Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search
Journal : BULETIN OSEANOGRAFI MARINA

Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Laguna Segara Anakan, Cilacap Budhy Wiyarsih; Hadi Endrawati; Sri Sedjati
Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.926 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v8i1.21974

Abstract

Segara Anakan merupakan laguna yang terletak di selatan Pulau Jawa tepatnya di perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Kawasan Segara Anakan merupakan tempat bertemunya sungai besar, sehingga mengalami perubahan penurunan kualitas perairan berupa penyempitan dan pedangkalan akibat proses sedimentasi yang tinggi. Hal ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas perairan yang dapat mengganggu pertumbuhan fitoplankton di perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan bioindikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Kondisi tentang lingkungan perairan diperkirakan berubah sepanjang waktu, maka perlu penelitian fitoplankton, untuk mengetahui tingkat kesuburan perairannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan fitoplankton di Laguna Segara Anakan, Cilacap. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan pengambilan data menggunakan purposive sampling method. Hasil menunjukkan ditemukan 34 genera yaitu Kelas Bacillariophyceae (21 genera), Kelas Cyanophyceae (4 genera), Dinophyceae (6 genera), Chlorophyceae (2 genera), dan Euglenophyceae (1 genus). Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 12.945,8-38.194,1 sel/liter. Indeks Keanekaragaman termasuk kategori sedang dengan nilai berkisar 1,60 - 2,32. Indeks keseragaman termasuk kategori sedang hingga tinggi, dengan nilai berkisar 0,59 - 0,81. Indeks dominansi berkisar antara 0,18 - 0,44. menunjukkan bahwa tidak ada genus yang mendominasi. Segara Anakan is a lagoon located in the south of Java Island precisely on the border between West Java and Central Java. Segara Anakan area is the place where the big river meets. Water quality decrease because of narrowing the lagoon due to the high sedimentation process. This may affect the presence of phytoplankton in the water. The quality and the fertility level of aquatic can be evaluated through the phytoplankton existence since phytoplankton is used as a biological indicator for the marine environment. The condition of the aquatic environment is expected to change over time, so it is necessary to study phytoplankton. The purpose of this research is to know about the composition and abundance of phytoplankton in Segara Anakan Lagoon, Cilacap. This research used the descriptive explorative method by data sampling using purposive sampling method. The study showed 34 genera of Bacillariophyceae (21 genera), Cyanophyceae (4 genera), Dinophyceae (6 genera), Chlorophyceae (2 genera), and Euglenophyceae (1 genus). The abundance of phytoplankton ranging from 12.945,8-38.194,1 cells/liter. The Diversity Index is a medium category with values ranging from 1.60 to 2.32. The evenness index is moderate to high, with values ranging from 0.59 to 0.81. The Dominant index ranges from 0.18 to 0.44. The value indicates the category of no dominating genus.
Pertumbuhan Lamun Hasil Transplantasi Jenis Cymodocea rotundata di Padang Lamun Teluk Awur Jepara Ita Riniatsih; Hadi Endrawati
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.003 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i1.6924

Abstract

Padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting  bagi lingkungan  pesisir. Padang lamun rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan. Penurunan  luas padang lamun di dunia merupakan akibat  dari tekanan lingkungan baik alami maupun hasil aktivitas manusia. Transplantasi merupakan salah satu cara untuk merehabilitasi kondisi padang lamun yang mengalami kerusakan.  Tujuan dari penelitian ini untuk megetahui tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan transplantasi lamun  Cymodecea rotundata dengan metoda jangkar di perairan Teluk Awur Jepara. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2010 di perairan Teluk Awur, Jepara. Metoda penelitian yang dipergunakan adalah dengan ekperimental lapangan dengan penentuan lokasi secara purposive random sampling. Penelitian dilakukan di Teluk Awur yang terbagi menjadi 3 stasiun pengamatan yang masing-masing stasiun terbagi menjadi 6 plot pengamatan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan daun lamun tertinggi untuk lamun transplantasi terdapat pada stasiun 2 sebesar 1,86-2,61 mm/hari. Tingkat kelangsungan hidup menunjukkan 100% untuk semua lokasi. Hasil uji ANOVA Satu Arah menunukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laju pertumbuhan lamun alami dan lamun hasil transplantasi. Kata kunci:  pertumuhan lamun , transplantasi, Cymodocea rotundata
Hubungan Panjang Berat Teripang Holothuria atra di Pulau Panjang, Jepara Primaswatantri Permata; Suryono Suryono; Frijona F. Lokollo; Widianingsih Widianingsih; Hadi Endrawati; Muhammad Zainuri; Retno Hartati
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i2.36380

