Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search
Journal : Jurnal Kedokteran

Korelasi antara Jumlah Limfosit Total dan Limfosit Cd4+ pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Provinsi NTB I Made Wikrama Resindra; Ilsa Hunaifi; I Gede Yasa Asmara
Jurnal Kedokteran Vol 8 No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v8i2.339

Abstract

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan suatu jenis retrovirus yang berasal dari famili lentivirus. Virus ini memiliki kemampuan khusus yaitu merubah komponen RNA (Ribonucleic Acid) menjadi DNA (Deoxyribonucleic Acid). Virus HIV merupakan jenis virus yang menyerang sel limfosit CD (Cluster Differentiation) 4+ . Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang masih memiliki keterbatasan dalam melakukan pemeriksaan CD4+. Hitung jumlah limfosit total dapat dijadikan alternatif menggantikan pemeriksaan CD4+ dalam menentukan waktu terapi HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) atau melakukan monitoring. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara jumlah limfosit total dan limfosit CD4+ pada pasien HIV/AIDS di RSUD Provinsi NTB. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode pengambilan data secara cross-sectional. Sampel penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih berdasarkan teknik consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan data rekam medis pasien HIV/AIDS pada klinik VCT (Voluntary Conseling and Testing). Analisis statistik yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan bivariat dengan uji korelasi pearson. Sebanyak 52 sampel yang masuk kedalam kriteria inklusi didapatkan nilai korelasi positif lemah antara jumlah limfosit total dan CD4+ pada sampel pre-HAART (r = 0.396) dengan nilai sig 0.004 sedangkan pada sampel post-HAART didapatkan korelasi positif kuat (r = 0.665) dengan nilai sig 0.000. Terdapat korelasi yang signifikan antara TLC dan CD4+ pre-HAART dan post-HAART
Hubungan Diet Iritatif dan Ketidakteraturan Makan dengan Sindrom Dispepsia pada Remaja Santri Madrasah Aliyah Al-Aziziyah Putri Kapek Gunungsari Lombok Barat Nusa Tenggara Barat Ummul Khair Binti Amir; I gde Yasa Asmara; Rifana Cholidah
Jurnal Kedokteran Vol 8 No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v8i2.341

Abstract

Dispepsia merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek klinis sehari-hari. Selain pada orang dewasa, dispepsia juga umum ditemui pada anak-anak dan remaja. Meskipun dispepsia jarang menimbulkan kematian, sebagian besar pasien mengalami nyeri perut signifikan yang mengganggu aktivitas mereka sehari-hari. Banyak pasien melaporkan gejala yang mereka alami terkait dengan konsumsi makanan. Selain itu, perilaku makan juga dikaitkan dengan dispepsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara diet iritatif dan ketidakteraturan makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja santri Madrasah Aliyah Al-Aziziyah Putri.Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dirancang secara analitik menggunakan metode cross sectional. Responden penelitian adalah 202 orang remaja perempuan berusia 10-19 tahun yang bersekolah di Madrasah Aliyah Al-Aziziyah Putri dan tinggal di asrama Pondok Pesantren Al-Aziziyah. Responden diambil menggunakan teknik proportionate stratified sampling. Data diperoleh melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. Responden yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman iritatif sebanyak 47%. Responden yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan secara tidak teratur sebanyak 46%. Angka kejadian sindrom dispepsia yang didapatkan sebanyak 60%. Berdasarkan hasil uji chi square, tidak terdapat hubungan antara diet iritatif dengan kejadian sindrom dispepsia (p=0,239) dan tidak terdapat hubungan antara ketidakteraturan makan dengan kejadian sindrom dispepsia (p=0,216).Angka kejadian sindrom dispepsia yang didapatkan sebanyak 60%. Tidak terdapat hubungan antara diet iritatif dan ketidakteraturan makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja santri Madrasah Aliyah Al-Aziziyah Putri
Efektivitas Edukasi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) terhadap Upaya Pencegahan Diare di Kota Mataram Kumarayanti, Ni Komang Dessy; Asmara, I Gede Yasa; Artastra, I Ketut
Jurnal Kedokteran Vol 9 No 2 (2020): Jurnal Kedokteran Vol 9 No 2 2020 (Edisi Juni 2020)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v9i2.392

