Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

DAMPAK KEBERADAAN TANGKAHAN TERHADAP NILAI PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA SELAMA 5 TAHUN (2013-2017) Robby S. Situmeang; Alvi Rahmah; Edy Miswar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT     The existence of tangkahan at the Nusantara Fisheries Port (PPN) Sibolga raises various problems that lead to the gap of function in a fishing port as it should be. Tangkahan is proven to be able to replace roles and functions port, this is due to the similar role between tangkahan and port fishery. The operation of tangkahan in Sibolga has a positive influence especially towards fishermen's economic development. This is because of the existence of tangkahan is able to increase activities in the fisheries sector. The purpose of this study was to determine the differences in the value of catch production at PPN Sibolga and tangkahan. This research was conducted on August, 2018 in Sibolga City. The method of data collection is done through the study of literature relating to research, both through books and journals. The results of this study indicate that the existence of Tangkahan is able to rival the production of caught fish at PPN Sibolga and increase the economic growth of fishermen and other fisheries sectors. The average value of total production and production value of  PPN Sibolga and caldera for 5 years (2013-2017) was 12,084 tons and the production value was Rp. 172,602,000,000, while the tangkahan of 16,412 tons and production value of Rp. 170,359,000,000. Besides that, existence this tangkahan can create competition for fisheries productivity with PPN Sibolga.Keywords: Fishing Port, tangkahan, value of catch production, Sibolga ABSTRAK     Keberadaan tangkahan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga menimbulkan berbagai persoalan yang menjurus pada kesenjangan fungsi suatu pelabuhan perikanan sebagaimana mestinya. Tangkahan terbukti mampu menggantikan peran dan fungsi pelabuhan, ini dikarenakan peran yang hampir sama antara tangkahan dengan pelabuhan perikanan. Beroperasinya tangkahan-tangkahan di Sibolga mempunyai pengaruh yang positif terutama terhadap perkembangan ekonomi nelayan. Ini disebabkan karena keberadaan tangkahan mampu meningkatkan aktivitas-aktivitas disektor perikanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Sibolga dan di tangkahan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2018 di Kota Sibolga. Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur yang berkaitan dengan penelitian, baik melalui buku maupun jurnal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan tangkahan mampu menyaingi produksi  hasil tangkapan ikan di PPN Sibolga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nelayan serta di sektor perikanan lainnya. Nilai rata-rata jumlah produksi dan nilai produksi PPN Sibolga dan tangkahan selama 5 tahun (2013-2017) sebesar 12.084 ton dan nilai produksinya sebesar Rp. 172.602.000.000, sedangkan tangkahan sebesar 16.412 ton dan nilai produksinya sebesar Rp. 170.359.000.000. Selain itu keberadaan tangkahan ini dapat membuat persaingan produktivitas perikanan dengan PPN Sibolga.Kata Kunci: Pelabuhan Perikanan, tangkahan, nilai produksi tangkapan, Sibolga 
Hubungan Partisipasi Nelayan dan Peran Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Tuan, Aceh Besar Zilvi A. Rahmi; Chaliluddin Marwan; Edy Miswar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.976 KB)

Abstract

The district of Aceh Besar has 23 districts and 8 of them are in the coast. Peukan Bada district is a coastal area where the majority of people are fishermen. In Peukan Bada there are 211 fishermen’s who do fishing in Tuan Island waters conservation area. Marine Waters Conservation Area Tuan has been defined as a Water Conservation Area by Decree of the Regent of Aceh Besar Number 190 of 2011 on the Establishment of Regional Water Conservation Area of Aceh Besar Regency of Aceh Province. In this research, to conduct a study on the relationship of  fishermen participation and stakeholder role as a tool and reference in conducting activities of utilization in a water. The purpose of this research is to know the participation of fishermen and pemangku kepentingan role in the management of Tuan Island Watershed Conservation Area, and to know the relationship of fishermen participation and stakeholder role in the management of Tuan Island Watershed Conservation Area. The data used in this research include primary data and secondary data. The analytical method that used to find out the relationship of both using correlation formula. The results showed that the active participation of fishermen 81.94% and the role of are stakeholder were 77.78%. It can be concluded that the most of the fishermen in the category of active participation. Correlation value indicates there is relationship between two variables with value r = 0.839 and the relationship between fisherman participation and stakeholder role is very strong.       