Abstract

Holothuria atra merupakan salah satu teripang dan sering dijumpai berasosiasi dengan padang lamun dan  substrat pasir.  Walaupun bernilai ekonomi rendah, secara ekologi mempunyai manfaat sebagai bioturbator dan mempunyai potensi dalam bidang farmaseutical. Teripang ini ditenukan hidup di Pulau Panjang, dengan karakteristik perairan tertutup dan dangkal dengan akses yang mudah untuk wisatawan maupun perikanan tangkap yang dapat menjadi tekanan bagi populasi teripang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan panjang dan berat populasi teripang H. atra di Pulau Panjang, Jepara pada lokasi padang lamun dan pecahan karang dimana H. atra banyak ditemukan. Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif dengan melakukan pengambilan sampel H. atra dengan teknik sampling complete enumeration pada luas lokasi penelitian yang telah ditentukan.  Hasil penelitian  menunjukkan kepadatan teripang di stasiun padang lamun (Stasiun A) lebih rendah dengan distribusi ukuran yang lebih kecil daripada di stasiun pecahan karang (Stasiun B). Pada semua stasiun dan waktu pengambilan sampel, pola pertumbuhan relatif yang ditunjukkan oleh hubungan panjang dan berat teripang H. atra bersifat allometrik negatif dengan keeratan hubungan yag sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh kesulitan pengukuran pada teripang yang bertubuh lunak dengan elastisitas dinding tubuh (integument), isi pada sistem pencernaan makanannya dan kandungan cairan coelomic (rongga tubuh) yang dapat membuat bias analisa.Holothuria atra is one of species sea cucumbers often found in association with seagrass beds and sand substrates. Although it has low economic value, ecologically it has benefits as a bioturbator and has potential in the pharmaceutical. It is found in Panjang Island, which has characteristic of  closed and shallow waters with easy access for tourists and capture fisheries which can put pressure on the sea cucumber population. This study aimed to determine the relationship between length and weight of H. atra population in the seagrass bed and rubble area in Panjang Island, Jepara. The research method used is descriptive exploratory and H. atra were sampled using a complete enumeration sampling technique at a predetermined area of the research location. The results showed that the density of sea cucumbers at the seagrass beds station (Station A) was lower with a smaller size distribution than at the rubble station (Station B). At all stations and sampling times, the relative growth pattern shown by the correlation between length and weight of H. atra is negative allometric with very small relationship value. This was due to the difficulty of measuring soft-bodied sea cucumbers with the elasticity of the body wall (integument), the contents of the digestive system and coelomic fluid in the body cavity which can bias the analysis.
Densitas dan Kadar Total Lipid Mikroalga Spirulina platensis yang Dikultur pada Fotoperioda yang Berbeda Hadi Endrawati; Christin Manulang; Widianingsih Widianingsih
Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.773 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v1i3.6908

