Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

KARAKTERISTIK CREAM CRACKERS BERSERAT TINGGI YANG DIBUAT DENGAN PERBANDINGAN JUMLAH TERIGU DAN BEKATUL Marleen Herudiyanto; Efri Mardawati; Herlina Marta
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cream crackers adalah sejenis biskuit yang dibuat dari adonan keras (stiff dough), melalui proses fermentasi oleh khamir Saccharomyces cerevisiae, berbentuk pipih dengan rasa asin, renyah dan tekstur dalam berlapis. Bekatul adalah hasil ikutan penggilingan gabah yang produksinya melimpah dan mengandung serat makanan cukup tinggi (13%) serta zat gizi lainnya. Kandungan protein konsentrat bekatul cocok sebagai campuran untuk jenis makanan padat.Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan perbandingan jumlah terigu dan bekatul yang tepat sehingga dihasilkan cream crackers berserat tinggi  dengan karakteristik yang baik dan akan disukai panelis.Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan perbandingan terigu dan bekatul telah digunakan yaitu: 100:0, 95:5, 90:10, 85:15 dan  80:20 (b/b).Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan jumlah terigu dan bekatul sebesar 95:5 menghasilkan cream crackers berserta tinggi dengan karakteristik yang baik menurut SNI no 01-2973 ( kadar protein 12,16%, Kadar abu 1,45%, kadar lemak 19,38%, nilai kerenyahan 0,52mm/10 detik/100g) kecuali kadar air 5,13% (diatas standar), secara organoleptik dapat diterima, serta memiliki kadar serat 2.18%, lebih tinggi dibandingkan cream crackers tanpa penambahan bekatul. Kata kunci: Bekatul, Crem crackers, Serat makanan.
PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR (IPOMOEA BATATAS L.) TERHADAP KUALITAS BIHUN Herlina Marta; Saripah Hudaya; Tensiska -
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 1, No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia, ubi jalar jarang diolah menjadi makanan awetan.  Biasanya ubi jalar sekedar diolah menjadi ubi jalar kukus, rebus atau goreng.  Padahal, ubi jalar sangat mudah rusak. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga September 2005. Pada penelitian ini, ubi jalar dicoba diperpanjang umur simpannya dengan cara diolah menjadi tepung ubi jalar, kemudian mensubstitusikannya dalam adonan bihun beras.  Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh substitusi tepung ubi jalar terhadap kualitas bihun beras yang dihasilkan.  Tepung ubi yang subtitusikan adalah  sebanyak 5%, 15%, 25%, atau 35%.  Pada rentang perlakuan yang dicoba, substitusi yang terbaik adalah 15%.  Bihun yang dihasilkan memiliki karakteristik : kadar air 9,56%; kadar abu 0,72%; dan kadar protein 7,84% (masih memenuhi Standar Nasional Indonesia), sifat organoleptik: warna 3,22 (biasa) (rentang skor  1-5; paling tidak disukai 1, paling disukai 5);  aroma 3,11 (biasa);  tekstur  3,67 (biasa), rasa: 3,39 (biasa);  dan sifat fisik: daya rehidrasi  265,75% dan daya tahan terhadap air  panas  99,31% bihun utuh (setelah direndam air mendidih selama 10 menit).  Semakin banyak ubi jalar yang disubstitusikan dalam adonan bihun, tingkat rehidrasinya semakin besar, dan daya tahannya terhadap air panas semakin berkurang. Kata kunci: Kualitas, tepung ubi jalar, bihun beras
KINETIKA FRENCH FRIES UMBI GARUT SELAMA PENGGORENGAN Asri Widyasanti; Herlina Marta; Efri Mardawati
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