Kabupaten Aceh Besar mempunyai 23 Kecamatan dan 8 diantaranya berada di pesisir. Kecamatan Peukan Bada merupakan kawasan pesisir yang masyarakatnya sebahagian besar merupakan nelayan. Nelayan Peukan Bada berjumlah 211 nelayan yang melakukan penangkapan ikan di Kawasan konservasi perairan daerah Pulau Tuan. Kawasan Konservasi Perairan daerah Pulau Tuan Telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan daerah dengan SK Bupati Aceh Besar  Nomor 190 tahun 2011 tentang Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan daerah Daerah Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Pada penelitian ini, perlu dilakukan sebuah kajian mengenai hubungan partisipasi nelayan dan peran pemangku kepentingan sebagai alat dan acuan dalam melakukan kegiatan pemanfaatan di sebuah perairan daerah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui partisipasi nelayan dan peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah Pulau Tuan, serta mengetahui hubungan partisipasi nelayan dan peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah Pulau Tuan. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan keduanya menggunakan rumus korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel partisipasi nelayan sangat tinggi sebesar 81,94% dan variabel peran pemangku kepentingan sangat tinggi sebesar 77,78%. Nilai korelasi menunjukkan terdapat hubungan antara kedua variabel dengan nilai r = 0,839 dan hubungan antara partisipasi nelayan dan peran pemangku kepentingan tinggi. 
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Tangkapan Bagan Apung di Perairan Krueng Raya, Aceh Besar, Provinsi Aceh Mulana Ikramullah; Edy Miswar; Ratna M. Aprilla
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.225 KB)

Abstract

ABSTRACTAceh is one of the higher potential provinces in fisheries that should be developed as possible. One of the potential utilization of fisheries is the operation of lift-nets. Recently, the factors affect the fishery catch by lift-nets are unknown. The information of production factors affecting the catch by lift-nets is required in order to optimize the operation capture. This study aims to find out the catching unit of lift-nets, the composition of the fishery catch, and the production factors that influence the fishery catch. This research was conducted from June to July 2017 at the waters of Krueng Raya, Aceh Besar. The data were collected through a distributed questionnaire to each of the owner of lift-nets of 30 people. The catching unit and the composition of the fishery catch were analyzed by using descriptive method. The production factors of fishery catch was analyzed by using a multiple linear regression model. The result of descriptive analysis shows that lift-nets consists of several fishery catch units; the boat, the lift-nets house which supported by 2 boats, a house for fisherman to take a rest, whereas the floor of the house is used for fishing operations. The fisherman consists of the fish handler, chef and crew. The fishing aids consist of lamp, roller, scoop, generator, and basket. The compositions of the catches from lift-nets are anchovy, mackerel, flying fish, and tuna. The multiple linear regression analysis results, Y = -498,667 + 5,302 (X1) – 23,643 (X2) + 19,661 (X3) – 20,478 (X4) – 0,130 (X5)indicate that the production factors; the lamp capacity is directly and significantly influenced on fishery catch, whereas the amount of the fuel is directly and insignificantly influenced on fishery catch.Keywords:Lift-nets, Optimization, Composition, Production factor ABSTRAKProvinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Salah satu pemanfaatan potensi perikanan adalah dengan pengoperasian bagan apung. Sampai saat ini belum diketahui faktor apa yang mempengaruhi hasil tangkapan ikan pada bagan apung. Informasi mengenai faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan bagan apung dibutuhkan agar kegiatan operasi penangkapan dapat berjalan dengan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unit penangkapan bagan apung, komposisi hasil tangkapan, dan faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2017 bertempat di Perairan Krueng Raya, Aceh Besar. Data diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada setiap pawang bagan apung yang berjumlah 30 orang. Unit penangkapan dan komposisi hasil tangkapan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, sedangkan faktor produksi hasil tangkapan dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa