I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti
Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Published : 50 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

HATHA YOGA LEBIH EFEKTIF DALAM MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS DIBANDINGKAN DENGAN SENAM AEROBIK LOW IMPACT PADA REMAJA PUTRI OVERWEIGHT DI DENPASAR Ni Kadek Yuni Lestari; Ketut Tirtayasa; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra; Susy Purnawati; Putu Gede Adiatmika; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti
Sport and Fitness Journal Volume 5, No.3, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.913 KB) | DOI: 10.24843/spj.2017.v05.i03.p01

Abstract

Overweight was one of the adolescent health problem in Indonesia. Aerobic exercise can reduce body fat, prevent overweight and increase flexibility. The purpose of this study was to identify the effect of Hatha Yoga and low impact aerobic exercise to the percentage of body fat and flexibility of adolescent girl in Denpasar. Research used randomized pre-test and post-test design involved 26 subject. Group 1 treated hatha yoga and Group 2 treated low impact aerobic. This intervention was given for 6 weeks, frequency 3 times a week, for 45 minute in Sanggar Senam Studio 88 Denpasar. The result shown that hatha yoga reduced the percentage of body fat with mean decrease of 4.91% and low impact aerobic exercise with a mean decrease of 1.41%. Increasing of flexibility hatha yoga with a mean 12.58 cm and low impact aerobic exercise with a mean 8.54 cm. The result from different test used independent t test found that mean decreased for the percentage of body fat after intervention equal to 4.28% with value of p = 0.032 and mean increased flexibility by 5 cm with value of p = 0.035. That result shown that there is a significant difference of body fat percentage and flexibility after intervention during 6 weeks (p<0.05). Conclusion: hatha yoga more effective in reducing the percentage of body fat and increasing flexibility than low impact aerobic exercise of adolescent girl in Denpasar. It is suggested to individuals with overweight in order to do sports activities regularly and continuously. Hatha yoga as an alternative sport activities that can be used to reduce the percentage of body fat, increase flexibility and physical fitness.
PELATIHAN REACHING OBLIQUE CRUNCH LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PERUT DARI PADA PELATIHAN PILATE TOE TAPS PADA SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT SMP NEGERI 2 KUTA Md Ayu Puspita Citra Novelia; Susy Purnawati; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra; Ketut Tirtayasa; I Putu Adiartha Griadhi; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti
Sport and Fitness Journal Vol 9 No 1 (2021): Volume 9, No. 1, Januari 2021
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2021.v09.i01.p09

Abstract

Dalam pertandingan pencak silat otot perut sangat dilindungi oleh atlet pencak silat, karena perut merupakan daerah seorang atlet pencak silat mencari point serang sehingga atlet pencak silat memerlukan kekuatan otot perut yang baik untuk menunjang serangan dari lawan. Latihan ROC dan PTT merupakan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot perut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pelatihan ROC lebih efektif dari pelatihan PTT dalam meningkatkan kekuatan otot perut pada atlet putra peserta ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 2 Kuta. Jenis penelitian true eksperimental dengan rancangan randomized pre-test and post-test with control groups design. Subjek penelitian adalah siswa putra peserta ekstrakulikuler pencak silat SMP Negeri 2 Kuta yang berjumlah 32 orang dan dibagi dalam dua kelompok. Kelompok 1 diberikan pelatihan ROC dan Kelompok 2 diberi pelatihan PTT, frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Pengukuran kekuatan otot perut dapat diukur menggunakan test sit-up selama 30 detik. Hasil penelitian pada ke dua kelompok didapatkan rerata kekuatan otot perut sebelum pelatihan ROC 19,1±3,7 per 30 detik, sedangkan sesudah pelatihan menjadi 24,9±4,4 per 30 detik. Rerata kekuatan otot perut sebelum pelatihan PTT 18,1±3,2 per 30 detik, sedangkan sesudah pelatihan PTT menjadi 20,3±3,5 per 30 detik. Uji beda rerata kekuatan otot perut antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan menggunakan independent t-test menunjukan bahwa p = 0,00 (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa intervensi pada Kelompok 1 maupun Kelompok 2 memberikan efek kekuatan otot perut yang signifikan dimana intervensi ROC lebih meningkatkan kekuatan otot perut atlet putra peserta ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 2 Kuta. Saran pada penelitian ini diharapkan para pelatih dapat memberikan pelatihan dengan tepat dan menggunakan metode monitoring evaluasi untuk meningkatkan pencapaian prestasi atlet. Kata Kunci: Reaching Oblique Crunch, Pilate Toe Taps, Kekuatan Otot Perut, Pencak Silat
DYNAMIC NEUROMUSCULAR STABILIZATION LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA BALANCE EXERCISE PADA SISWA USIA 9-10 TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 11 SUMERTA DENPASAR Santi Bery Hastuti; J. Alex Pangkahila; Muhammad Irfan; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; I Putu Adiartha Griadhi; Moh Ali Imron
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.084 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p05

