Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Siti Rahmi AR Nusi; Abdul Hafidz Olii; Syamsuddin .
The NIKe Journal VOLUME 1 NOMOR 1, JUNI 2013
Publisher : Faculty of Fishery and Marine Sciences - Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.66 KB) | DOI: 10.37905/.v1i1.1209

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur vegetasi lamun dan kondisi padang lamun di perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari tanggal 10 November - 10 Desember 2012. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi dengan menggunakan metode survei. Pengamatan dibuat pada tiga stasiun, meliputi lima petak transek dengan jarak antar transek 10 meter. Untuk memperoleh data pendukung dilakukan pengukuran parameter fisik perairan, seperti arus, kecerahan, kedalaman, suhu, salinitas, dan tipe substrat. Analisis vegetasi yang dilakukan meliputi komposisi jenis, frekuensi jenis, frekuensi relatif, kerapatan jenis, kerapatan relatif, penutupan jenis, penutupan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, indeks keanekaragaman jenis, dan Indeks Nilai Penting. Ditemukan lima jenis lamun, yakni jenis Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halophila minor, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii. Stasiun I yang terletak di sebelah utara pulau memiliki nilai analisis vegetasi paling tinggi dari seluruh stasiun penelitian. Kata kunci: struktur vegetasi, padang lamun, Pulau Saronde
Analisis Kelayakan Perikanan Pelagis di Desa Pohuwato Timur Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Ramli Sahabu; Abdul Hafidz Olii; Alfi Sahri Remi Baruadi
The NIKe Journal VOLUME 3 NOMOR 1, MARET 2015
Publisher : Faculty of Fishery and Marine Sciences - Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/.v3i1.1314

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kelayakan usaha pancing dan pukat cincin yang dioperasikan oleh nelayan Desa Pohuwato Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Januari 2015 di Desa Pohuwato Timur Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Analisa data yang digunakan yakni analisis usaha investasi, biaya usaha dan penerimaan usaha kemudian dianalisis untuk menentukan bahwa kedua jenis usaha pancing dan pukat cincin layak untuk di jadikan usaha perikanan pelagis di Desa Pohuwato Timur Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis usaha layak untuk dijadikan usaha perikanan pelagis dilihat dari keuntungan masing-masing seperti pada usaha pukat cincin memberikan keuntungan sebesar Rp. 1.239.380.000 per tahun dan usaha pancing juga memberikan keuntungan sebesar Rp. 14.169.000 per tahun. Data produksi dilihat dari jumlah alat tangkap pancing ada 100 unit dan 7 unit pukat cincin dapat memberikan kontribusi produksi ikan rata-rata sebeasar 1.725 ton per tahun artinya kedua jenis usaha mampu menyumbang Rp. 13.800.000.000 per tahun khusus Desa Pohuwato Timur. Kata kunci: Analisis kelayakan, perikanan pelagis, pukat cincin, usaha pancing
Identifikasi dan Karakteristik Sarang Penyu di Cagar Alam Mas Popaya Raja | Identification and nest characteristics of sea turtles in Mas Popaya Raja Nature Reserve Fadjrin Buhang; Abd Hafidz Olii; Sri Nuryatin Hamzah
The NIKe Journal VOLUME 4 NOMOR 1, MARET 2016
Publisher : Faculty of Fishery and Marine Sciences - Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.271 KB) | DOI: 10.37905/.v4i1.4632