bagan apung terdiri dari beberapa unit penangkapan yaitu kapal pengangkut, rumah bagan ditopang oleh 2 perahu yang pada bagian atasnya terdapat rumah bagan sebagai tempat istirahat nelayan dan lantai rumah bagan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, nelayan terdiri dari pawang, juru masak dan ABK, sedangkan alat bantu penangkapan terdiri dari lampu, roller, serok, genset, dan keranjang. Komposisi hasil tangkapan pada bagan apung adalah ikan teri, ikan kembung, ikan layang, dan ikan tongkol. Hasil analisis regresi didapatkan persamaan fungsi linier berganda,Y = -498,667+ 5,302 (X1) – 23,643 (X2) + 19,661 (X3) – 20,478 (X4) – 0,130 (X5) yang menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh nyata secara signifikan terhadap hasil tangkapan adalah kapasitas wattlampu dan faktor produksi yang berpengaruh nyata namun tidak signifikan terhadap hasil tangkapan adalah jumlah BBM.Kata kunci: Bangan apung, faktor produksi, optimalisasi
TINGKAT KEPUASAN PEMILIK KAPAL TERHADA PELAYANAN DOKUMEN PERIZINAN BERLAYAR DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) SAWANG BA’U ACEH SELATAN Nur I. Sari; Alvi Rahmah; Ratna M. Aprilia; Muhammad Irham; Edy Miswar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 5, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK     Dokumen-dokumen perizinan berlayar sangat penting diperhatikan untuk mencegah terjadinya aktivitas penangkapan ikan yang ilegal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses pelayanan dokumen perizinan berlayar di PPI Sawang Ba’u dan menilai tingkat kepuasan pemilik kapal terhadap kualitas pelayanan penerbitan dokumen perizinan berlayar di PPI Sawang Ba’u. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2019 bertempat di PPI Sawang Ba’u. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling dengan respondennya adalah pemilik kapal. Pengolahan data menggunakan analisis Chi-Square dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan 5 variabel yang diuji (buktifisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan keamanan dan kepedulian), yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pemilik kapal adalah variable bukti fisik (p-0,0100,05), kehandalan (p-0,0240,05) dan daya tanggap (p-0,0210,05).Kata kunci: Aceh Selatan, kepuasan pemilik kapal, kualitas pelayanan, PPI Sawang ABSTRACT     Sailing licensing documents is of particular interest to prevent illegal fishing activities. This study aims to identify the service process licensing documents to sail in PPI Sawang Ba'u and assess the level of satisfaction of the shipowner to quality publishing services licensing documents Sawang Ba'u sailing in PPI. This study was conducted in June 2019 at Fish Landing Base Sawang Ba'u. The sampling technique is purposive sampling with the respondent is the owner of the vessel. Processing data using Chi-square analysis using SPSS. The result showed that based on 5 variables (physical evidence, reliability, responsiveness, security, and care) that had a significant effect on fisherman satisfaction were physical evidence variables (p-0.0100.05), reliability (p-0.0240.05) and responsiveness (p-0.0210.05).Keywords: quality of service, satisfaction ship owner,  Sawang Ba'u, South Aceh
PEMETAAN LOKASI PENANGKAPAN IKAN BERDASARKAN HASIL IDENTIFIKASI LOKASI TERUMBU KARANG DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN PANGLIMA LAOT LHOK LHOK KRUET, ACEH JAYA Ammar Imstiyaz; Edy Miswar; Muhammad Irham
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 4, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTAceh province is one of the areas that has considerable potential in the field of fisheries catch that must be put to their best. Lack of knowledge of the regional fisheries being one part is important for fishermen to increase the catch. One of the potential utilization of fisheries is to map out areas that are considered as the area of fisheries so as to assist fishermen in fish catching operations. Panglima Laot is the highest institution of customary sea, who have authority in the management of territorial zone and the fisheries in the province of Aceh. This research aims to define and mapping spot fishing in fisheries management region Panglima Laot Lhok Lhok Kruet Subdistrict Sampoinet Aceh Jaya Regency. The research was conducted in december 2017 and the collection of research data is done using the method of survey by way of direct observation. Data retrieval is done by boat as well as 5GT GPS and Fishfinder. The data obtained in the form of point coordinates of the coral has been marked using the GPS and Fishfinder is seen through. The data collected in the sport use applications of geographic information systems (GIS) to get clearly spot fishing in the form of thematic maps. From the results of this study show that in the area of management of fisheries Panglima Laot Lhok Lhok Kruet reef point there were 28 alleged spot fishing and more dominant scattered around the Raya Island. 