Abstract

Kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya perubahan pada permainan yang dilakukan anak-anak. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu bermainnya dengan permainan elektronik daripada bermain dengan melakukan aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik dapat mengakibatkan perkembangan keseimbangan menjadi kurang optimal, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada anak-anak. Perkembangan keseimbangan selain dipengaruhi oleh kematangan sistem saraf juga dipengaruhi oleh pengalaman dengan latihan pada tugas dan lingkungan yang spesifik. Penulis melakukan penelitian dengan membandingkan latihan Dynamic Neuromuscular Stabilization dengan Balance Exercise dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak-anak. Penelitian bersifat eksperimental dengan rancangan pre test and post test group design. Sampel 28 siswa SD berusia 9-10 tahun dan nilai keseimbangan dinamis <80, terbagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok I mendapatkan perlakuan Dynamic Neuromuscular Stabilization, Kelompok II mendapatkan perlakuan Balance Exercise. Latihan dilakukan 3x seminggu selama 4 minggu. Alat ukur keseimbangan dinamis dengan Y-Balance Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat peningkatan nilai keseimbangan dinamis pada Kelompok I dengan nilai rerata sebelum 77,52 ± 1,67 dan sesudah 88,85 ± 3,39 dengan nilai p<0,05, (2) Terdapat peningkatan nilai keseimbangan dinamis pada Kelompok II dengan nilai rerata sebelum 77,81 ± 2,03 dan sesudah 86,73 ± 1,69 dengan nilai p<0,05, (3) Terdapat perbedaan yang signifikan pada Kelompok I dan Kelompok II dalam peningkatan nilai keseimbangan dinamis dengan nilai p<0,05. Dapat disimpulkan bahwa pemberian Dynamic Neuromuscular Stabilization lebih baik daripada Balance Exercise dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada siswa usia 9-10 tahun di Sekolah Dasar Negeri 11 Sumerta DenpasarKata kunci: dynamic neuromuscular stabilization, balance exercise, keseimbangan dinamis
PERBANDINGAN ANTARA KOMBINASI CROSSBODY STRETCHING DAN MOBILIZATON WITH MOVEMENT DENGAN KOMBINASI SLEEPER EXERCISE DAN MOBILIZATON WITH MOVEMENT DALAM MENINGKATAN ROM BAHU PADA KASUS GLENOHUMERAL INTERNAL ROTATION DEFICIT Rizki Novrianti; Dewa Putu Purwa Samatra; Sugijanto Sugijanto; Luh Putu Ratna Sundari; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; I Made Krisna Dinata
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 2 (2020): Volume 8, No. 2, Mei 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.563 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i02.p10

