Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Kajian Tingkat Pelapukan Batuan Menurut Toposekuen Di Daerah Aliran Sungai Tangsi Kabupaten Magelang ., Jamulya; Haryono, Eko
Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000)
Publisher : Majalah Geografi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.474 KB)

Abstract

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah a). mengetahui tingkat pelapukan batuan pada fiap bagian lereng pada toposekuen, dan b). mempelajari pengaruh toposekuen dalam mengontrol proses pelapukan di DAS Tangsi. Penelitian ini mengambil cuplikan batuan dan bahan lapukan (regolith) pada setiap bagian lereng mengikuli toposekuen. Cuplikan tersebut dianalisis di laboratorium yang meliputi; a). analisis granulometri, b). analisis volumetri, c). analisis mineral optik dan analisis difralcsi sinar X. Terdapat tujuh lokasi cuplikan yang dianalisis, yaitu puncak lereng atas; lereng- tengah, lereng bawah, dan dataran kaki- perbukitan dinudasional lereng Gunungapi Sumbing; serta lereng atas dan lereng bawah: perbukitan struktural Menoreh. Hasil penelitian menunjukkan bahrva batuan di daerah penelittan, baik di toposekuen perbukitan denudasional lereng Gunungapi Sumbing don lereng perbulatan struktural menoreh. didonsinasl deb breksi andesitig curah Julian rerata tahunan 3.416 mm, dan rerata temperature 22° C– 24,8° C. Tingkat pelapukan-batuan pada tiap bagian lereng pada toposekuen perbukitan denudasional gunungapi Sumbing;dan- perIndltan struktural Menoreh, tidak.menunjukkan kecenderungan berbedaan, bahkan cenderung sama. Tingkat pelapukan batuan belum lanjut, rlitandai dengan terbentuknya4entpung jenis haloisit atau kaolinit yang belum mengkristal sempurna. Berat volume bahan lapukan berkisar antara 0,795 hingga 1,287, tekstur lapukan gelith berdebu hingga geluh berlempung, persentase lempung 10,93% hingga 46,97%. Tingkat pelapukan batuan di flap bagian lereng di daerah penelitian tidak menunjukkan kecenderungan semakin lapuk.
Potential of Soil Bacteria as Mercury Bioremediation Agent in Traditional Gold Mining Winardi, Winardi; Haryono, Eko; Sudrajat, Sudrajat; Soetarto, Endang Sutariningsih
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 11, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.284 KB) | DOI: 10.15294/biosaintifika.v11i1.16688

Abstract

Mandor Village has developed as a tradisional gold mining area since years ago. It involved activities that have led to extreme land condition and the release of mining residues, i.e., mercury, to the soils. The study examined the potential of soil bacteria as mercury bioremediation agent based on their population and activity in former mines with different ages. The bacterial population was measured by isolating soil bacteria on solid media using the pour plate method, and the colonies were enumerated during the incubation. The Nutrient Agar (NA) medium was used to obtain the total population, whereas the Salt Base Solution (SBS) was to determine the presence of mercury-tolerant bacteria. The addition of HgCl2 affected the number of the colonies. The colony only grew until the concentration of HgCl2 reached 5 mg/l, and the total colony was larger in older mines. The observation of bacterial activity showed that biotransformation performance was lower when the concentration of mercury was the same as its natural presence in soils (0.1-0.5 mg/l) compared with higher mercury level (1 mg/l). The research showed that lower mercury concentrations in nature reduced the natural ability of bacteria to transform pollutants. This study provides information that can assist the development of a technological approach to control mercury pollution in former traditional gold mines in an environmentally friendly manner using indigenous soil bacteria.
Speleoclimate Monitoring to Assess Cave Tourism Capacity in Gelatik Cave, Gunungsewu Geopark, Indonesia Danardono, Danardono; Putra, Eko Bayu Dharma; Haryono, Eko; Nurjani, Emilya; Sunariya, Muhammad Iqbal Taufiqurahman
Forum Geografi Vol 32, No 2 (2018): December 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v32i2.6958