Abstract

Research Background: Diarrhea is an abnormal bowel movement with a liquid consistency and more frequent passage than normal. Diarrhea in Indonesia is still an endemic disease and potential to be an outbreak events which causing death. Diarrhea can be prevented by community-led total sanitation (CLTS) that consist of 5 programs, one of them is hand washing with soap. The purpose of this study was to determine the effectiveness of hand washing with soap education on the changes in knowledge and attitude of respondents to prevent diarrhea. Method:The design of the study was One Group Pre test – Post test with purposive sampling.The subject of this study were 114 mothers who have children under five year of age at posyandu around Cakranegara Primary Health Care. Result:The result of the study found increasing in percentage of respondent who had high knowledge about 47,37% from 59 respondents (51,75%) before intervention to 113 respondents (99,12%). It was also found an increase in percentage of respondent who have good attitude about 7,9% from 102 respondents (89,47%) before intervention to 111 respondents (97,37%). Conclusion:Hand washing with soap education was effective to improve knowledge and attitude of respondent in order to prevent diarrhea with p < 0,001.
HUBUNGAN ADEKUASI HEMODIALISIS DENGAN STATUS GIZI PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS REGULER Ajeng Sulistianing Utami; I Gede Yasa Asmara; Deasy Irawati
Unram Medical Journal Vol 10 No 3 (2021): Jurnal Kedokteran volume 10 nomor 3 2021
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v10i3.472

Abstract

Background: The quality of hemodialysis (HD) is one of the predictor factors of mortality and morbidity in patients with CKD 5. Increasing the adequacy of hemodialysis that can be evaluated from dosage’s sufficiency and effectivity, also can reduce the risk of having complications and side effects to certain organs. One of the complications that can be appeared is malnutrition. The aim of this research is to study the correlation between hemodialysis adequacy with CKD stage 5 patient’s nutritional status. Method: This research was held on August until September 2020 in Hemodialysis Unit of RSUD Kota Mataram. The research was a cross-sectional approach. There were 51 sample that are fit the inclusion and exclusion criterias. The data collection was done by recording the patients medical records. HD adequacy was assessed by patient's Kt/V and nutritional status was assessed by BMI parameter and patient's serum albumin level. The correlation test that was used in this research is Spearman correlation test to determine the correlation between variables. Result: In this research, sample’s mean age was 55,1 years old with 51% male and 49% female. The analysis correlation that was determined by using Spearman correlation test showed that, the correlation between HD adequacy and patient’s BMI was p=0.967 and r=0.006 and the correlation between HD adequacy and patient’s serum albumin level was p=0.662 and r=0.063. Conclusion: There was no significant correlation between HD adequacy and patient’s nutritional status. Key Words: Chronic Kidney Disease, Hemodialysis Adequacy, Nutritional Status, Body Mass Index, Serum Albumin Level
Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan Status Gizi Pada Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir yang Menjalani Hemdialisis di RSUD Provinsi NTB Komang Adi Praja Semara Putra; I Gede Yasa Asmara; Rifana Cholidah
Unram Medical Journal Vol 10 No 4 (2021): Jurnal Kedokteran Volume 10 nomor 4 (Desember) 2021
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v10i4.633

Abstract

Background: Chronic kidney disease is characterized by a decrease in kidney function for at least three months or more, a decrease in kidney function seen from a decrease in GFR < 60 ml/minute/1.73m2. The end stage of chronic kidney disease is known as end stage renal disease. Patients with end-stage renal disease require therapy to replace kidney function, one of the therapies that can be used is hemodialysis. Malnutrition is a condition that is often found in end-stage renal disease patients undergoing hemodialysis. Methods: This research is an observational analytic with a cross-sectional approach. Data were obtained from direct measurements and medical records of end stage kidney disease patients undergoing hemodialysis at the NTB Provincial Hospital with consecutive sampling technique. The analysis was carried out using the SPSS application. Results: In this study, there were 116 data that met the inclusion and exclusion criteria. Based on BMI, 13 of 116 samples were malnourished, 58 of 116 had normal BMI and 45 of 116 were overweight. Based on serum albumin, 33 of 116 had hypoalbuminemia and 83 of 116 had normal serum albumin. Conclusion: There was no relationship between duration of hemodialysis and body mass index of end-stage renal disease patients undergoing hemodialysis (p=1,000). There was a relationship between duration of hemodialysis and serum albumin in end-stage renal disease patients undergoing hemodialysis (p<0.00
Hubungan antara Diabetes Melitus dengan Penyakit Arteri Perifer (PAP) Melalui Pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI) pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit di Mataram Hairu Nurul Mutmainah; Yusra Pintaningrum; I Gede Yasa Asmara
Unram Medical Journal Vol 6 No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v6i3.133