Abstract

Pendahuluan: Glenohumeral internal rotation deficit adalah suatu kondisi di mana internal rotasi bahu lebih kecil dibandingkan eksternal rotasi. Hal ini terjadi akibat adanya positional fault pada caput humerus yang mengalami antroposisi di mana posisi caput lebih ke arah superior pada fosa glenoid. Tujuan Penelitian: untuk membuktikan apakah kombinasi crossbody stretching dan mobilization with movement lebih baik daripada kombinasi sleepr exercise dan mobilization with movement dalam meningkatkan lingkup gerak sendi bahu dengan glenohumeral internal rotation deficit. Metode: Penelitian ini adalah penelitian uji klinis (clinical trial), yaitu penelitian dengan rancangan eksperimental pre test –post test group design. Jumlah sampel Kelompok I sebanyak 14 orang pasien diberikan intervensi dengan kombinasi crossbody stretching dan mobilization with movement sebanyak 3 kali seminggu selama 2 minggu, kemudian pada Kelompok II sebanyak 14 orang pasien diberikan kombinasi sleeper exercise dan mobilization with movement juga dilakukan sebanyak 3 kali seminggu selama 2 minggu. Pengukuran peningkatan nilai ROM bahu menggunakan goniometer. Hasil : 1) Terdapat peningkatan nilai ROM bahu pada Kelompok I, mean pre 45,00±7,766, dan post 73,71±6,799. Hasil t-test related menunjukkan nilai p = 0,0001 (p<0,05). (2) Terdapat peningkatan nilai ROM bahu pada Kelompok II, mean pre 47,29±29,076, dan post 76,71±11,652. Hasil t-test related menunjukkan nilai p = 0,0001 (p<0,05). (3) Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada Kelompok I dan Kelompok II. Dilihat dari uji homogenitas, nilai p > 0,05 maka hasil uji komparasi menggunakan nilai mean post-post dengan independent t-test yang menunjukkan nilai p=0,413 (p>0,05).
WOBBLE BOARD EXERCISE DAN ISOMETRIC EXERCISE LEBIH BAIK DARI PADA WOBBLE BOARD EXERCISE DAN CALF RAISE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN STABILITAS FUNGSIONAL ANKLE PADA CHRONIC ANKLE SPRAIN Dio Septiyan Helmi; I Made Muliarta; Wahyuddin Wahyuddin; Luh Putu Ratna Sundari; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; I Made Krisna Dinata
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 1 (2020): Volume 8, No. 1, Januari 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.534 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i01.p09

Abstract

Pendahuluan: Sprain ankle kronis merupakan overstretch pada ligamen compleks lateral ankle pada gerak inversi dan plantar fleksi. Sprain ankle kronis menyebabkan instabilitas ankle, yang disertai dengan reaksi penurunan kekuatan otot ankle karena perubahan aktivasi otot. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan efektifitas wobble board exercise dan isometric exercise dengan wobble board exercise dan calf raise exercise terhadap peningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental dengan rancangan pre test and post test two group design. Dalam penelitian ini 9 responden diberikan wobble board exercise dan isometric exercise selama 6 minggu dengan frekuensi latihan 2 kali seminggu, dan 9 responden diberikan wobble board exercise dan calf raise exercise selama 6 minggu frekuensi latihan 2 kali seminggu. Alat ukur yang digunakan adalah balance error scoring system (BESS).. Hasil: Hasil analisis statistik parametrik dengan paired sample t-test, menunjukkan kedua kelompok perlakuan secara signifikan dapat meningkatkan stabilitas ankle. Rerata nilai BESS sebelum perlakuan pada Kelompok I dengan rerata 30,00±2,784 dan sesudah perlakuan dengan rerata 11,67±0,866 dengan nilai p= 0,001 (p< 0,05), dan sebelum perlakuan pada Kelompok II 31,67±3,162 dan Sesudah Perlakuan dengan nilai 16,67±2,828 dengan nilai p= 0,001 (p< 0,05). Uji rerata nilai BESS post Kelompok I dan post Kelompok II dengan Independent sample t-test diantara kedua kelompok signifikan dapat meningkatkan stabilitas ankle dengan nilai Kelompok I 11,67±0,866, dan kelompok II 16,67±2,828 dan p= 0,001 (p<0,005). Rerata selisih nilai BESS pada Kelompok I 18,33±2,398 dan pada Kelompok II 15,00±1,323 sebesar 3,33 dengan nilai p= 0,001 (p<0,005} menunjukkan adanya perbedaan dalam meningkatkan stabilitas fungsional ankle. Simpulan pada penelitian adalah wobble board exercise dan isometrick exercise lebih efektif meningkatan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain daripada wobble board exercise dan calf raise exercise.
PELATIHAN LUNGES LEBIH BAIK DARIPADA PELATHAN SQUAT DALAM MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN ATLET PUTRA PESERAT EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR Putu Satriya Yudha Permadi; I Nyoman Adiputra; I Putu Adiartha Griadhi; Putu Astawa; Susy Purnawati; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti
Sport and Fitness Journal Vol 9 No 1 (2021): Volume 9, No. 1, Januari 2021
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2021.v09.i01.p10