Abstract

Artikel ini mengidentifikasi jenis penyu dan karakteristik sarang peneluran penyu di Pulau Popaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Oktober 2015 di Kawasan Cagar Alam Mas Popaya Raja Kabupaten Gorontalo Utara. Metode yang digunakan adalah metode survei. Ditemukan 3 (tiga) jenis penyu yaitu Chelonia mydas, Eretmochelis imbricata dan Caretta caretta. Chelonia mydas memiliki sarang peneluran dengan lebar jejak rata–rata 145,3 cm, panjang jejak rata–rata 31 m, kedalaman rata–rata 54,6 cm, diameter rata–rata 23,3 cm x 25,1 cm, suhu rata–rata 30,6°C, sarang terletak pada pantai dengan lebar rata–rata 31,6 m dan sudut kemiringan rata–rata 14,11°. Eretmochelis imbricate memiliki lebar jejak sarang rata–rata 141,2 cm, panjang jejak rata–rata 21,1 m, kedalaman rata–rata 39,6 cm, diameter rata–rata 19,8 cm x 23,1 cm, suhu rata–rata 30,5°C, lebar pantai rata–rata 31,6 m dan sudut kemiringan pantai rata–rata 12,86°. Caretta caretta memiliki lebar jejak sarang± 148 cm panjang jejak ± 32,6 m, kedalaman±44,5 cm, diameter±20 cm x 25 cm, suhu rata– rata 30,3°C, lebar pantai±34 m dan sudut kemiringan pantai ±12,41°. This article identifies species of turtles and the characteristics of turtle nesting holes on Popaya Island. The study was conducted from February to October 2015 in Mas Popaya Raja Nature Reserve, North Gorontalo District. The method used is a survey method. Found 3 (three) types of turtles namely Chelonia mydas, Eretmochelis imbricata and Caretta caretta. Chelonia mydas has nesting holes with an average trail width of 145.3 cm, average trail length of 31 m, average depth of 54.6 cm, average diameter of 23.3 cm x 25.1 cm, average temperature of 30.6 ° C, the nests are located on the beach with an average width of 31.6 m and an average slope angle of 11.11 °. Eretmochelis imbricatehas an average nest trail width of 141.2 cm, average trail length of 21.1 m, average depth of 39.6 cm, average diameter of 19.8 cm x 23.1 cm, average temperature of 30.5 ° C, an average beach width of 31.6 m and an average beach slope of 12.86 °. Caretta caretta has a nest trail width of ± 148 cm trail length ± 32.6 m, depth of ± 44.5 cm, diameter ± 20 cm x 25 cm, average temperature of 30.3 ° C, average beach width of 34 m and average slope angle beach of 12.41 °. Katakunci: penyu; identifikasi; sarang; cagar alam. Keywords: sea turtle; identification; nest; nature reserve.
Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Frengky Amrain; Abdul Hafidz Olii; Alfi Sahri Remi Baruadi
The NIKe Journal VOLUME 3 NOMOR 4, DESEMBER 2015
Publisher : Faculty of Fishery and Marine Sciences - Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.245 KB) | DOI: 10.37905/.v3i4.1327

Abstract

Usaha bagan perahu banyak digeluti oleh nelayan di sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kwandang. Kelayakan usaha merupakan penilaian terhadap suatu usaha tentang layak tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara pada bulan April 2014 sampai Januari 2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui produktivitas dan kelayakan usaha bagan perahu. Dengan metode yang digunakan yaitu metode survei. Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu analis produktivitas dan kelayakan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bagan perahu 0,143 ton/GT atau 143,19 Kg/GT. Kelayakan usaha bagan perahu yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kwandang dilihat dari nilai Revenue Cost Ratio (R/C) 1,39 atau 1, Payback Period (PP) 1,06 tahun atau selama 1 tahun 22 hari, dan NVP +Rp. 301.768.360. Hal ini menujukkan bahwa usaha bagan perahu layak untuk dilaksanakan. Kata kunci: produktivitas, kelayakan usaha, bagan perahu.
Productivity and Feasibility of Lift-net Fishery in Kwandang Frengky Armain; Abd Hafidz Olii; Alfi Sahri Baruadi
The NIKe Journal VOLUME 7 ISSUE 1 | MARCH 2019
Publisher : Faculty of Fishery and Marine Sciences - Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.587 KB) | DOI: 10.37905/.v7i1.4873

Abstract

The purpose of this study is to determine productivity and business feasibility of lift-net boat. The method used is a survey method with productivity and business feasibility analysis. The results showed that the lift-net boat productivity was 143.19 kg / GT. The feasibility of lift-net boats that lands their catch in the Kwandang Nusantara Fisheries Port (PPN) based on the Revenue Cost Ratio (R / C) value of 1.39; Payback Period (PP) 1.06 years or 1 year 22 days, and NVP + Rp. 301,768,360. This shows that lift-net boat fishery is feasible. Keywords: productivity; feasibility; lift-net; fishery.
KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP DI TELUK TOMINI WILAYAH PERAIRAN SELATAN GORONTALO Abdul Hafidz Olii; Daniel R. Monintja; Ari Purbayanto; Victor Ph. Nikijuluw
Sosiohumaniora Vol 9, No 2 (2007): SOSIOHUMANIORA, JULI 2007
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v9i2.5379