13 of 28 points was the location of potential fishing because there are coral and fish.Keywords: Spot Fishing, Panglima Laot Lhok Lhok Kruet, Geographic Information System (GIS). ABSTRAKProvinsi Aceh adalah salah satu daerah yang memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan tangkap yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kurangnya pengetahuan daerah penangkapan ikan menjadi salah satu bagian penting bagi nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapan. Salah satu pemanfaatan potensi perikanan adalah dengan memetakan wilayah yang dianggap sebagai daerah penangkapan ikan sehingga dapat membantu nelayan dalam melakukan operasi penangkapan ikan. Panglima Laot merupakan lembaga adat tertinggi yang memiliki kewenangan dalam pengelolaan wilayah perairan dan hasil perikanan di Provinsi Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan memetakan Spot Fishing di Wilayah Pengelolaan Perikanan Panglima Laot Lhok Lhok Kruet Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya. Penelitian dilakukan pada desember 2017 dan pengumpulan data penelitian dilakukan menggunakan metode survey dengan cara observasi langsung. Pengambilan data dilakukan dengan boat 5GT serta alat GPS dan Fishfinder. Data yang didapat berupa titik koordinat karang yang telah ditandai menggunakan GPS dan dilihat melalui Fishfinder. Data yang terkumpul di olah menggunakan aplikasi sistem informasi geografis (SIG) untuk mendapatkan gambaran secara jelas Spot Fishing dalam bentuk peta tematik. Dari hasil penelitian ini menujukkan bahwa di Wilayah Pengelolaan Perikanan Panglima Laot Lhok Lhok Kruet terdapat 28 titik karang yang diduga sebagai Spot Fishing dan dominan lebih tersebar di sekitaran Pulau Raya dari 28 titik adalah lokasi potensial penangkapan ikan dikarenakan terdapat karang dan ikan.  Kata Kunci: Lokasi Penangkapan Ikan, Panglima Laot Lhok Lhok Kruet, Sistem Informasi Geografis (SIG).
Kajian Aspek Sosial dan Ekonomi Terhadap Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Laut Berbasis EAFM (Ecosystem Approachto Fisheries Management) di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Dhea Natasya; Edy Miswar; Muhammad Irham
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.308 KB)

Abstract

ABSTRACT       Ecosystem management of coastal and marine resources based on social economic aspect in EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management) is one of balancing between fisheries management on fisherman's welfare. There is still a lack of community participation of fishermen on the importance of economic development as well as existing social conflicts. So far the attention to the development dimensions of the social and economic development stage has begun to become the attention of the local government. This study aims to review and assess economic and social domain indicators based on EAFM. The study was conducted from January to February 2018 located in Lampulo sub-district of Kuta Alam-Banda Aceh, Kampung Jawa, Aceh Province. Method of data retrieval is using primary data (interview and questionnaire) and secondary data (from related institution). Sampling using purposive sampling method with 15 respondents. Data analysis used ordinal-based likert score 1,2,3 to each indicator such as; economic domain, fishery household income (RTP), saving ratio and asset ownership, and social domain which is stakeholder participation, fishery conflict and local knowledge in management of fish resources. The overall average indicator scores is 2. The management of coastal and marine resources ecosystems in Banda Aceh city conducted precisely in Kampung Jawa, Lampulo village. The result showed that economic domain is classified with the acquisition of composite value 53.33, and social domain is classified very well with the composite value of 88 , 88.Keyword: EAFM; Social-Economic Domain; Fisheries Management ABSTRAK       Pengelolaan ekosistem sumberdaya pesisir dan laut berdasarkan aspek ekonomi sosial dalam EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management) adalah salah satu penyeimbang antara pengelolaan perikanan pada kesejahteraan nelayan. Masih kurangnya partisipasi masyarakat nelayan terhadap pentingnya perkembangan ekonomi serta konflik sosial yang ada. Sejauh ini perhatian terhadap perkembangan dimensi tahap pembangunan sosial dan ekonomi sudah mulai menjadi perhatian pemerintah daerah setempat.Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan menilai indikator domain ekonomi dan sosial berbasis EAFM. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2018 yang bertempat di Lampulo Kecamatan Kuta Alam-Banda Aceh, Kampung jawa, Provinsi Aceh.Metode pengambilan data yaitu menggunakan data primer (wawancara dan kuesioner) dan data sekunder (dari instansi terkait). Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan 15 responden. Analisis data menggunakan skor likert berbasis ordinal 1,2,3 terhadap masing-masing indikator yaitu domain ekonomi, pendapatan rumah tangga perikanan (RTP), rasio tabungan, dan kepemilikan aset serta domain sosial yaitu partisipasi pemangku kepentingan, konflik perikanan dan pemanfataan pengetahuan lokal dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Rata-rata indikator memperoleh skor 2. Pengelolaan ekosistem sumberdaya pesisir dan laut di kota Banda Aceh ini tepatnya wilayah kampung Jawa, Lampulo pada domain ekonomi tergolong sedang dengan perolehan nilai komposit 53,33 serta tergolong sangat baik pada domain sosial dengan perolehan nilai komposit sebesar 88,88.Kata kunci: EAFM; Domain sosial-ekonomi; pengelolaan perikanan
KAJIAN POLA GERAK LOBSTER TERHADAP LINTASAN BUBU LIPAT SKALA LABORATORIUM Suheri Suranta; Edy Miswar; Ratna M. Aprilla
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT     Lobster (Panulirus sp) is one of the water commodities that has a high selling value. One of the capture equipment used for catching the lobster is pot trap (trap). Pot trap usually uses natural bait like a trash fish because it is cheap, easy to obtain and still has good freshness. The appropriate use of feed, operating time, and slope of pot trap construction can be improve the efficiency of the catching. Therefore, this study aims to know the pattern of motion and speed creeping lobster against the entrance of pot trap with a slope of 450. The study was conducted in December 2017 untill January 2018 at the Marine Biology Laboratory, Faculty of Marine and Fisheries, Syiah Kuala University. Data collection is done by direct observation and with the help of HP camera to record motion patterns as well as the speed of the lobsters past the entrance frames of pot trap and analysis with a comparative descriptive method. The results obtained during the study, there is diversity of patterns and speeds because of the difference in the weight of lobster with a weight of 100-210 g. Slope at the entrance of pot trap folding will cause different motion patterns in each lobster. This is because the lobster has a difference in the speed of climbing wall traps with certain angles. The number of breakpoints also resulted in increased time crawling in lobster. Different distances and travel times produce different speeds and make a different picture of the pattern. 450 slope provides a simple trajectory pattern with an average length is 25.93 cm, average travel time is 103.8 seconds, and an average speed is 0.33 cm/sec.Keywords: Lobster (Panulirus sp), slope of entrance, pot trap, motion patterns, speed creeping ABSTRAK     Lobster (Panulirus sp) merupakan salah satu komoditi perairan yang mempunyai nilai jual tinggi. Salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap lobster adalah bubu lipat (trap). Alat tangkap bubu lipat biasanya menggunakan umpan alami berupa ikan rucah karena harganya murah, mudah diperoleh dan masih memiliki kesegaran yang baik. Penggunaan umpan, waktu pengoperasian, dan kemiringan konstruksi bubu lipat yang sesuai dapat meningkatkan efesiensi penangkapan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola gerak dan kecepatan merayap lobster terhadap lintasan masuk bubu lipat dengan kemiringan 450. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2017-Januari 2018 di Laboratorium Biologi Laut, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung dan dengan bantuan kamera hp untuk merekam pola gerak serta kecepatan lobster melewati frame lintasan masuk bubu lipat dan di analisis dengan metode deskriptif komparatif. Hasil yang diperoleh selama penelitian, didapat keragaman pola dan kecepatan karena adanya perbedaan pada berat lobster dengan bobot 100-210 g. Kemiringan pada pintu masuk bubu lipat akan menyebabkan pola gerak yang berbeda-beda pada setiap lobster. Hal ini disebabkan pada lobster yang memiliki perbedaan dalam kecepatan memanjat dinding perangkap dengan sudut tertentu. Banyaknya titik henti juga mengakibatkan bertambahnya waktu merayap pada lobster. Jarak dan waktu tempuh yang berbeda menghasilkan kecepatan yang berbeda pula dan membuat gambaran pola yang berbeda. Kemiringan 45o memberikan pola lintasan yang sederhana dengan panjang lintasan rata-rata 25,93 cm, waktu tempuh rata-rata 103,8 detik, dan kecepatan rata-rata 0,33 cm/detik.Kata Kunci : Lobster (Panulirus sp), kemiringan pintu masuk, bubu lipat, pola gerak, kecepatan merayap.
PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN ALAT TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN PANGLIMA LAOT LHOK - LHOK KRUET ACEH JAYA Muhammad Fajar Ilham; Edy Miswar; Alvi Rahmah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPemetaan wilayah merupakan proses yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang bertujuan untuk mengelompokkan sebuah wilayah berdasarkan keadaan sebenarnya dan menyajikan ke dalam bentuk peta. Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan pesisir yang letaknya berdekatan dengan Samudera Hindia menjadikan wilayah ini menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya laut yang besar. Dalam melindungi kekayaan lautnya, Kabupaten Aceh Jaya juga memiliki petugas kearifan lokal atau yang lebih dikenal dengan nama Panglima Laot. Atas dasar ini perlu kiranya memetakan wilayah pengelolaan perikanan berdasarkan kearifan lokal dan memberikan informasi melalui sebuah peta yang mana menyelaraskan penggunaan alat tangkap dengan aturan kearifan lokal yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis penggunaan alat tangkap pada wilayah pengelolaan Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet dan memetakan alat tangkap pada wilayah pegelolaan perikanan panglima laot lhok yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung dilapangan. Hasil penelitian menyatakan tedapat 4 (empat) jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Lhok Kruet yaitu bagan rakit, pancing ulur, pancing rawai dan jaring insang. Dalam penggunaan jenis alat tangkap yang dipakai memiliki wilayah operasi penangkapan masing-masing dan memilki aturan dalam penggunaannya dan jika ada yang melanggar aturan maka ada pula sanksii yang akan diterima yang diberikan oleh Panglima Laot Lhok Kruet. Salah satu tugas Panglima Laot Lhok- Lhok kruet adalah sebagai pengawas dalam berjalannya kearifan lokal yang terjadi. Kata Kunci: Alat tangkap, Kearifan local, Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet  ABSTRACTMapping the region is a process which is done in collecting data that aims to classify a territory based on the actual state and presents into the shape of the map. Aceh Jaya Regency is one of the coastal area that is located adjacent to the Indian Ocean make this region became one of the areas that have the potential of marine resources. In protecting its wealth, Aceh Jaya Regency also has officers’ local wisdom or better known by the name of Panglima Laot. On this basis may need to map the region fisheries management based on local wisdom and provide information through a map which align the use of the fishing gears with the prevailing local wisdom rule. This study aims to describe the types of use of a fishing gears on the management of Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet and mapped the fishing gearson the region Panglima LaotLhok Lhok Kruet of the fisheries areas lhok kruet tailored to local wisdom. Data collection was done with interviews and direct observation in field. The research stated there is a four (4) types of fishing gearswhich is used by fishermen lhok kruet. Lift net, hand line, long line and gill nets. In the use of this type of fishing gearsused has an area of operation interception each and have the rules in its use and if anyone violates the rules then there are sanctions that will be received by warlord given laot. One of the tasks of Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet is as trustees in the passage of local wisdom happens. Keywords: Fishing gears, Local wisdom, Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet
Analysis of catches data collection system at Fish Landing Base (PPI) of Dumai Ratu Sari Mardiah; Sri Yenica Roza; Edy Miswar
Depik Vol 10, No 2 (2021): August 2021
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.334 KB) | DOI: 10.13170/depik.10.2.18565

Abstract