Abstract

Increased of the number of visitor at Gelatik Cave is a challenge in terms of cave management. In natural conditions, Caves are vulnerable with environmental changes especially microclimates condition. The change of microclimate inside the cave can destruct cave ornaments.Therefore, it is necessary to calculate the cave carrying capacity with microclimates as the main parameter. This research aims to (1) explore the daily variation of speleoclimate in Gelatik Cave Tourism and (2) analyze the cave tourism capacity in Gelatik Cave. Microclimate parameter that was measured in this research was temperature, relative humidity, and carbon dioxide inside the cave. Measurement of microlimate parameter was carried out automatically for 24 hours during peak season in December 2017 and low season in May 2018. Cave tourism capacity was measured using Lobo method (Lobo, 2015). The results showed that temperature, relative humidity, and carbon dioxide in the Gelatik Cave varry due to tourism activities. The most sensitive parameter is the carbon dioxide concentration inside the cave. The maximum of tourists allowed to visit Gelatik Cave is 76 visitors/ day during holidays and working days. Meanwhile, the maximum time of stay accepted for a particular area inside Gelatik Cave is 17 minutes 10 seconds during weekdays and 12 minutes 53 seconds during the holiday season.
SINTESA GEOMORFOLOGI ANTROPOSEN KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI KARANGSAMBUNG BAGIAN SELATAN Raharjo, Puguh Dwi; Haryono, Eko
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 20, No 2 (2020)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v20i2.27727

Abstract

Permukaan bumi mengalami perkembangan secara dinamis, tidak hanya pada perubahan jenis penggunaan lahan namun juga pada bentuklahan geomorfologi secara detail. Perubahan dinamis ini disebabkan adanya kebutuhan manusia mengenai lahan. Pulau Jawa memiliki fisiografi yang beragam, hal ini dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik dan pengangkatan wilayah serta erosi dan sedimentasi. Kawasan Karangsambung merupakan daerah dengan topografi perbukitan dan tersingkap banyak batuan yang merupakan bukti dari proses tektonik. Singkapan batuan yang banyak dan pada daerah yang realitif luas, mengakibatkan pertanian tidak dominan. Masyarakat cenderung memanfaatkan keberadaan lokasi sebagai tempat untuk penambangan. Penambangan yang dilakukan oleh masyraakat di Kawasan Karangsambung meliputi batuan-batuan yang dianggap memiliki fungsi komersil. Selain itu erosi dan sedimentasi yang tinggi memicu penambanggan pasir pada daerah pengendapan. Penambangan yang dilakukan dilakukan secara luas dan berangsur-angsur menyebabkan permasalahan lingkungan. Pada penelitian ini bertujuan mengetahui dampak dari aktivitas manusia terhadap kondisi alamiah di Kawasan Cagar Alam Karangsambung bagian selatan. Pendekatan keruangan menggunakan data citra penginderaan jauh sebagai identifikasi awal. Hasil yang diperoleh bahwa pada Kawasan Karangsambung terdapat 3 aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan bentuklahan, yaitu perubahan dari dataran aluvial menjadi dataran banjir dan ledok fluvial, perubahan sinuositas sungai akibat sedimentasi dan longsoran akibat pemotongan lereng, serta perubahan dari perbukitan intrusi diabas menjadi lahan rusak topografi datar. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan, sehingga diperlukan penanganan dari berbagai pihak.
In Situ Bioremediation Strategies for the Recovery of Mercury-contaminated Land in Abandoned Traditional Gold Mines in Indonesia Winardi, Winardi; Haryono, Eko; Sudrajat, Sudrajat; Soetarto, Endang Sutariningsih
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 12, No 3 (2020): December 2020
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v12i3.25229

Abstract

Traditional gold mining activities release mercury into the environment, creating a major concern for the Indonesian governments today. In situ bioremediation, which draws on the activities of indigenous soil bacteria for the recovery of mercury-contaminated land, has never been conducted intensively in the country. This research set out to determine the most efficient in situ bioremediation strategy for this purpose. It took place in Mandor Village, Landak Regency, Kalimantan Barat-Indonesia. During the experiment, four groups of sampling plots were made into triplicate and given various treatments: a. nutrient addition, b. aeration, c. pH neutralization, and d. without nutrient addition and aeration as a control. pH neutralization was conducted in all sampling plots by adding lime until soil pH of ±7 was achieved. The experiment was performed during both rainy and dry seasons to determine the influence of seasonal weather. Total mercury levels of each plot were measured on day 0, 30, 60, 90, and 120, and the effects of treatments and time on mercury depletion were analyzed by two-way ANOVA (P<0.05), followed by a post hoc test to identify the best treatment and optimum time for in situ bioremediation. The results showed that the best time to conduct this bioremediation was in the rainy season by applying nutrient addition and aeration for 90 days on soils with neutral pH; these stimulations could remove ±89.6% of the mercury. This bioremediation technique is a novel technological approach in land recovery that local governments can adopt to restore soils contaminated with mercury from traditional gold mining.  
Perbedaan Tingkat Perkembangan Karst Daerah Peralihan antara Basin Wonosari dan Karst Gunungsewu Diah, Husna; Adji, Tjahyo Nugroho; Haryono, Eko
Media Komunikasi Geografi Vol 22, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v22i1.30885