Abstract

Fishing capacity diartikan sebagai kemampuan input perikanan (unit kapal) yang digunakan dalam memproduksi output (hasil tangkapan), yang diukur dengan unit penangkapan atau produksi alat tangkap lain. Secara sederhana, fishing capacity adalah kemampuan unit kapal perikanan (dengan segala aspeknya) untuk menangkap ikan. Tentu saja kemampuan ini akan bergantung pada volume stok sumberdaya ikan yang ditangkap (baik musiman maupun tahunan) dan kemampuan alat tangkap ikan itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis efisiensi teknis dan kapasitas perikanan tangkap antar tahun; antar jenis armada penangkapan dan antar armada pukat cincin. Lokasi penelitian di perairan bagian selatan gorontalo dengan menggunakan metode pendekatan data analysis envelopment (DEA). Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan perikanan tangkap selama 20 tahun sejak tahun 1986 – 2005 di wilayah Perairan Selatan Gorontalo pada tahun 1995, 2003 dan 2005 merupakan tahun yang paling efisien dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain sehingga tahun-tahun ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengalokasian jumlah upaya dan hasil tangkapan,untuk alat tangkap yang paling efisien adalah pukat cincin dan pancing sedangkan jaring insang merupakan jenis alat tangkap yang tidak efisien, sekitar 11 kapal yang memiliki tingkat efisiensi sama dengan 1. Untuk mencapai tingkat efisiensi dari masing-masing kapal pukat cincin maka perlu melakukan pengurangan jumlah input berupa mengurangi ukuran GT kapal sebesar 27,97%, mengurangi lama waktu penangkapan ikan sebesar 29,49%, mengurangi jumlah trip/bulan sebesar 26,87% dan mengurangi biaya operasional sebesar 15,67% Kata Kunci : Kapasitas Perikanan, Efisiensi, Kemampuan, Pukat Cincin, Pancing
Technical and Financial Analysis of Squid Fishing Abdul Hafidz Olii
The NIKe Journal VOLUME 8 ISSUE 4 | DECEMBER 2020
Publisher : Faculty of Fishery and Marine Sciences - Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/nj.v8i4.9866

Abstract

This study aims to determine the technicality of catching and to analyze the finances of the squid fishing effort in Luwoo Village, Posigadan District, Bolaang Mongondow Selatan Regency. The method used in this research is descriptive method. Sampling using survey and interview methods. Primary data obtained through direct observation and conducting interviews with respondents using a questionnaire. Technically, the fishing gear used by fishermen in Luwoo Village still uses relatively traditional technology by relying on knowledge from generation to generation. The use of the squid fishing gear is the result of a modification between the roller, fishing line, light-stick, swivel and squid fishing gear. The totabito or squid fishing line is extended 3-5 meters using a light-stick as an attractor to attract the squid. Financially, the squid fishing business has an average R/C value of 2.2 (> 1), a payback period of 0.8 years and an average net profit of Rp. 11,959,200 per year or about 121.77%. So, from a financial perspective, the squid fishing business in Luwoo Village can be said to be profitable. Keywords: Squid; squid fishing; technical; financial.
Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Lamun di Desa Dudepo | Gastropod community structure in seagrass ecosystems in Dudepo Village Santi Saleh; Abd Hafidz Olii; Sitti Nursinar
The NIKe Journal VOLUME 5 NOMOR 3, SEPTEMBER 2017
Publisher : Faculty of Fishery and Marine Sciences - Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.837 KB) | DOI: 10.37905/.v5i3.5284