Abstract

Kekuatan otot tungkai dan keseimbangan merupakan faktor yang menentukan kualitas tendangan dalam pencak silat, maka diperlukan metode pelatihan tentang kekuatan otot tungkai dan keseimbangan melalui gerakan-gerakan yang lebih efektif. Latihan lunges dan squat merupakan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan keseimbangan. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pelatihan lunges lebih baik dari squat dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dan keseimbangan atlet putra peserta ekstrakurikuler pencak silat SMA Dwijendra Denpasar. Jenis penelitian true eksperimental dengan rancangan penelitian randomized pre test and post test with control groups design. Subyek dari penelitian ini atlet putra peserta ekstrakurikuler pencak silat SMA Dwijendra Denpasar yang berjumlah 18 orang yang dibagi dalam dua kelompok yang berbeda. Kelompok 1 latihan lunges sedangkan Kelompok 2 latihan squat, latihan diberikan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu. Pengukuran menggunakan alat leg dynamometer untuk mengetahui kekuatan otot tungkai dan standing stork test untuk mengetahui keseimbangan. Hasil rerata pengukuran kekuatan otot tungkai sebelum latihan lunges 177,44±7,69 kg sedangkan setelah latihan lunges 205,44±9,50 kg. Hasil rerata pengukuran kekuatan otot tungkai sebelum latihan squat 172,33±7,84 kg sedangkan setelah latihan squat 187,22±7,32 kg. Hasil rerata pengukuran keseimbangan sebelum latihan lunges 18,11±1,61 detik sedangkan setelah latihan lunges 27,22±1,98 detik. Hasil rerata pengukuran keseimbangan sebelum latihan squat 18,44±1,87detik sedangkan setelah latihan squat 23,11±1,36 detik. Uji beda rerata kekuatan otot tungkai dan keseimbangan pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan uji independent pada post test didapat hasil nilai p=0,00 (p<0,05). Kelompok 1 dan Kelompok 2 sama-sama memberikan peningkatan terhadap kekuatan otot tungkai dan keseimbangan pada atlet putra peserta ekstrakurikuler pencak silat SMA Dwijendra Denpasar, tetapi Kelompok 1 lebih baik dari pada Kelompok 2 dilihat dari rerata post test. Saran dalam penelitian ini diharapkan kepada para pelatih dapat memberikan latihan dengan tepat dan sesuai dengan metode dan prinsip dalam pelatihan agar mampu meningkatkan prestasi atlet. Kata Kunci: Kekuatan Otot Tungkai, Keseimbangan, Lunges, Squat, Pencak Silat
KOMBINASI MOBILIZATION WITH MOVEMENT DAN HOLD RELAX EXERCISE LEBIH BAIK DIBANDINGKAN KOMBINASI MOBILIZATION WITH MOVEMENT DAN ACTIVE RESISTANCE EXERCISE DALAM MENURUNKAN DISABILITAS PADA KASUS FROZEN SHOULDER IDIOPATIK DI DENPASAR AA Lanang Dananjaya Putra Dewa WA; Ketut Tirtayasa; Sugijanto Sugijanto; Dewa Putu Gde Samatra; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; I Made Muliarta
Sport and Fitness Journal Vol 9 No 1 (2021): Volume 9, No. 1, Januari 2021
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2021.v09.i01.p01

Abstract

Frozen shoulder idiopatik adalah gangguan pada sendi glenohumeral bahu yang mengalami peradangan sehingga menyebabkan nyeri kronis, membatasi gerakan sendi bahu dalam melakukan aktivitas fungsional. Beberapa metode yang dapat menurunkan gejala yang ditimbulkan diantaranya mobilization with movement (MWM), hold relax exercise (HRE) dan active resistance exercise (ARE) dengan mengurangi rasa nyeri dan disabilitas pada sendi bahu serta meningkatkan kekuatan otot pada area bahu. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kombinasi MWM dan HRE lebih baik daripada kombinasi MWM dan ARE dalam menurunkan disabilitas bahu pada pasien frozen shoulder idiopatik. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan pre test and post test two group design. Pelaksanaan di klinik Fisioterapi Denpasar pada bulan Januari sampai Februari 2020. Sampel berjumlah 18 orang terdiri dari 11 orang perempuan dan 7 orang laki-laki yang dibagi secara acak dalam 2 Kelompok perlakuan. Kelompok I diberikan kombinasi MWM dan HRE dan Kelompok II diberikan kombinasi MWM dan ARE. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPADI. Hasil penelitian yaitu kombinasi MWM dan HRE dapat menurunkan disabilitas pada frozen shoulder idiopatik dengan nilai signifikansi p < 0,05 dengan nilai 74,18 menjadi 50,16, kombinasi MWM dan ARE dapat menurunkan disabilitas pada frozen shoulder idiopatik dengan nilai signifikansi p < 0,05 dengan nilai 72,61 menjadi 57,86. Simpulan dari penelitian ini adalah kombinasi MWM dan HRE lebih baik daripada kombinasi MWM dan ARE dalam menurunkan disabilitas bahu pada kasus frozen shoulder idiopatik dengan nilai signifikansi p < 0,05.
CORRELATION BETWEEN SLEEP QUALITY AND BODY MASS INDEX IN ADOLESCENTS IN DENPASAR Darryl Rex Zaffyr; Luh Putu Ratna Sundari; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; I Putu Gede Adiatmika
Sport and Fitness Journal Vol 9 No 3 (2021): Volume 9, No. 3, September 2021
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2021.v09.i03.p05