Abstract

Spirulina platensis tergolong kedalam Divisi Cyanophyta dengan kemampuan adaptasi yang baik terhadap pengaruh faktor lingkungan yang cukup bervariasi seperti suhu, salinitas, intensitas cahaya, nutrien dan fotoperioda.  Faktor lingkungan dapat mempengaruhi komposisi dan kadar lipid, protein, dan karbohidrat. Lipid berfungsi sebagai penyedia asam lemak dan sumber energi cadangan. Penelitian ini bertujuan untuk optimasi kadar total lipid dan densitas dari mikroalga Spirulina platensis yang dikultur pada fotoperioda berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan fotoperioda 4 jam terang 20 jam gelap, 8 jam terang 16 jam gelap, 12 jam terang 12 jam gelap, dan 24 jam terang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan S. platensis tertinggi pada perlakuan 24 jam terang, yaitu (1591 ± 16) x 103 sinusoidal/l pada fase stasioner dan kepadatan terendah pada perlakuan 4 jam terang 20 jam gelap yaitu (1087 ± 62) x 103 sinusoidal/l. Selanjutnya total lipid tertinggi pada fotoperioda 4 jam terang 20 jam gelap (46,1 ±27,93 %-dw) dan total lipid terendah pada perlakuan 24 jam terang sebesar (24,8 ±5,23 %-dw). Kata kunci: Spirulina platensis, densitas, fotoperiod, total lipid
Analisa Persebaran Sarang Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Berdasarkan Vegetasi Pantai Di Pantai Sukamade Merubetiri Jawa Timur Argina Dewi S; Hadi Endrawati; Sri Redjeki
Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.068 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v5i2.15730

Abstract

Aktivitas manusia yang merusak habitat pantai peneluran Penyu Hijau mengakibatkan penurunan populasi Penyu Hijau. Penataan tempat bertelur penyu (nesting site) dianggap hal yang penting untuk meningkatkan kembali populasi penyu hijau. Penataan tempat bertelur bagi penyu meliputi kondisi biologi. Kondisi biologi pantai peneluran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Kondisi biologi pantai peneluran salah satunya adalah kondisi vegetasi pantai. Secara biologi kehadiran penyu pada suatu pantai dipengaruhi kondisi ekosistem dan komposisi vegetasi pantai. Vegetasi dianggap memiliki peranan penting dalam aktivitas peneluran penyu karena memberikan rasa nyaman pada lingkungan sekitar peneluran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran sarang peneluran  Penyu Hijau (Chelonia mydas) berdasarkan vegetasi pantai dan mengetahui jenis vegetasi yang ada disekitar sarang Penyu Hijau. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data yang diambil meliputi data penyu bertelur, jarak sarang terhadap vegetasi dan profil vegetasi pantai. Penelitian ini dilakukan pada pukul 20.00 WIB dan 04.30 WIB sesuai dengan jadwal monitoring penyu petugas di lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas) lebih banyak ditemukan pada sektor dengan keadaan lingkungan bervegetasi dengan jenis vegetasi Pandanus tectorius, Baringtonia asiatica, Hibiscus tilaceus. Sedangkan pada sektor yang hanya ditumbuhi vegetasi rambat seperti Ipoemoea pes – caprae Penyu Hijau tidak ditemukan melakukan aktifitas peneluran. Kata Kunci : Penyu Hijau, Vegetasi, Pantai Sukamade.
Komposisi Echinodermata Di Rataan Litoral Terumbu Karang Pantai Krakal, Gunung Kidul,Yogyakarta Ken Suwartimah; Dwi Saniscara Wati; Hadi Endrawati; Retno Hartati
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.512 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i1.15743