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan struktur komunitas gastropoda khususnya yang berkaitan dengan keanekaragaman, keseragaman, dan kesamaan komunitas gastropoda pada ekosistem lamun di Desa Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai Agustus 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode line transek dengan menggunakan kuadran ukuran 1x1 m. Analisis data meliputi indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan kesamaan komunitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gastropoda yang ditemukan di Desa Dudepo terdiri dari 14 jenis nilai keanekaragaman tertinggi terdapat pada Stasiun II yaitu 0,76 dan nilai keanekaragamn terendah terdapat pada Stasiun III yaitu 0,49. Indeks keseragaman gastropoda di lokasi penelitian memiliki keseragaman yang rendah. Tingkat kesamaan gastropoda tertinggi terdapat pada Stasiun II dan III yaitu 76 % dan terendah terdapat pada Stasiun I dan II yaitu 63 %. This study aims to determine the types and structure of the gastropod community, especially those related to diversity, uniformity, and similarity of the gastropod community in the seagrass ecosystem in Dudepo Village, Anggrek District, North Gorontalo Regency. This research was conducted in August 2015 until August 2016. The method used in this study is the line transect method using a quadrant of size 1x1 m. Data analysis includes diversity index, uniformity index, and community similarity. The results showed that the gastropods found in Dudepo Village consisted of 14 types of the highest diversity values found in Station II, which was 0.76 and the lowest diversity values were found in Station III, which was 0.49. Gastropod uniformity index at the study site has a low uniformity. The highest level of gastropod similarity was found in Stations II and III at 76% and the lowest was at Stations I and II at 63%. Kata kunci: Gastropoda; keanekaragaman; keseragaman; indeks kesamaan; komunitas; lamun. Keywords: Gastropoda; diversity; uniformity; similarity index; community; seagrass.
Community Structure of Macrozoobenthos in Lake Limboto Abdul Hafidz Olii; Arfiani Rizki Paramata
The NIKe Journal VOLUME 8 ISSUE 3 | SEPTEMBER 2020
Publisher : Faculty of Fishery and Marine Sciences - Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/nj.v8i3.9858

Abstract

This study aims to determine the structure of the macrozoobenthic community in Limboto Lake, Gorontalo Province. Sampling was carried out at 5 stations and 3 repetitions using the Ekman Grab tool and prepared with a filter with a net size of 100 µm. Collecting data using purposive random sampling method and the influence of the macrozoobenthic community structure with physical and chemical parameters was analyzed using the CANOCO 4.5 application. The results showed that the macrozoobenthic community structure in Limboto Lake varied, with the diversity index at Station 1 and Station 2 being in the medium category, Station 3, Station 4 and Station 5 being classified as low, the uniformity index at Station 1 and Station 2 was evenly distributed, Station 3, Station 4 and Station 5 are uneven. The dominance index at Station 3, Station 4 and Station 5 shows that there are species that dominate. The highest total macrozoobenthic abundance was at Station 3, namely 427,643 individuals / m3 and the lowest was at Station 2, namely 2,038 individuals / m3. The results of the analysis showed that the substrate had the greatest influence on the macrozoobenthic community structure and was followed by other physical-chemical parameters. Keywords: Macrozoobenthos; Lake Limboto; community structure
Are Awaous ocellaris and Belobranchus belobranchus the two species of Nike fish schools ? Nuralim Pasisingi; Sitty Ainsyah Habibie; Abdul Hafidz Olii
Aceh Journal of Animal Science Vol 5, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/ajas.5.2.16557

Abstract

Investigating goby fish is vital to perform an integrated and comprehensive study in order to maintain the roles of the fish, thus providing balanced ecosystem functions and services, as well as contributing to fish biodiversity. Local societies simply recognize fish species by their local names, which are not common. This condition, in turn, causes hitches in conducting further studies. Nike, the name of a local fish, refers to the schools of goby fish larvae whose adult phase has not been fully confirmed. This study aimed to reveal the species that categorizes as nike fish through tracing adult goby inhabiting freshwater. Two fish samples, i.e., Unknown 01 and Unknown 02, were taken from two sites in Bone River, Gorontalo, Indonesia. These samples were captured purposively using a hand net by considering the morphological similarity between the two target samples and the general characteristic of goby. Furthermore, the samples were analyzed genetically through the PCR sequencing method using the Mitochondrial Cytochrome Oxidase Subunit 1 (CO1) gene. Based on the NCBI database, Unknown 01 had the highest similarity to Belobranchus belobranchus (99.54%), while Unknown 02 was identical with Awaous ocellaris (100%). Unknown 01 and Unknown 02, compared to the BOLD database, the similarity level, had the highest percentage of similarity with B. belobranchus (99.85%) and A. ocellaris (100%), respectively. Therefore, A. ocellaris and B. belobranchus were strongly alleged as two species making up the goby schools in the adult stadia that reach freshwater during their migration.