Abstract

Introduction: Obesity is a pathological condition under which extra fat is accumulated from the body's required needs. Complications such as hypertension, dyslipidemia, diabetes, fatty liver disease and psychosocial problems can occur in a person who is overweight and obese in adolescence. Sleep quality represents satisfaction with the sleep experience by integrating sleep initiation aspect, managing sleep time, meeting sleep needs, and feeling refreshed when waking up. One of the factors that can lead to overweight and obesity is poor sleep quality. This research attempts to establish the association between sleep quality and body mass index in adolescents in Denpasar. Methods: This research was a cross-sectional analytical study using the Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaire to determine the quality of sleep and measurement of the body mass index of 280 high school students in Denpasar. Results: Somers’D correlation test results showed no relationship (p = 0.108) between sleep quality and body mass index in adolescents. Conclusions: There is no correlation between sleep quality and body mass index in adolescents in Denpasar. Further studies are needed related to other factors that affect an adolescent's body mass index.
PERBEDAAN ANTARA INTERVENSI SCAPULAR MOBILIZATION DAN MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DALAM MENURUNKAN DISABILITAS BAHU PADA KONDISI FROZEN SHOULDER Iit Selviani; Bagus Komang Satriyasa; Sugijanto Sugijanto; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra; Ni Nyoman Ayu Dewi; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 3 (2020): Volume 8, No. 3, September 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i03.p06

Abstract

Pendahuluan: Frozen shoulder adalah suatu kondisi idiopatik pada bahu yang ditandai dengan timbulnya nyeri dan keterbatasan pada sendi bahu. Frozen shoulder terjadi 2% hingga 5% populasi dan 40% pada penderita diabetes melitus. Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada wanita dibanding pria dan terjadi pada rentang usia 40 hingga 65 tahun. Permasalahan yang muncul akibat terjadinya frozen shoulder dapat diberikan intervensi scapular mobilization dan muscle energy technique. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pemberian scapular mobilization dan muscle energi technique dalam menurunkan disabilitas bahu pada kondisi frozen shoulder. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan pre dan post test group design. Sampel penelitian ini adalah pasien dengan kondisi frozen shoulder, berjumlah 18 sampel yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan membagi menjadi dua kelompok. Kelompok I diberikan intervensi scapular mobilization sedangkan Kelompok II diberikan intervensi muscle energy technique selama 4 minggu. Pengukuran penurunan disabilitas bahu menggunakan Shoulder Pain and Disability Indeks (SPADI) dianalisis dengan independent t-test, untuk mencari rerata skor SPADI setelah perlakuan Hasil: Pada uji beda penurunan disabilitas bahu sesudah intervensi kelompok I dengan kelompok II yang menggunakan independent sample t-test didapatkan penurunan disabilitas bahu dan hasil ini berbeda secara signifikan p 0,006 (p < 0,05), yang berarti ada perbedaan scapular mobilization dan muscle energy technique dalam menurunkan disabilitas bahu pada kondisi frozen shoulder. Simpulan: Intervensi scapular mobilization lebih baik dari muscle energy technique dalam menurunkan disabilitas bahu pada kondisi frozen shoulder. Kata Kunci: Frozen Shoulder, Scapular Mobilization, Muscle Energy Technique, SPADI
PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE) PADA WANITA USIA PRODUKTIF PENDERITA ASMA YANG MENGIKUTI LATIHAN ZUMBA DAN YOGA Rahma Cempaka Putri; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; Luh Made Indah Sri Handari; I Putu Adiartha Griadhi
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 2 (2020): Volume 8, No. 2, Mei 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.83 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i02.p11