Abstract

Echinodermata merupakan salah satu komponen penting dalam hal keanekaragaman fauna di daerah terumbu karang. Hal ini karena terumbu karang berperan sebagai tempat berlindung dan mencari makan bagi fauna Echinodermata. Salah satu penyebaran biota ini adalah di perairan rataan terumbu karang Pantai Selatan di Pantai Krakal, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui species dan kelimpahan Echinodermata di Pantai Krakal, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode transek kuadrat dengan ukuran 1m2. Hasil pengamatan ditemukan beberapa species dari 3 kelas dari filum Echinodermata, antara lain 3 species dari kelas Echinoidea, 3 species dari kelas Ophiuroidea, dan 1 species dari kelas Asteroidea. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan individu tertinggi penelitian adalah Ophiocoma scolopendrina (4.01 ind. /m2) dan terendah adalah Archaster typirus ( 1 ind. /m2). Echinodermata is a important ecosystem component in terms of the diversity of fauna in the coral reefs. This is because the coral reefs act as a refuge and feeding ground for the fauna of the Echinoderms. One of echinoderm habitat is reef flat waters of Krakal Beach, Gunung Kidul, Jogjakarta. The purpose of this research is identify and determine the abundance of Echinoderms. Purpossive sampling method was applied. The samples were taken using 1m2 transect squares. There were 3 classes of Echinodermata found, i.e. 3 species of Echinoidea, 3 species of Ophiuroidea, and 1 species of Asteroidea. The result showed that the highest was Ophiocoma scolopendrina (4,01 ind./m2 and the lowest was Archaster typirus (1 ind./m2)
Komposisi dan Kelimpahan Ichtyofauna di Perairan Morosari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Hadi Endrawati; Irwani Irwani
Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.026 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v1i5.6914

Abstract

Keberadaan ichtyofauna terkait erat dengan fungsi ekologis wilayah Perairan Morosari, Kec. Sayung, Kab. Demak. Dampak dari rob / pasang tinggi (kenaikan muka air laut akibat pasang tinggi) adalah tergenangnya sebagian wilayah pertambakan menjadi perairan dangkal. Penelitian ini bertujuan tujuan melakukan inventarisasi berbagai jenis ikan serta kelimpahannya. Materi yang digunakan adalah ichtyofauna yang diambil di perairan pantai Perairan Morosari, Kec. Sayung, Kab. Demak. Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel secara langsung pada enam stasiun, dari Maret sampai dengan Oktober 2011. Sampling dilakukan bulanan, dengan mengambil waktu pasang tertinggi. Sampling biota ichtyofauna dilakukan dengan menggunakan Trap Net (Bubu) dan Lift Net. Hasil penelitian mendapatkan 15 Famili dengan 19 species ichtyofauna. Kelimpahan Total ichtyofauna berkisar diantara 607 – 1221 ekor. Jenis – jenis dan kelimpahan ichtyofauna tersebut terkait dengan siklus hidup dan strategi untuk kelangsungan hidup.   Kata kunci : Ichtyofauna, Jenis, Kelimpahan, Demak
Struktur Komunitas Zooplankton Di Perairan Desa Mangunharjo Kecamatan Tugu Semarang Widya Paramudhita; Hadi Endrawati; Ria Azizah
Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.312 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v7i2.20548

Abstract

Perairan Desa Mangunharjo merupakan perairan yang mengalami perubahan kondisi lingkungan akibat abrasi yang berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove dan tambak. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap keberadaan biota perairan salah satunya adalah zooplankton. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton di perairan Desa Mangunharjo. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret–April 2017 di perairan Desa Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif. Analisis data yang digunakan untuk mendeskripsikan komunitas zooplankton meliputi: kompisisi dan kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zooplankton yang ditemukan secara keseluruhan sebanyak 23 genera yang terbagi atas 5 fila. Kelimpahan tertinggi sebesar 126.76 ind/L dan terendah 28.17 ind/L. Arthropoda merupakan filum yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini. Indeks keanekaragaman yang diperoleh berkisar antara 0.72 – 2.49 dan dikatagorikan keanekargaman rendah dan sedang. Untuk indeks keseragaman yang diperoleh berkisar antara 0.44 – 0.98 dan dikatagorikan keseragaman sedang dan tinggi. Dan untuk indeks dominansi diperoleh nilai berkisar antar 0.02 – 0.98 dan dikatagorikan tidak ada dominasi. Mangunharjo Village waters have changed environmental conditions due to abrasion that damage the mangrove ecosystems and ponds. These conditions affect the presence one of aquatic biota which is zooplankton. Therefore this research is done to know the structure of zooplankton community in Mangunharjo Village waters. Sampling was conducted in March-April 2017 in the waters of Mangunharjo Village, Tugu Sub-district, Semarang. The method used is descriptive explorative method. The data analysis used to describe the zooplankton community includes: composition and abundance, diversity index, uniformity index and dominance index. The results showed that zooplankton found as a whole 23 genera of 5 fila. The highest abundance was 126.76 Ind/L and the lowest was 28.17 Ind/L. Arthropods are the most common phyla in this study. The index of diversity obtained ranges from 0.72 to 2.49 and categorized at low and medium diversity. As for the uniformity index obtained ranged from 0.44 to 0.98 and categorized at medium and high uniformity. And for the dominance index obtained values ranged between 0.02 - 0.98 and categorized at non dominance.
Analisis Kelimpahan Mikroalga Epifit Pada Lamun Enhalus acoroides Di Perairan Pulau Karimunjawa, Jepara Cantik Sitta Devayani; Retno Hartati; Nur Taufiq-Spj; Hadi Endrawati; Suryono Suryono
Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1147.447 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v8i2.23739