French fries adalah produk olahan makanan siap saji berbentuk batang yang diolah melalui tahapan pemanasan dan pembekuan serta siap diproses lebih lanjut. Tujuan penelitian adalah mempelajari perubahan kekerasan, dan kematangan serta membuat pemodelan kinetika perubahan karakteristik french fries umbi garut selama penggorengan.Sampel digoreng dengan perlakuan suhu pengorengan (155±2oC, 170±2oC, 180±2oC).Hasil penelitian menunjukkan penggorengan dengan suhu minyak 180±2oC selama 2 menit menghasilkan karakteristik french fries umbi garut yang terbaik, yaitu tingkat kekerasan 52,875 mm/gram/detik, warna coklat keemasan, crust renyah, core lunak, tidak terjadi pemisahan core dan crust. Konstanta laju perubahan sifat mekanis mengikuti hubungan eksponensial kp = A e. Kenaikan Kp pelunakan sejalan dengan kenaikan suhu minyak penggorengan dan  kp pengerasan berbanding terbalik dengan kenaikan suhu minyak. Besar energi aktivasi fase pelunakan 40605,576 J dan faktor frekuensi 2,60 x 10-8, sedangkan fase pengerasan  23753,098 J dan faktor frekuensi  4,19 x 10-6. Pemodelan nilai kekerasan menunjukkan kesesuaian antara data kekerasan observasi dengan prediksi. Pemodelan nilai kekerasan dapat digunakan untuk perancangan dan pengendalian proses. Kata kunci: Umbi garut, French fries, Penggorengan, Kinetika
PENGARUH PENGGUNAAN JENIS GULA DAN KONSENTRASI SARIBUAH TERHADAP KESUKAAN KARAKTERISTIK SIRUP JERUK KEPROK GARUT (CITRUS NOBILIS LOUR) Herlina Marta; Asri Widyasanti; Tati Sukarti
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian untuk menentukan jenis gula dan konsentrasi saribuah yang tepat sehingga dihasilkan sirup Jeruk Keprok Garut yang mempunyai karakteristik baik dan disukai panelis telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan FTIP, UNPADBandungdari April sampai Oktober 2007. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan terdiri dari 8 perlakuan, yang diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan yang dicobakan adalah kombinasi penggunaan jenis gula (sukrosa, fruktosa) dan konsentrasi saribuah (30% v/v, 35% v/v, 40% v/v dan 45% v/v) terhadap karakteristik sirup Jeruk Keprok Garut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis gula sukrosa dengan konsentrasi saribuah 40% menghasilkan sirup Jeruk Keprok Garut yang lebih disukai dibandingkan dengan perlakuan lain dengan nilai kesukaan (skor  1 =  tidak suka; 2 = agak tidak suka; 3 = biasa; 4 = agak suka; dan 5 = suka); warna (4,42 = agak suka); aroma (3,42 = biasa); kekentalan (4,59 = suka); warna hasil pengenceran (4,33 = agak suka); aroma hasil pengenceran (3,33 = biasa); dan rasa hasil pengenceran (4,17 = agak suka); dengan kadar gula total 69,7%; kadar vitamin C 1,76 mg/100 g; dan nilai pH 3,15. Kata kunci: Jeruk keprok garut, Sirup, Karakteristik
KAJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L ) DALAM RANGKA PEMANFAATAN LIMBAH KULIT MANGGIS DI KECAMATAN PUSPAHIANG KABUPATEN TASIKMALAYA Efri Mardawati; Fitry Filianty; Herlina Marta
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 2, No 3 (2008)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kulit manggis merupakan cangkang yang dibuang oleh konsumen atau dapat disebut sebagai limbah hasil pertanian. Kulit buah Manggis diketahui mengandung senyawa xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, dan antimikrobial yang tidak ditemui pada buah-buahan lainnya Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kandungan dan aktivitas antioksidan yang terdapat dalam kulit buah manggis yang ada di Kabupeten Tasikmalaya yang merupakan salah satu sentra produksi manggis di Indonesia, sehingga dapat menambah sumber antioksidan alami yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan manusia.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh ekstrak kasar kulit mangggis yang mengandung antioksidan dengan rendemen ekstraksi serta aktivitas antioksidan yang tertinggi dari tiga pelarut yang digunakan yaitu pelarut methanol, etanol dan etil asetat. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode dpph Metode penelitian yang digunakan adalah deskritif atau explanatory research. Percobaan terdiri dari 3 perlakuan pelarut yang diulang sebanyak tiga kali.Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak kulit manggis memiliki antioksidan sangat kuat  hal ini dibuktikan pada semua fraksi pelarut baik fraksi methanol, etanol dan etil asetat yang memiliki EC50 kurang dari 50. dan aktivitasnya lebih besar jika dibandingkan dengan antioksidan yang menjadi balangko. Fraksi Metanol mempunyai nilai EC50 yang lebih kecil  yatiu 8,00 mg/L, berarti mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih besar dibanding dengan fraksi etanol dengan nilai EC50 sebesar 9,26 mg/L dan etit asetat yang memberikan nilai EC50 sebesar 29,48 mg/L. Berdasarkan hasil penghitungan nilai rendemen ekstrak kasar antioksidan yang dihasilkan terlihat bahwa pada fraksi methanol memiliki nilai rendemen yang terbesar yaitu 22,27% kemudian diikuti oleh fraksi etanol (18,99%) dan etil asetat (11,54) Kata kunci : Kulit Manggis, Anti oksidan, Xanthone, Metode DPPH
PROGRAM DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SUKUN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN USAHA DI KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG Herlina Marta
Dharmakarya Vol 6, No 4 (2017): Desember
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1268.399 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v6i4.14830

