Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

SATUAN DAN PENGUKURAN TRADISIONAL MENGGUNAKAN TANGAN OLEH MASYARAKAT DI KANAGARIAN KINARI: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK (Traditional Unity and Measures Using Hands by Kinari Villagers: Anthropolinguistic Study) Imron Hadi
SALINGKA Vol 13, No 01 (2016): SALINGKA, EDISI JUNI 2016
Publisher : Balai Bahasa Sumatra Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.984 KB) | DOI: 10.26499/salingka.v13i01.43

Abstract

The longer traditional unity and measures using hands and the rarer used by villagers because they have used the modern one which have high accuracy, precision, and low margin error.Because of that, this study is aimed to find out the traditional unity and measures using hands which is still used by Kinari Villagers in Solok Regency with descriptive qualitative methodthrough observation, field note, open-ended interview to some informen. The data are analyzed with triangulation by direct division-share technique. The result of this research shows thatthere are two kinds of measures and unity: first is for measuring length, such as dapo, eto, jangka, jari,and rueh: second is for measuring volume, such as ganggam, binjek, kauik, kapa,pacik, sauek, suok, culiak, paluak, and patiak. In conclusion, the traditional measures and unity are only used by the old generation, and the young generation use the modren one which has high precision, accuracy and low margin error.
Bentuk dan Makna Ungkapan Sehari-hari Dalam Bahasa Melayu Dialek Musi Oleh Masyarakat Banyuasin III (Form and Meaning of Daily Expressions in Melayu Language Dialeks Musi by Banyuasin III Society) Imron Hadi
SALINGKA Vol 18, No 1 (2021): SALINGKA, Edisi Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Sumatra Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/salingka.v18i1.327

Abstract

AbstrakUngkapan merupakan hasil pikiran kreatif masyarakat untuk menyampaikan perasaan, dan pendapatmereka terhadap suatu fenomena. Masyarakat Banyuasin III juga memiliki ungkapan untukmenggambarkan suatu fenomena tertentu namun ungkapan sudah jarang digunakan terutama dikalangan generasi muda. Hal itu disebabkan pengaruh penggunaan bahasa assing yang dominanyang menggantikan ungkapan sehari-hari yang biasa digunakan. Artikel ini bertujuan untukmengungkapkan bentuk dan makna ungkapan yang digunakan masyarakat Banyuasin III denganmenggunakan metode deskriptif dan metode agih, yaitu teknik rekam dan simak libat cakap. Hasilpembahasan menunjukkan terdapat bentuk dan makna ungkapan sehari-hari oleh masyarakatBanyuasin III meliputi ungkapan yang menyatakan perilaku dan sikap. Bentuk ungkapan perilakuterbagi dalam dua bentuk, yaitu (1) bentuk ungkapan reaksi aktif, seperti langguk nian, nengarkate, tungkang nian, dan lain-lain, (2) bentuk ungkapan reaksi pasif, seperti mupus semunduk,mungge aisan, talu nian, dan lain-lain. Bentuk ungkapan yang menyatakan sikap juga ditemukan,seperti mati geni, bengklok nian, bunyan bange, besak kelakar, besak untap, dan lain sebagainya.Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa ungkapan sehari-hari yang digunakanmasyarakat terdiri atas dua bentuk, perilaku dan sikap.Kata kunci: bentuk, makna, ungkapan sehari-hari.AbtractThe expression is the result of people’s creative minds to convey their feeling dan opinionsabout a phenomenon. Banyuasin III society also have expressions to describe a certainphenomenon. However, the their daily expressions are rarely used, especially among younggeneration. This is due to the influence of the dominant use of other languages which replacethat commonly used daily expressions. This article aims to reveal the form and meaning ofthe expressions used by the Banyuasin III society by using descriptive methods, that is recordingand listen and active participant. The results of the discussion show that there are forms andmeanings of daily expressions by Banyuasin III communities including expressions that statebehavior and attitudes. Forms of behavioral expression are divided into two forms, namely(1) active reaction expressions, such as langguk nian, nengar kate, tungkang nian, etc., (2)pasif expression, such as mupus semunduk, mungge aisan, talu nian, etc., (2) pasif expression,such as mupus semunduk, mungge aisan, talu nian, etc. The forms of expressions that stateattitudes are also found, such as mati geni, bengklok nian, bunyan bange, besak kelakar,besak untap, and so forth. Based on the results of the discussion it can be concluded that thedaily expressions used by the community consist of two forms, behavior and attitude.Keywords: form, meaning, daily expressions.
BENTUK DAN MAKNA RESIPROSITAS DALAM TRADISI NGAMEK ARI MASYARAKAT BANYUASIN III (The Form and Meaning Reciprosity in Ngamek Ari Tradition Banyuasin III society) Imron Hadi
Salingka Vol 16, No 2 (2019): SALINGKA, Edisi Desember 2019
Publisher : Balai Bahasa Sumatra Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.554 KB) | DOI: 10.26499/salingka.v16i2.231