Abstract

Padang lamun berfungsi sebagai daerah asuhan, pemijahan, tempat mencari makan dan habitat bagi biota laut, diantaranya: ikan, meiofauna, maupun mikroalga epifit. Mikroalga epifit dapat digunakan sebagai salah satu unsur indikator dalam ekosistem perairan terkait dengan kesuburan dan pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan mikroalga epifit pada daun lamun Enhalus acoroides yang  dilakukan pada Oktober 2018 dengan metode diskriptif. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode purposive random sampling dengan tiga stasiun yaitu di perairan Pantai Nyamplungan (Stasiun 1), Pantai Bobi (Stasiun 2) dan Pelabuhan Syahbandar (Stasiun 3). Sampel daun lamun E. acoroides dipotong menjadi tiga bagian, yaitu ujung (UA dan UB), tengah (TA dan TB) dan pangkal (PA dan PB) daun. Untuk mendapatkan sampel mikroalga epifit dilakukan dengan metode pengerikan. Hasil penelitian  di semua  stasiun ditemukan tiga kelas yakni Bacillariophyceae, Dinophyceae dan Cyanophyceae. Genus yang paling banyak ditemukan adalah Navicula, Rhizosolenia, Oscillatoria, Gonyaulax dan Prorocentrum. Kelimpahan total mikroalga epifit tertinggi terdapat pada Stasiun 3 (11.234 sel/cm2) dan terendah pada Stasiun 2 (6.717 sel/cm2). Kelimpahan mikroalga epifit pada ujung daun bagian permukaan atas (UA) menghasilkan jumlah tertinggi yakni 5.682 sel/cm² dan bagian yang terendah terdapat pada posisi tengah daun bagian permukaan bawah (TB) sebanyak 3.292 sel/cm². Posisi menempel pada bagian lamun berpengaruh terhadap kelimpahan mikro alga epifit. Seagrass bed has a function as  nursery, spawning, and feeding ground, as well as a habitat for marine biota such as fish, meiofauna, and epiphytic microalgae. Epiphytic microalgae can be used as one of the indicators in aquatic ecosystems related to productivity and pollution. The aims of this study were to know the composition and abundance of epiphytic microalgae on Enhalus acoroides leaves. This research was done on October 2018 by using descriptive method. The sample was taken from three stations, ie.  Nyamplungan (Station 1), Bobi Beach (Station 2) and Syahbandar Port (Station 3). The seagrass samples of  Enhalus acoroides leaves were cut into three parts i.e. tip (UA & UB), middle (TA & TB)  and base (PA & PB) part of the leaves to obtain the samples of epiphytic microalgae by using scratching method. The results of the study found three classes, i.e.  Bacillariophyceae, Dinophyceae and Cyanophyceae. The genus most commonly found were Navicula, Rhizosolenia, Oscillatoria, Gonyaulax and Prorocentrum. The highest total abundance of epiphytic microalgae was at Station 3 (11.234 sel/cm2) and the lowest at Station 2 (6.717 sel/cm2). The abundance of  epiphytic microalgae based on different part of seagrass leaves showed that the upper surface of the leaf tip (UA) has highest abundance (5.682 cell/cm²) and the bottom surface of the middle leaf (TB) has the lowest abundance (3.292 cell/cm²). The posisiton of attachment affect on the abundance of epiphyte microalgae.
Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Pulau Panjang dan Teluk Awur, Kabupaten Jepara Rodhiyah Patmawati; Hadi Endrawati; Adi Santoso
Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.054 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v7i1.19041