Data collection system in Fish Landing Base of Dumai was traditionally. Data written manually using books and collected by agents. This fact illustrates the weakness of the catch data collection system that occours. The effect is low data accuracy and requires a longer time in reporting. Data collection system based on technology will facilitate the process and important to do. The purpose of this study was to design a data collection system for fish catches landed at Fish Landing Base of Dumai. The research was conducted in February-June 2020 in Dumai city. The method used observation, interviews and literature review. Data analysis is used the process of analyzing data, literature review, analysis of existing systems, analysis of new systems and system design using data flow diagrams (DFD), entity relationship diagrams (ERD) and HIPO. System design starts from input, output and database design. The data design inputted is fishermen data, fishing gear, fish production and price of day, fish distribution, customer data and data employees. The output data are reports of user data, fishing gear specifications, fish production and fish distribution. The database is structured and presented using a flow chart. A technology-based of catch data collection system designed to improve the efficiency of the presentation of the reports needed for agencies.Keywords:Fish LandingDFDReportAgencies
Efektivitas penggunaan rumpon sebagai daerah penangkapan ikan di Perairan Pusong Kota Lhokseumawe Makwiyah A. Chaliluddin; Ratna M. Aprilla; Junaidi M. Affan; Abdullah A. Muhammadar; Heri Rahmadani; Edy Miswar; Firdus Firdus
Depik Vol 7, No 2 (2018): August 2018
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.342 KB) | DOI: 10.13170/depik.7.2.11322

Abstract

The existence of fish aggregating devices (FADs) in a waters is able to establish a new fishing ground that potential waters. FADs are able to attract the attention of the gathering of fishes and other aquayic organisms around it, increasing the density of fish around FADs can increase the chances of successful catching operation, and therefore the FADs has benefited significantly to increase the capture fishery production significantly. The purposes of the research were to evaluate the catching composition of purse seine production  using FADs and non FADs, and to examine the fectiveness of FADs. This research was conducted on February 1 - 28, 2018 located at Pusong Waters, Lhokseumawe City. The survey  method was used in this study. The direct sampling by following the fisherman in fishing activities was performed both the purse seine with FADs and no FADs. Total purse seine catches during the research were 4,320 kg consisting of Long Jawed Mackerel (Rastrelliger sp.) 1,280 kg (29.63%), Decapterus Fish ( Decapterus sp.) 350 kg (8,107%), skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) 845 kg (19.56 %), tuna fish (Euthynnus affinis) 720 kg (16.67%), Torpedo scad (Megalaspis cordyla) 300 kg (6.94%), Queenfish 140 kg (3.24%), and starry triggerfish (Abalistes stellaris) 685 kg (15.86%). It was concluded that the purse seine used FADs is more effective  compared to the a purse seine that does not use FADs.Keberadaan rumpon di suatu perairan mampu menarik perhatian berkumpulnya ikan dan organisme lain disekitarnya, sehingga dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi hasil tangkapan purse seine yang menggunakan rumpon dan purse seine yang tidak menggunakan rumpon, dan menilai efektivitas rumpon dalam mengumpulkan ikan. Penelitian ini dilaksanakan pada 01 - 28 Februari 2018 bertempat di Perairan Pusong, Kota Lhokseumawe. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu dengan mengikuti nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan, baik nelayan purse seine yang menggunakan rumpon dan nelayan purse seine yang tidak menggunakan rumpon. Data ikan hasil tangkapan yang diperoleh dihitung jumlah ikan hasil tangkapan dan diidentifikasi spesies ikan dan selanjutnya dibandingkan dengan hasil tangkapan nelayan yang menggunakan rumpon dan ikan hasil tangkapan nelayan yang tidak menggunakan rumpon. Total hasil tangkapan purse seine selama penelitian sebanyak 4.320 kg terdiri dari kembung (Rastrelliger sp.) 1.280 kg (29,63%), layang (Decapterus sp.) 350 kg (8,107%), cakalang (Katsuwonus pelamis) 845 kg (19,56%), tongkol (Euthynnus affinis) 720 kg (16,67 %), tegang ekor/tetengkek (Megalaspis cordyla) 300 kg (6,94 %), talang/daun bamboo (Scomberoides lysan) 140 kg (3,24%), dan ayam-ayam (Abalistes stellaris) 685 kg (15,86 %).  Dari kedua jenis kegiatan penangkapan ikan tersebut, maka purse seine menggunakan rumpon lebih efektif dibandingkan purse seine yang tidak menggunakan rumpon sebagai daerah penangkapan ikan.