Abstract

ABSTRAKPengkajian potensi berbagai komoditi pertanian lokal dapat dilakukan sebagai upaya diversifikasi pangan. Salah satu komoditi pertanian yang memiliki prospek untuk dikembangkan adalah buah sukun yang dapat dijadikan tepung dan diolah menjadi berbagai produk pangan. Pelatihan pemanfaatan buah sukun menjadi tepung dan berbagai produk pangan dilakukan melalui ceramah, diskusi dan latihan pembuatan tepung sukun, pengenalan berbagai formulasi produk pangan (brownies dan cookies) yang berbahan baku tepung sukun. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelatihan yang dilaksanakan mampu di pahami peserta, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat di Kecamatan Rancakalong tentang pemanfaatan sukun menjadi tepung dan produk-produk pangan dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Kata Kunci: Buah Sukun, Produk Pangan, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang  ABSTRACTAssessment of the potential for a variety of local agricultural commodities, can still be used as a food product that required in order to do food verification.  One of the agricultural commodity that have the prospect to be developed is the beadfruit that can be used as flour and processed into various food products.Training utilization of breadfruit into flour and various food products carried out through lectures and exercises to produce breadfruit flour, the introduction of various formulations of food products (brownies and cookies) made from breadfruit flour. In this activity also taught at the community on the managerial development of small and value-added of breadfruit into flour and utilization of various food products.Evaluation results show that the training could be done to understand society, so it can drive the rate of public knowledge in particular on the use of breadfruit into flour and food products and ultimately are expected to increase incomes. Kata Kunci: breadfruit, food product, Rancakalong Subdistric, Sumedang District 
SOSIALISASI PEMANFAATAN KACANG TANAH DALAM PEMBUATAN MENTEGA KACANG DI DESA CISITU DAN PENANGANAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DI DESA SITUMEKAR KECAMATAN CISITU KABUPATEN SUMEDANG Herlina Marta
Dharmakarya Vol 4, No 2 (2015): Dharmakarya
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.765 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v4i2.10034

