatan dan hasil kegiatan. Hasil kegiatan IbM, setelah dilakukan penyuluhan tentang pembuatan alat tangkap Tuna Handline dan cara penangkapan ikan dapat dilihat bahwa pendapat nelayan penangkap ikan tuna meningkat sehingga merubah ekonomi keluarga mitra yang ada di Kampung Beeng.
IbM Jaring Insang Dasar (Bottom Gill Net) di Desa Salurang Kecamatan Tabukan Selatan Tengah Kabupaten Kepulauan Sangihe Frans Gruber Ijong; Fitria F. Lungari; Costantein I. Sarapil
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.261 KB)

Abstract

Kawasan perairan di sekitar Desa Salurang memiliki potensi sumberdaya ikan yang cukup melimpah karena kawasan tersebut belum tersentuh dengan teknologi penangkapan ikan skala besar dan hanya menggunakan peralatan seadanya dari nelayan setempat. Salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Desa Salurang adalah jaring insang dasar (bottom gilnet) yang oleh masyarakat lokal dinamakan Soma Bawuluse. Tingkat kesejahteraan masyarakat setempat yang rendah yang juga dipengaruhi oleh tingkat pependidikannya, menjadikan masyarakat Salurang masih tergolong kurang mampu dan membutuhkn inovasi dalam pemahaman teknologi penangkapan ikan. Bertitik tolak dari masalah yang ada maka solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan pada kelompok pesisir ini adalah introduksi penerapan ketrampilan teknik pembuatan alat tangkap jaring insang dan penerapan metode/teknik pengoperasian alat tangkap Soma Bawuluse yang ramah lingkungan. Melalui kegiatan ini nelayan penangkap ikan dapat melakukan penangkapan ikan secara benar dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungannya khususnya terhadap kondisi terumbu karang disekitarnya, dengan demikian, usaha ini dapat menjadi sumber perekonomian masyarakat demi kesejateraan dan kemakmuran khususnya masyarakat pesisir. Dan tim pengabdian Politieknik Negeri Nusa Utara memberikan 2 alat tangkap jaring insang kepada ke 2 kelompok nelayan yang berada di Desa Salurang.
PKM PERBAIKAN ALAT TANGKAP IKAN JULUNG-JULUNG KELOMPOK NELAYAN DI KAMPUNG PALARENG KECAMATAN TABUKAN SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein I. Sarapil; Joneidi Tamarol; Dekrist Kapai
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.395 KB)

Abstract

Kampung Palareng Kecamatan Tabukan Selatan merupakan kampung pesisir yang memiliki sumberdaya ikan demersal yang cukup melimpah karena disepanjang perairan pesisir Kampung Palareng dikelilingi terumbu karang, sehingga masyarakat nelayan disekitar pesisir pantai ini menangkap ikan julung-julung dengan menggunakan alat tangkap soma giop. Alat tangkap soma giop untuk menangkap ikan julung-julung telah lama digunakan oleh kelompok nelayan penangkap ikan di Kampung Palareng, namun dengan keterbatasan umur alat tangkap soma giop yang sudah semakin usang dan rusak sehingga alat tangkap tersebut sudah banyak yang sobek dan talinya terputus sehingga sangat dikuatirkan, karena alat tangkap soma giop yang masih tradisional hanya ada di Kampung Palareng. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga kelompok nelayan yang menjadi Mitra dalam memanfaatkan sumberdaya laut yang ada dan melihat permintaan akan kebutuhan ikan julung-julung yang cukup tinggi. Melalui kegiatan ini Mitra diharapkan dapat melakukan penangkapan ikan kembali dengan menggunakan soma giop yang layak pakai dengan diberikan bantuan untuk perbaikan alat tangkap yang dimaksud, dengan benar dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungannya khususnya terhadap kondisi terumbu karang disekitarnya. Tim PKM akan memberikan penyuluhan dan pelatihan dengan memberikan bahan untuk memperbaiki kembali alat tangkap yang rusak, juga memberikan pelatihan teknik pengoperasiannya. Produk yang akan dihasilkan berupa jurnal ilmiah dan produk alat tangkap soma giop yang akan diberikan kepada mitra. Dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat nelayan Kampung Palareng dalam meningkatkan perekonomian keluarga mereka. Juga akan diberikan penyuluhan dan pendampingan untuk mitra dalam manajeman pemasaran hasil tangkapan serta penyuluhan bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
MODIFIKASI ALAT TANGKAP BUBU LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN KELOMPOK NELAYAN DI PULAU BEENG LAUT KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein Imanuel Sarapil; Eunike Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 3 (2019): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alat tangkap Bubu atau yang lebih dikenal dengan sebutan Somba bagi masyarakat lokal, merupakan alat tangkap yang sudah cukup lama digunakan oleh kelompok nelayan penangkap ikan di Kampung Beeng Laut. Namun, keterbatasan konstruksi alat tangkap bubu yang terbuat dari anyaman bambu, mendorong Tim Pengabdi untuk memodifikasi alat tangkap tersebut menjadi lebih tahan lama. Sehingga dengan adanya modifikasi alat tangkap Bubu yang menggunakan besi dan tali jaring bahan PE multifilament, selain lebih tahan lama, juga membantu mengurangi biaya dan waktu pembuatan alat tangkap sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan penangkap ikan demersal. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga kelompok nelayan yang menjadi mitra. Mitra diharapkan dapat melakukan penangkapan ikan yang ramah lingkungan dengan menggunakan modifikasi alat tangkap somba. Tim PKM memberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai modifikasi dari alat tangkap somba, serta pelatihan teknik pengoperasiannya. Target luaran yang dihasilkan berupa jurnal ilmiah dan produk alat tangkap somba yang diberikan kepada mitra. Tim PKM juga memberikan penyuluhan tentang ekosistem pesisir dan perencanaan keuangan bagi mitra. Jumlah alat yang diberikan bagi kelompok nelayan yang ada di kampung Beeng Laut yaitu 15 unit bubu, 5 buah cool box, 5 buah kacamata air, dan 3 ujung besi untuk pembuatan alat tangkap Jubi. Hasil yang diperoleh belum maksimal yaitu 1 – 3 ekor ikan per Bubu, karena pengaruh faktor cuaca. Bubu or better known as Somba by the local people in Beeng Laut Island is a fishing gear that has been used by the people for generations. However, bubu made of bamboo is less durable, motivating our community service team (shorthened for team PKM) to modify the traditional fishing gear to last longer in the sea. The modified bubu is made of iron and multifilament polyethylene (PE) ropes. In addition to being more robust in the sea, this type of bubu is cheaper and requires shorter time to build, therefore possibly increasing the local fishermen’s income. This community service aimed to improve the welfare of our local fishermen partner and encouraged them to practice environmentally friendly fishing method by using the modified bubu. Our PKM team mentored and trained the local fishermen on how to modify Somba and equipped them with necessary fishing techniques. Targated outputs of this PKM include one published scientific article and a few somba fishing gears as final products of this community service. The team also introduced the local people to coastal ecosystems and financial planning. Moreover, the team provided fishermen partner with both fishing and auxiliary fishing tools such as fifteen units of Bubu, each five pieces of cool box and goggle and three iron rods for spears. Unfortunately, during tryout of the modified bubu, the fishermen caught only 1-3 fish due to wheather.