Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Prosiding Seminar Nasional Humaniora

Menyelisik Sejarah Sastra Pariwisata di Barat dan Indonesia Pulungan, Alpi Anwar; Wulandari, Sovia; Firismanda, M. A. Haris
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 4 (2025): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study examines the history and development of literary tourism in the Western and Indonesia. In the West, literary tourism originated from traditions such as visiting authors’ residences, publishing literary biographies, and creating literary maps, which later evolved into modern forms such as fictional character museums and film adaptation sites. In Indonesia, literary tourism is rooted in oral traditions that have developed into literary festivals, writers’ houses, and literary museums. The main difference between the two lies in their orientation and cultural foundations: Western literary tourism is centered on written literacy traditions and the individuality of authors, whereas Indonesian literary tourism emphasizes collective cultural values. This research employs a qualitative approach using library research methods to explore and analyze written sources related to literary tourism. The findings indicate that literary tourism in both regions continues to develop as an integral part of modern cultural tourism. Abstrak Penelitian ini membahas sejarah dan perkembangan wisata sastra di Barat dan Indonesia. Di Barat, wisata sastra berawal dari tradisi kunjungan ke rumah sastrawan, penerbitan biografi, dan peta sastra, yang kemudian berkembang menjadi bentuk modern seperti museum karakter fiksi dan lokasi film adaptasi karya sastra. Sementara itu, di Indonesia, wisata sastra berakar pada tradisi lisan yang berkembang menjadi festival sastra, rumah sastrawan, dan museum sastra. Perbedaan utama keduanya terletak pada orientasi dan basis kultural: Barat berpusat pada tradisi literasi tertulis dan individualitas pengarang, sedangkan Indonesia menonjolkan nilai budaya kolektif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kepustakaan untuk menelusuri dan menganalisis sumber tertulis terkait sastra pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisata sastra di kedua wilayah terus berkembang sebagai bagian dari pariwisata budaya modern.
Penguatan Kecerdasan Emosional melalui Cerita Anak Dwibahasa Berbasis Budaya Jambi (Indonesia-Melayu Jambi) sebagai Bahan Ajar Multiliterasi untuk Pembaca Pemula Wilyanti, Liza Septa; Wulandari, Sovia; Izar, Julisah; Helty, Helty
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 4 (2025): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kecerdasan emosional yang terdapat dalam cerita anak dwibahasa berbasis budaya Jambi (Indonesia-Melayu Jambi). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis dan memahami objek penelitian secara mendalam dengan mengutamakan ketajaman analisis terhadap data secara alamiah. Objek penelitian ini adalah cerita anak dwibahasa yang diterbitkan oleh kantor Bahasa Provinsi Jambi. Analisis karakteristik cerita dari perspektif kecerdasan emosional menganalisis adanya lima tingkatan kecerdasan emosional dalam cerita yang meliputi mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan menjaga hubungan dengan orang lain. Hasil analisis menunjukkan bahwa cerita anak dwibahasa berbasis budaya jambi (Indonesia-Melayu Jambi) berjudul Batu Tuo Si Fosil Kayu Arau Si Fosil Kayu memenuhi kelima tingkatan kecerdasan emosional dan dapat dijadikan bahan ajar multiliterasi untuk pembaca pemula. Cerita anak dwibahasa berbasis budaya jambi (Indonesia-Melayu Jambi) berjudul Batu Tuo Si Fosil Kayu Arau Si Fosil Kayu memuat beberapa jenis literasi dasar yang membuatnya dapat dikategorikan sebagai bahan ajar multiliterasi. Secara lebih rinci, jenis-jenis literasi yang terdapat dalam cerita yaitu literasi bahasa dan sastra, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, dan literasi budaya dan kewarganegaraan. Hanya literasi finansial yang tidak termuat dalam cerita anak dwibahasa berbasis budaya jambi (Indonesia-Melayu Jambi) berjudul Batu Tuo Si Fosil Kayu Arau Si Fosil Kayu ini. Abstract This study aims to identify emotional intelligence contained in Jambi culture-based bilingual children's stories (Indonesian-Malay Jambi). This research is a descriptive qualitative study that aims to analyze and understand the object of research in depth by prioritizing the sharpness of analysis of natural data. The object of this research is bilingual children's stories published by the Jambi Provincial Language Office. Analysis of the characteristics of the story from the perspective of emotional intelligence analyzes the existence of five levels of emotional intelligence in the story which include recognizing one's own emotions, managing one's emotions, motivating oneself, recognizing the emotions of others (empathy), and maintaining relationships with others. The results of the analysis show that the jambi culture-based bilingual children's story (Indonesian-Malay Jambi) entitled Batu Tuo Si Fossil Kayu Arau Si Fossil Kayu fulfills the five levels of emotional intelligence and can be used as multiliteracy teaching materials for beginning readers. The bilingual children's story based on Jambi culture (Indonesian-Malay Jambi) entitled Batu Tuo Si Fosil Kayu Arau Si Fosil Kayu contains several basic types of literacy that make it categorized as multiliteracy teaching materials. In more detail, the types of literacy contained in the story are language and literary literacy, numeracy literacy, science literacy, digital literacy, and cultural and civic literacy. Only financial literacy is not included in this bilingual children's story based on Jambi culture (Indonesian-Malay Jambi) entitled Batu Tuo Si Fossil Kayu Arau Si Fossil Kayu.
Tindak Tutur Ilokusi Anak Usia 5 Tahun Berdasarkan Perbedaan Gender: Perspektif John Searle Anasti, Huriyah Padhilah; Wulandari, Sovia
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 4 (2025): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to describe the types of illocated speech acts and their differences based on gender in children aged 5 years. The method used is descriptive qualitative with data sources of illocutionary speech acts produced by children aged 5 years based on gender differences. The data collection techniques used were listening and speaking proficiently, listening proficiently and the listening technique without speaking proficiency. The results of this study were found 16 data which became the basis of the study in distinguishing between illocutionary speech acts of children aged 5 years based on gender differences. In girls, there was no commissive speech act, while boys found complete illocutionary speech act. The difference is seen in girls who are more polite and detailed than boys. The resulting speech acts are also in accordance with the social activities they do. Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi dan perbedaannya berdasar gender pada anak usia 5 tahun. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan sumber data tindak tutur ilokusi yang dihasilkan oleh anak usia 5 tahun berdasarkan perbedaan gender. Teknik pengumpulan data digunakan simak dan cakap, simak libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap. Adapun hasil dari penelitian ini adalah ditemukan 16 data yang menjadi dasar kajian dalam membedakan antara tindak tutur ilokusi anak usia 5 tahun berdasarkan perbedaan gender. Pada anak perempuan tidak ditemukan tindak tutur komisif, sedangkan pada anak laki-laki ditemukan tindak tutur ilokusi yang lengkap. Perbedaan terlihat pada anak perempuan lebih sopan dan rinci dibandingkan laki-laki. Tindak tutur yang dihasilkan juga sesuai dengan aktifitas sosial yang mereka lakukan.