Abstract

Perairan Pulau Panjang dan Teluk Awur merupakan lokasi wisata dan dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber mata pencaharian. Zooplankton berperan sebagai konsumen tingkat satu yang menghubungkan fitoplankton dengan organisme tingkat tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah  untuk mengetahui komposisi, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi zooplankton di perairan Pulau Panjang dan teluk Awur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dan penentuan lokasi menggunakan metode purposif sampling. Penelitian ini terbagi atas 5 stasiun dengan 3 sub-stasiun di setiap stasiun. Pengambilan sampel zooplankton dengan cara aktif dengan menarik planktonet secara horizontal. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2017. Hasil penelitian diperoleh 31 genera zooplankton dari 8 fila di perairan Pulau Panjang dan 20 genera zooplankton dari 3 fila di perairan Teluk Awur. Kelimpahan rata-rata zooplankton berkisar antara 378 Ind/L – 892 Ind/L di perairan Pulau Panjang dan 341 Ind/L – 446 Ind/L di perairan Teluk Awur. Indeks Keanekaragaman zooplankton menunjukkan nilai  2,36 – 2,68 di perairan Pulau Panjang dan 2,29 – 2,62 di perairan Teluk Awur yang termasuk dalam kategori sedang. Indeks keseragaman zooplankton menunjukkan nilai 0,75 – 0,88 di perairan Pulau Panjang dan 0,89 – 0,94 di perairan Teluk Awur yang termasuk dalam kategori Tinggi. Indeks dominansi di kedua lokasi menunjukkan tidak ada genus tertentu yang mendominasi dengan nilai 0,12 – 0,25 di perairan Pulau panjang dan 0,07 – 0,11 di perairan Teluk Awur.  Panjang Island and Teluk Awur waters are a marine tourism places and both the waters are also utilized as a source of community livelihood. Zooplankton role is as the first-level consumer that connects phytoplankton with the high-level organisms. The purpose of this research was to know the compotition, abundance, diversity index, evennes index and dominance index of zooplankton in the waters of Panjang Island and Teluk Awur of Jepara Regency. This research used deskriptive eksplorative method and determination location used purposive sampling method. This study was divided into 5 stations and with 3 sub-stations at each station. Zooplankton sampling was horizontally active by pulling the plankton-net. Sampling was done in january 2017. The results found 31 zooplankton genera of 8 phyla in Panjang Island waters and 20 zooplankton genera of 3 phyla in Teluk Awur waters. The average abundance ranged from 378-892 ind/L in Panjang Island waters and 341-446 ind/L in Teluk Awur waters. The zooplankton Diversity Index indicated the values of 2.36 - 2.68 in Panjang Island waters and 2.29-2.62 in Teluk Awur waters  which were in the medium category. The zooplankton evenness index indicated a value of 0.75-0.88 in Panjang Island waters and 0.89-0.94 in Teluk Awur waters belonging to the High category. The dominance index at both sites indicated that no particular genus dominating with the values of 0.12 - 0.25 in Panjang Island waters and 0.07-0.11 in Teluk Awur waters.