Abstract

Program Pengabdian Masyarakat Dosen (PPMD) ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan di kedua desasasaran yaitu Desa Cisitu dan Desa Situmekar dengan cara (1) meningkatkan pengetahuan masyarakat desaCisitu mengenai manfaat dan kandungan gizi kacang tanah serta meningkatkan keterampilan melaluipelatihan cara pengolahan kacang tanah menjadi mentega kacang, dan (2) meningkatkan kesadaranmasyarakat Situmekar akan bahaya pencemaran lingkungan dan mensosialisasikan cara pengolahanlimbah cair industri tahu menjadi pupuk organik cair dengan memanfaatkan hama bekicot sebagai unsurnitrogen. Kegiatan PPMD dilaksanakan di Desa Cisitu dan Desa Situmekar, Kecamatan Cisitu, KabupatenSumedang. Kegiatan PPMD ini dilakukan dengan cara: penyuluhan, demonstrasi dan praktek/pelatihan.Pelatihan ini dikatakan berhasil karena telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkanminimal 80% peserta memiliki nilai cukup dalam tes pengetahuan serta ketrampilan dalam pembuatanproduk serta menyatakan bahwa pelatihan ini sangat berguna. Hasil penilaian kehadiran menunjukkanhasil 100% peserta datang untuk mengikuti pelatihan sampai selesai. Evaluasi terhadap pengetahuan danketerampilan pada saat praktek memperlihatkan bahwa minimal 70% peserta telah memiliki kemampuan baikdalam persiapan, proses pengolahan dan hasil/produk. Sementara dari sikap atau respon terhadap kegiatanpelatihan ini 90% menyatakan sangat bermanfaat dan 10% menyatakan bermanfaat.
PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MENGGUNAKAN HANJELI SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BERAS SEBAGAI PANGAN POKOK DAN PRODUK OLAHAN IMAS SITI SETIASIH; MEILANNY BUDIARTI SANTOSO; IN-IN HANIDAH; HERLINA MARTA
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2017): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v4i2.14230

Abstract

Sering kali kita dengar ungkapan: “Kalo belum makan nasi, yaa belum makan”, sebagai ungkapan yang seringkali disampaikan oleh masyarakat di pulau Jawa. Ungkapan tersebut menggambarkan begitu lekatnya kebutuhan warga masyarakat di pulau Jawa terhadap ketersediaan beras sebagai bahan makanan pokok. Peningkatan pengetahuan dasar masyarakat mengenai bahan pangan pokok selain beras merupakan pengantar untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras dan dapat mengaplikasikannya menjadi berbagai produk olahan non-terigu dengan memanfaatkan tepung lokal. Tanaman hanjeli memiliki kekhasan tersendiri, yaitu sebagai tanaman yang membutuhkan lebih sedikit air apabila dibandingkan dengan tanaman padi sawah. Hal ini menunjukkan bahwa hanjeli memiliki peluang besar untuk dikembangkan budidayanya di wilayah desa Karangasem dan Manggungan kecamatan Terisi. Metode yang dilakukan pada kegiatan ini adalah andragogi, yang mensyaratkan peserta pelatihan diposisikan sebagai orang dewasa dan didorong untuk berperan aktif dalam setiap tahapan pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan membuat berbagai macam olahan pangan dari tepung hanjeli. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2015, biji hanjeli memiliki kandungan kadar air 11,46%, karbohidrat 74,36%, protein 12,26%, abu 0,65 % dan lemak 1,28%. Komposisi kimia pada biji hanjeli menunjukkan bahwa hanjeli dapat dijadikan sebagai bahan pangan pengganti makanan pokok. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa tepung tepung hanjeli, dapat digunakan sebagai bahan diversifikasi pangan olahan pengganti tepung terigu untuk produk kue kering, cake, brownies, dan mie.
Sifat Fungsional dan Amilografi Pati Millet Putih (Pennisetum glaucum) Termodifikasi secara Heat Moisture Treatment dan Annealing Herlina Marta; Marsetio Marsetio; Yana Cahyana; Arum Galih Pertiwi
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 3 (2016): Agustus 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.144 KB) | DOI: 10.17728/jatp.175