Abstract

AbstractThe advancement of science and technology has scratched out the form and meaning in the tradition of ngamek ari as a reciprocity that lives in the society of Banyuasin regency, especially in Petaling village. Therefore, this article examines the form and meaning of reciprocity in ngamek ari tradition through data required from the perpetrators of reciprocity. The method used is descriptive qualititave method by recording and taking notes with active participant technique. The results show that there are three forms of ngamek ari: ngamek ari with energy, ngamek ari with materials or good, and ngamek ari with money (auction). The person who becomes the object to ngamek ari is obliged to return (mayar utang) more (ngiring) or equivalent as received. The conclusion is that Banyuasin III society, especially Petaling villagers do the tradition of ngamek ari aim to lighten the burden of the owner of the celebration or work.Keywords: ngamek ari, reciprocity, tradition  AbstrakKemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggerus bentuk dan makna resiprositas dalam tradisi ngamek ari yang hidup di tengah masyarakat Banyuasin III, khususnya di desa Petaling. Sebab itulah, artikel ini mengkaji bentuk dan makna resiprositas dalam tradisi ngamek ari yang ada di tengah masyarakat melalui data yang bersumber dari pelaku resiprositas. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik rekam dan simak libat cakap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga bentuk ngamek ari, yaitu ngamek ari dengan tenaga, bahan atau barang, dan uang (lelang). Orang yang menjadi objek untuk ngamek ari wajib mengembalikan (mayar utang) lebih (ngiring) atau minimal setara dengan bantuan yang telah dia terima. Kesimpulanya bahwa masyarakat Banyuasin III, khususnya desa Petaling melakukan tradisi ngamek ari bertujuan meringankan beban pemilik hajatan atau kerja.Kata kunci: ngamek ari, resiprositas, tradisi
PRONOMINA PERSONA SAPAAN ANTARA SUAMI DAN ISTRI DALAM DIALEK MUSI: ANALISIS BENTUK DAN MAKNA Imron Hadi
SALINGKA Vol 12, No 01 (2015): SALINGKA, EDISI JUNI 2015
Publisher : Balai Bahasa Sumatra Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.382 KB) | DOI: 10.26499/salingka.v12i01.32

Abstract

This article is to describe personal pronouns of greeting di Musi dialect between husband and wife interaction. This study used descriptive qualitative method. The data were taken throughparticipant observation, recording,dan field note to some informans from three villages. The result was found that there were two phases of using greeting, pre-marriage and marriage phase. In both pre-marriage and marriage phase, there were also two forms, indirect and direct communication. In pre-marriage phase the phrasal pronouns for indirect communication were Anak wak +proper name, Anak mang/bibi+proper name.  and for direct was kamu or kau.For marriage phase the phrasal pronouns for indirect communication were anak kamu, cucong kamu, anak
ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SELONG DALAM MEMUTUSKAN PERKARA WALI ADHAL KARENA FAKTOR ADAT (Studi Atas Putusan No.1104/Pdt.P/2022/PA.Sel) Imron Hadi; Achmad Hasan alfarisi
Al-IHKAM Jurnal Hukum Keluarga Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah Fakultas Syariah IAIN Mataram Vol. 16 No. 1 (2024): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/alihkam.v16i1.10083