Abstract

Latar Belakang: Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit kardiovaskuler dan degeneratif saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara lokal, nasional, regional, dan global, salah satunya adalah diabetes melitus. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun menderita diabetes. Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi. Salah satu komplikasi dari diabetes melitus adalah komplikasi makrovaskuler yang mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis yang akan menjadi prediktor utama terjadinya penyakit arteri perifer (PAP). Skrining awal PAP sangatlah penting. Keparahan PAP dapat dinilai dengan nilai Ankle Brachial Index (ABI). ABI merupakan prosedur pemeriksaan non invasive dan sederhana untuk mendeteksi kemungkinan adanya PAP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara diabetes melitus dengan nilai ankle brachial index (ABI). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan metode crosssectional. Pengambilan sampel dilakukan di RSUD Provinsi NTB, Rumah Sakit Risa Sentra Medika Mataram dan Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram. Terdapat 105 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, kemudian dilakukan pengukuran ABI. Kadar gula darah didapatkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil: Dari 105 sampel terdapat 38 (36,2%) mengalami diabetes melitus, 26 (24,8%) ABI tidak normal. Uji Chi Square diabetes melitus dengan ABI (p = 0,781). Uji Rasio Prevalensi diabetes melitus dengan ABI (RP = 1,102). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara diabetes melitus dengan penyakit arteri perifer melalui pemeriksaan ankle brachial index. Seseorang dengan diabetes melitus memiliki risiko 1,102 kali untuk memiliki nilai ABI yang tidak normal.
Faktor-Faktor Prognostik Terjadinya Stroke Associated Infection (SAI) Pada Penderita Stroke Iskemik Akut Ilsa Hunaifi; Rina Lestari; I Gede Yasa Asmara; Yusra Pintaningrum
Unram Medical Journal Vol 5 No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v5i2.186

Abstract

Latar Belakang: Selama perawatan penderita stroke, sering terjadi infeksi sehingga meningkatkan morbiditas penderita stroke iskemik akut (Stroke Associated Infection, SAI). Identifikasi awal terjadinya SAI sangatlah penting. Banyaknya faktor prognostik terjadinya SAI dan belum adanya model yang dapat memprediksi terjadinya SAI sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor prognosis terjadinya SAI pada penderita stroke iskemik akut. Metode: Penelitian dilakukan dengan rancangan kohort retrospektif pada penderita stroke iskemik akut di RSU Kota Mataram. Dilakukan pengumpulan data sekunder meliputi usia, jenis kelamin, derajat keparahan klinis, diabetes mellitus, gambaran foto toraks, ada tidaknya disfagia, fibrilasi atrial, gagal jantung kongestif, jumlah lekosit dan lokasi infark. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji statistik regresi logistik. Hasil: Didapatkan 125 subyek penelitian. Rerata usia 60,37 tahun, 81 orang (64,8%) laki-laki dan 44 orang (35,2 %) perempuan, 80 (64%) dengan derajat keparahan sedang, 48 (38,4%) penderita DM, Rerata jumlah lekosit 11.015,36, 60 (48%) terdapat disfagia, lokasi infark terbanyak di korona radiata (22,4%), 64,8% dengan gambaran foto toraks normal, 6 (4,8%) menderita fibrilasi atrial dan 35 (28%) menderita gagal jantung kongestif. Didapatkan hubungan usia, disfagia, lokasi stroke, kelainan foto toraks dengan terjadinya SAI. Analisis multivariat menunjukkan faktor prognostik terjadinya SAI adalah abnormalitas foto toraks, jenis kelamin, disfagia, dan gagal jantung kongestif. Didapatkan rumus untuk mempredikasi terjadinya SAI dan probabilitas SAI sebesar 16,6% Kesimpulan: Usia, derajat keparahan klinis, disfagia, lokasi stroke, abnormalitas foto toraks dan gagal jantung kongestif berhubungan dengan terjadinya SAI. Faktor prognostik terjadinya SAI adalah jenis kelamin, ada disfagia, abnormalitas foto toraks dan gagal jantung kongestif.