Co-Authors AB Susanto Abdino Putra Utama Adi Santoso Agus Indarjo Agus Sabdono Agus Subagio Aini, Firly Nur Altysia Putriany Ambariyanto Ambariyanto Anandita, Assifa Yusan Anantya Setya Perdana Andreas Nur Hidayat Anindya Wirasatriya Annisa Fadillah Antik Erlina Antonius Budi Susanto Ardita Elok Mahendra Putri Ardyatma, Via Jeanieta Berliana Argina Dewi S Aris Ismanto Arrosyd, Muhammad Azam Azhari Nourma Dewi Azis Rifai Azizi, Muhammad Faris Baidhowie, Lutfil Hakim Baskoro Rochaddi Bifa Aulia Manuhuwa Budhy Wiyarsih Cannavaro, Syahrial Varrel Cantik Sitta Devayani Cantika Elistyowati Andanar Chandra Nicolas Sihaloho Chrismanola, Verena Chrisna Adhi Suryono Christian Jimmy Christin Manulang Cristiana Manullang Cristiana Manullang Delianis Pringgenies Desy Lasri Ana Dewi Nugrayani Dinda Monita Dwi Saniscara Wati Dyahruri Sanjayasari Dzakwan, Ardhatama Zafron Endang Kusdiyantini Endang Supriyantini Evi Lutfiyani Fadhel Muhammad Juharna Fauzan, Rianda Febrianto, Sigit Febriyantoro Febriyantoro Firil, Nis Aura Sadida Frijona Fabiola Lokollo Gentur Handoyo Gunawan Widi Santosa Handhikka Daffa Wira Pradhana Hermin P Kusumaningrum Hermin Pancasakti Kusumaningrum Heryoso Setiyono Hilal M Hilyati Fajrina Ibnu Pratikto Ida Noventalia Ida Noventalia Imam Misbach Indras Marhaendrajaya Ira Kolaya, Ira Irwani Irwani Irwanto, Eko Ita Riniatsih Ita Widowati Ivan Riza Maulana Jihadi, Muhammad Shulhan Julia Fransiska Ken Suwartimah Kiki Pebli Ningrum Kirana, Nadia Astrid Lilik Maslukah Lutfil Hakim Baidhowie M. Amanun Tharieq Maharani, Galung Dhiva Manuhuwa, Bifa Aulia Maulana Cahya Widhiatmoko Monita, Dinda Muhamad Ravian Wiraputra Muhammad Iskandar Zulkarnain Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Mumtaz, Fathiyah Ningrum, Kiki Pebli Nirwani Soenardjo Nor, Muhammad Muallifin Nugrayani, Dewi Nugroho Agus D Nur Taufiq Nur Taufiq Nur Taufiq SPJ Nur Taufiq-Spj Nurul Latifah Octo Zainul Ahmad Perdana, Anantya Setya Pradhana, Handhikka Daffa Wira Primaswatantri Permata Putri Sakinah Mayani, Putri Sakinah Putri, Ardita Elok Mahendra Raden Ario Raka Pramulo Sophianto Rana Hadi Shafani Ranny Ramadhani Yuneni Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Rodhiyah Patmawati Rose Dewi Rose Dewi Rose Dewi Rudhi Pribadi Sihaloho, Chandra Nicolas Sophianto, Raka Pramulo Sri Amini Sri Redjeki Sri Redjeki Sri Sedjati Sri Sedjati Sugeng Widada Sugiyanto, Nenden Rose Sunaryo Sunaryo Sunaryo Sunaryo Suryani, Oda Gracia Ariela Suryanti - Suryono Suryono Susilo Dwi Cahyanti, Susilo Dwi Sutrisno Anggoro Taufiq-Spj, Nur Theresia Claudia Lasmarito Tiara Finishia, Tiara Titik Mariyati Tjahjo Winanto Tony Hadibarata, Tony Utama, Abdino Putra Valentina R Iriani Via Jeanieta Berliana Ardyatma W.L. Saputra Widhiatmoko, Maulana Cahya Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widya Paramudhita Wilis Ari Setyati Wiraputra, Muhamad Ravian Yopie Anggara Putra, Yopie Anggara Yuniar Andri Sulistiyanto Yuniar Andri Sulistiyanto Yuvita Muliastuti