Abstract

Keberadaan seorang wali dalam pernikahan merupakan syarat sahnya pernikahan itu sendiri. Namun tidak jarang wali nikah menjadi kendala dalam pernikahan karena wali nikah yang utama enggan menjadi wali nikah dengan berbagai alasan, baik syar’i maupun non syar’i. Wali yang menolak menikahkan disebut adhal (enggan). Mempelai wanita berhak mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama untuk mengangkat wali adhal. Hal di atas memunculkan masalah penelitian ini. Pertama, Bagaimanakah prosedur penanganan perkara wali adhal yang dilatari faktor adat di Pengadilan Agama Selong? Kedua, Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara wali adhal karena faktor adat di Pengadilan Agama Selong? Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Dimana sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primernya dari pihak Hakim, dan Staff Pengadilan Agama sedangkan sekunder dari buku-buku, al-Quran, al-Hadist, skripsi, tesis dan perundang-undangan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata cara prosedur penanganan petugas adhal di Pengadilan Agama Kelas 1B Selong sudah sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang dituangkan dalam HIR yaitu.Pertama, pihak harus mendatangi meja Informasi dan Pengaduan diri untuk mengetahui persyaratan permohonan wali adhal. Kedua, ke meja pendaftaran perkara untuk mendaftarkan perkara secara langsung atau melalui online. Ketiga meja pembayaran dengan menyerahkan slip pembayaran dari bank. Keempat, ke meja Penyerahan Produk Pengadilan . Adapun Pertimbangan hakim dalam penetapan wali adhal di Pengadilan Agama Selong, hakim dalam pertimbangannya berdasarkan fakta-fakta di dalam persidangan, berdasarkan sisi kemaslahatan dikarenakan faktor adat dan menurut Hakim alasan wali tidak dibenarkan.
Suffiks Strata I dan II dalam Morfologi Leksikal Hadi, Imron; Alam, Beny; Arvian, Elsan
Jurnal Bahasa Asing Vol. 16 No. 1 (2023): Jurnal Bahasa Asing
Publisher : Sekolah Tinggi Bahasa Asing JIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58220/jba.v16i1.41

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses terbentuknya dan memahami perbedaan antara suffiks stata I dan II dalam morfologi leksikal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis isi (Content Analysis). Penulis mengumpulkan data tentang kata yang memiliki suffks infleksi dan derivasi dalam cerita pendek The Queen of Spades and Other stories by Aleksandr Pushkin. Teknik yang dilakukan untuk mendapatkan data adalah sebagai berikut: (1) mencatat data pada ranah kata yang memiliki suffiks infleksi dan derivasi (2) mencari efek dari proses terbentknya suffiks tersebut terhadap kata yang diikutinya (3) membuktikan data yang telah ditemukan dan menjelaskannya berdasarkan ilmu morfologi yang diambil dari teori Katamba (1993). Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dari delapan objek data, terdapat 3 data yang berjenis strata I dan 5 data yang berjenis strata II. Penelitian ini dilakukan agar kita memahami proses terbentukna jenis-jenis suffiks dengan segala efek yang ditimbulkan terhadap kata yang diikutinya.
Konsep Slot pada Kelas Kata yang Sama dalam Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Hadi, Imron; Arvian, Elsan
Jurnal Bahasa Asing Vol. 16 No. 2 (2023): Jurnal Bahasa Asing
Publisher : Sekolah Tinggi Bahasa Asing JIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58220/jba.v16i2.63

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan mengapa di antara slot-slot dalam kalimat sederhana bahasa Inggris ada yang memiliki hubungan dengan slot lain dan ada yang tidak memiliki hubungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis isi (Content Analysis). Penulis mengumpulkan data tentang kalimat sederhana yang berjenis transitif dalam cerita pendek The Queen of Spades and Other stories by Aleksandr Pushkin. Teknik yang dilakukan untuk mendapatkan data adalah sebagai berikut: (1) mencari kalimat sederhana yang transitif (2) Menghubungkan slot-slot dalam kalimat sederhana tersebut dan mencari slot-slot yang memiliki hubungan dan yang tidak memiliki hubungan (3) membuktikan data yang telah ditemukan dan menjelaskannya berdasarkan ilmu morfologi yang diambil dari teori Katamba (1993) dan ilmu syntaksis yang diambil dari teori Noel Burton. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 4 objek data, terdapat 4 data yang memiliki hubungan slot yang sama dalam bentuk open classes dan 1 dalam bentuk closed class .Penelitian ini dilakukan agar kita memahami proses terbentuknya kalimat sederhana bahasa Inggris dari peran interaksi antara morfologi dan syntaksis.
Dynamic Verbs in Peaky Blinders Season 1 Kushariputri, Nailla Shahifah Rahmadiva; Alam, Beny; Hadi, Imron
Jurnal Bahasa Asing Vol. 17 No. 1 (2024): Jurnal Bahasa Asing
Publisher : Sekolah Tinggi Bahasa Asing JIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58220/jba.v17i1.72