Abstract

Pati millet putih alami mempunyai beberapa kendala jika dipakai sebagai bahan baku dalam industri pangan, yaitu pati alami tidak tahan pada pemanasan suhu tinggi dan tidak tahan pada proses mekanis, sehingga kurang cocok untuk diaplikasikan pada produk yang memerlukan proses pemanasan tinggi seperti saus. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi pati untuk memperbaiki sifat pati alami tersebut. Modifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi secara Heat Moisture Treatment (HMT) dan annealing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan sifat fungsional dan amilografi pati millet putih alami dengan pati millet putih yang termodifikasi secara HMT dan annealing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi HMT dan annealing dapat memperbaiki sifat pati alami tersebut, yaitu meningkatkan ketahanan terhadap panas dan proses mekanis. Berdasarkan grafik amilogram, pati termodifikasi HMT memiliki pola viskositas tipe B sehingga cocok diaplikasikan untuk produk saus dan pati termodifikasi annealing memiliki pola viskositas tipe A sehingga cocok diaplikasikan untuk produk roti. Modifikasi HMT menyebabkan terjadinya penurunan swelling volume, freeze thaw stability, kekuatan gel, derajat putih, kadar air, viskositas puncak, viskositas pasta panas, viskositas breakdown, viskositas pasta dingin, dan viskositas setback pati millet putih alami serta peningkatan kelarutan, kapasitas penyerapan air, DE, dan suhu awal gelatinisasi pati millet putih alami, sedangkan modifikasi annealing menyebabkan terjadinya penurunan swelling volume, freeze thaw stability, kadar air, viskositas puncak, viskositas pasta panas, viskositas pasta dingin, dan viskositas setback pati millet putih serta peningkatan kelarutan, kapasitas penyerapan air, kekuatan gel, derajat putih, DE, suhu awal gelatinisasi, dan viskositas breakdown pati millet putih.AbstractNative millet starch has several problems when used as raw materials in the food industry, which is native millet starch can not stand on the high temperature heating and can not stand on the mechanical process, so that it doesn’t suitable for products that require high heating process such as sauces. Therefore, native starch had to modified to improve the properties of the native starch. Modifications that used in this study were Heat Moisture Treatment (HMT) and annealing. The aim of this study was to determine the differences of functional and amylograph properties of native millet starch with HMT and annealing millet starch. Results from this research was HMT and annealing modification can improve the properties of the native starch, which increase resistance in thermal and mechanical process. Based on the amylogram graph, HMT starch has a type B pattern that properly used for sauces and annealing starch has a type A pattern that properly used for bakery products. HMT modification cause decrease in swelling volume, freeze thaw stability, gel strength, whiteness, water content, peak viscosity, hold viscosity, breakdown viscosity, final viscosity, and setback viscosity of native millet starch, and also increase in solubility, water absorption capacity, DE, and gelatinization temperature of native millet starch, while the annealing modification cause decrease in swelling volume, freeze thaw stability, moisture content, viscosity peak, hold viscosity, final viscosity and setback viscosity of native millet starch and increase in solubility, water absorption capacity, gel strength, whiteness, DE, gelatinization temperature and breakdown viscosity of native millet starch.Keywords: millet starch, Heat Moisture Treatment (HMT), annealing, functional, amylograph.
Optimasi bubuk bunga telang, enzim transglutaminase, dan bread improver untuk meningkatkan fungsionalitas dan kualitas roti manis [Optimizing the butterfly pea powder, transglutaminase enzyme, and bread improver to improve the functionality and quality of sweet bread] Endah Wulandari; Safri Ishmayana; Herlina Marta; Muhammad Fadhlillah; Nurisa Fadillah Isnaeni
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol 27, No 2 (2022): Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian
Publisher : Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jtihp.v27i2.108-117

Abstract

Sweet bread with moderate functional properties can be enhanced with tertiary function by adding telang flower, a natural ingredient rich in antioxidants, natural blue in color derived from anthocyanins. In addition, bread volume enhancers, such as transglutaminase enzymes and bread improvers are also needed to improve the quality of bread. The purpose of this study was to determine the optimum formulation of telang flower sweet bread using Response Surface Method (RSM)-Central Composite Design (CCD) with telang flower powder (2-6%), transglutaminase enzyme (0.027-0.083 U/g protein), and breading agent (3-9 U/g flour) as an independent variable, and produces a response in the form of specific volume and antioxidant activity. The optimum formula was obtained with a combination of 4.71% telang flower powder formula, transglutaminase enzyme 0.055 U/g flour protein, and 5.23 U/g flour bread improver which resulted in a specific volume of 3.15 ± 0.05 cm3/g and activity antioxidant amounted to 388.372 ± 13.11%. The characteristics of the optimum bread had firmness values of 629.77±39.23 g.f, springiness 42.14±0.87%, sweet bread crumbs were dark blue, but the butterfly  pea flower sweet bread's quality was not as well accepted as the control sweet bread with the exception of how the bread feels when bitten.