Abstract

Pendahuluan: Asma merupakan penyakit saluran pernapasan dengan angka prevalensi tinggi di Indonesia dan Provinsi Bali menduduki urutan ke-enam dengan prevalensi asma tertinggi di Indonesia. Penderita asma dianjurkan untuk melakukan latihan fisik untuk meningkatkan kebugaran serta meringankan dan mengurangi frekuensi kekambuhan. Zumba dan Yoga merupakan jenis latihan fisik yang memberikan banyak manfaat terutama pada fungsi paru. Tujuan: Membuktikan adanya perbedaan nilai APE pada wanita usia produktif penderita asma yang mengikuti latihan Zumba dan Yoga. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang yang melibatkan 18 wanita usia produktif penderita asma derajat intermiten atau persisten ringan pada kelompok Zumba dan Yoga. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling yang dilakukan pada tujuh studio senam Zumba dan Yoga di Denpasar selama bulan Juni – Oktober 2019. Data diperoleh dengan lembar pengumpulan data dan pengukuran APE menggunakan Peak Flow Meter. Data dianalisis dengan uji Parametrik T-Tidak Berpasangan untuk membandingkan nilai APE pada wanita penderita asma yang mengikuti latihan Zumba dan Yoga. Hasil: Pada wanita usia produktif penderita asma yang mengikuti latihan Zumba memiliki rata-rata nilai APE sebesar 431,11 L/menit, sedangkan penderita asma yang mengikuti latihan Yoga 398,89 L/menit, dengan p=0,04 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada nilai APE wanita usia produktif penderita asma yang mengikuti latihan Zumba dan Yoga.
Co-Authors AA Lanang Dananjaya Putra Dewa WA Ade Sugandhi Aditya Johan Romadhon Agung Ary Sutawinata Ali Imron Ari Wibawa Ayu Dilia Febriani Wisnawa Ayu Indriyani Utami AYU WULANDARI Azriel Siloam Bagus Komang Satriyasa Celine Setiawan Cindy Anastasia Okhotan Cindy Thiovany Soetomo Clara Ratu Angela Christi Darryl Rex Zaffyr Dewa Ayu Puspitasari Dewa Putu Gde Samatra Dewa Putu Gede Purwa Samatra Dio Septiyan Helmi Efraldo Yudistira Elvina Veronica Futi Nurul Destya Gede Dilajaya Robin Gusti Made Agung Mega Utama Hanik Nuryanti I Dewa Ayu Juniastari Putri I Dewa Putu Sutjana I G. M. Aman I Made Ady Wirawan I Made Jawi I Made Krisna Dinata I MADE MULIARTA . I Made Niko Winaya I Nengah Sandi I Nyoman Adi Putra I Nyoman Mangku Karmaya I Putu Adiartha Griadhi I Putu Gede Adiatmika I Wayan Gede Sutadarma I Wayan Weta I.G.N Bagus Hindra D Ida Ayu Dewi Wiryanthini Ida Ayu Priandini IGN Alit Hendra Wahyudi Intan Ayu Puspaningsih J. A. Pangkahila Kadek Rina Agustinawati Ketut Tirtayasa Komang Diah Kurnia Kesumaputri Luh Gede Ayu Sri Nadi Wahyuni Luh Made Indah Sri Handari Luh Made Indah Sri Handari Luh Made Indah Sri Handari Adiputra Luh Putu Ratna Sundari M. Ali Imron Made Hendra Satria Nugraha Md Ayu Puspita Citra Novelia Moh Ali Imron Muh. Ali Imron Muhammad Irfan Munawwarah, Muthiah N. Agus-Bagiada Ni Kadek Ira Maharani Putri Ni Kadek Yuni Lestari Ni Ketut Dewita Putri Ni Luh Nopi Andayani Ni Made Dwi Dayanti Martini Ni Nyoman Arista Febrianti Ni Nyoman Ayu Dewi Ni Nyoman Ayu Dewi Ni Nyoman Nita Rosani Ni Putu Sukma Nathania Nyoman Virna Uginiari Putu Andrie Setiawan Putu Astawa Putu Ayu Savitri Putu Ayu Sita Saraswati Putu Satriya Yudha Permadi Putu Satyakumara Upadhana Rahma Cempaka Putri Reza Fatchurahman Rizki Novrianti Santi Bery Hastuti Selviani, Iit Sugijanto - Susy Purnawati Syahmirza Indra Lesmana Virgilya S Wahyuddin, Wahyuddin Wardatun Nugraheni William Abraham S