Abstract

The need to be able to understand what other people convey is very important for humans as social beings. Humans communicate through words that have forms and meanings that contain ideas, intentions, or emotions. This research was written to find out the meaning in the form of an action of a word form, namely a dynamic verb when it is associated with the whole sentence. Dynamic verbs and their types that will be analyzed are taken from the popular series, Peaky Blinders Season 1 Episode 1 and Episode 2. The writer took thirty data to be the object of the analysis. The qualitative method is the method used in the preparation of this study based on Saeed (2016) who divides dynamic verbs into four types namely, durative-punctual and telic-atelic as the main theory. The findings were: three data were declared as durative-atelic with a percentage of 10%, ten data were declared as punctual-telic with a percentage of 33.3%, and seventeen data were declared as durative-telic with a percentage of 56.7%. There are three positions from the findings, namely durative-telic as the most type, punctual-telic in the middle position, and durative-atelic as the least.
Studi Analisis Akurasi Perhitungan Awal Waktu Shalat Menggunakan Universal Astrolabe Hadi, Imron
AL - AFAQ : Jurnal Ilmu Falak dan Astronomi Vol. 4 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/afaq.v4i1.5154

Abstract

Universal Astrolabe is a type of Astrolabe that can be used in any region or latitude. This paper examines the accuracy of the Universal Astrolabe in determining the start of the five daily prayer times (Fajr, Zuhur, Asr, Maghrib and Isha). The purpose of this study was to determine the accuracy of the calculation method for determining the beginning of prayer times using the Universal Astrolabe. Astrolabe is one of the classical astronomical instruments that describes the celestial sphere in two dimensions and was originally used to determine the position of the Sun. Astrolabe comes from the Greek language which consists of the word "aster" which means star, and the word "labio" which means take, understand, and catch. In simple terms, Astrolabe can be interpreted as a tool to study the Stars. This instrument is a type of calculating tool. The function of the Astrolabe is very complex, namely to determine the position of the Sun or other stars, to determine the zodiac and its circulation scale, to determine the height of an object and determine solar time. The results showed that the method of calculating the initial prayer time applied in the Universal Astrolabe was the method of reading directly on the plate. The initial calculation of prayer times using the Universal Astrolabe results in a calculation difference between 0-3 minutes and the prayer time schedule set by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia, so it is considered quite accurate. This difference can be influenced by the diameter of the Universal Astrolabe and the accuracy of the reader when reading the curves and numbers listed on the Universal Astrolabe.Keywords: Prayer Times, Accuracy, Universal Astrolabe.
TINJAUAN FIQIH MUAMALAH TERHADAP PERBEDAAN HARGA PUPUK BERSUBSIDI ANTARA KOPERASI DAN DISTRIBUTOR DI DESA KANCA KECAMATAN PARADO KABUPATEN BIMA Muhammad; Imron Hadi
Mu'amalat: Jurnal Kajian Hukum Ekonomi Syariah Vol. 13 No. 2 (2021): Desember
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/mu.v13i2.11201

Abstract

The supply of fertilizer from the government, especially in Kanca Village, Parado District, Bima Regency, is very minimal, so that the price of fertilizer from the Cooperative and Distributors has a different price from the standard price. As a result, many of them complain about this, while the need for fertilizer for farmers in Kanca Village, Parado District, Bima Regency is quite high, because the potential for agricultural land, both rice fields and irrigated or rain-fed fields, is quite extensive. Considering the need for fertilizer, distribution from producers to consumers plays an important role in meeting the fertilizer needs of farmers.