Abstract

Proses karstifikasi memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan bentuklahan karst. Pengetahuan tingkat perkembangan karst merupakan tolak ukur dalam suatu upaya pengelolaan karst. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan karst di daerah peralihan antara Basin Wonosari dan Perbukitan Karst Gunungsewu. Metode pengumpulan data dilakukan secara tidak langsung dengan interpretasi visual terhadap DEMNAS (Digital Model Elevation), foto udara tahun 1993 dan citra landsat dilakukan untuk memperoleh semua informasi morfologi dan data morfometri bentuklahan karst yang meliputi dolina, bukit karst, dan lembah karst. Hasil interpretasi tersebut disesuaikan dengan hasil pemotretan Unmanned Aerial Vehicel (UAV) dengan drone dan validasi lapangan dengan pengukuran morfometri dolina, bukit karst, lembah karst pada beberapa lokasi dengan teknik purposive sampling. Tingkat perkembangan karst dinilai dengan indeks cekungan, orde dolina dan tahapan perkembangan karst. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat perkembangan karst di daerah peralihan karst dan Perbukitan Karst Gunungsewu. Tingkat perkembangan karst pada daerah peralihan dikategorikan sebagai kawasan karst dengan perkembangan tahap muda atau dapat dikategorikan sebagai fluviokarst, sedangkan Kawasan Karst Gunungsewu sudah mengalami perkembangan karst dewasa atau dapat dikategorikan polygonal karst. Pemanfaatan dan pengelolaan karst harus dilakukan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam dan keberlangsungan proses karstifikasi.
Perubahan Kondisi Fisik Lahan Akibat Alih Fungsi Lahan Hutan Rawa Gambut Nusantara, Rossie Wiedya; Sudarmadji; Haryono, Eko; Djohan, Tjut S.
Jurnal Wana Tropika Vol 2 No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian STIPER Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5187.223 KB)

Abstract

.....................
Kajian Tingkat Pelapukan Batuan Menurut Toposekuen Di Daerah Aliran Sungai Tangsi Kabupaten Magelang Jamulya .; Eko Haryono
Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.474 KB) | DOI: 10.22146/mgi.6752

Abstract

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah a). mengetahui tingkat pelapukan batuan pada fiap bagian lereng pada toposekuen, dan b). mempelajari pengaruh toposekuen dalam mengontrol proses pelapukan di DAS Tangsi. Penelitian ini mengambil cuplikan batuan dan bahan lapukan (regolith) pada setiap bagian lereng mengikuli toposekuen. Cuplikan tersebut dianalisis di laboratorium yang meliputi; a). analisis granulometri, b). analisis volumetri, c). analisis mineral optik dan analisis difralcsi sinar X. Terdapat tujuh lokasi cuplikan yang dianalisis, yaitu puncak lereng atas; lereng- tengah, lereng bawah, dan dataran kaki- perbukitan dinudasional lereng Gunungapi Sumbing; serta lereng atas dan lereng bawah: perbukitan struktural Menoreh. Hasil penelitian menunjukkan bahrva batuan di daerah penelittan, baik di toposekuen perbukitan denudasional lereng Gunungapi Sumbing don lereng perbulatan struktural menoreh. didonsinasl deb breksi andesitig curah Julian rerata tahunan 3.416 mm, dan rerata temperature 22° C– 24,8° C. Tingkat pelapukan-batuan pada tiap bagian lereng pada toposekuen perbukitan denudasional gunungapi Sumbing;dan- perIndltan struktural Menoreh, tidak.menunjukkan kecenderungan berbedaan, bahkan cenderung sama. Tingkat pelapukan batuan belum lanjut, rlitandai dengan terbentuknya4entpung jenis haloisit atau kaolinit yang belum mengkristal sempurna. Berat volume bahan lapukan berkisar antara 0,795 hingga 1,287, tekstur lapukan gelith berdebu hingga geluh berlempung, persentase lempung 10,93% hingga 46,97%. Tingkat pelapukan batuan di flap bagian lereng di daerah penelitian tidak menunjukkan kecenderungan semakin lapuk.
RAINFALL VARIABILITY IN GUNUNGSEWU KARST AREA, JAVA ISLAND, INDONESIA Ahmad Cahyadi; Eko Haryono; Tjahyo Nugroho Adji; Margaretha Widyastuti; Indra Agus Riyanto; Dzakwan Taufiq Nur Muhammad; Naufal Fattah Tastian
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 8, No 1 (2021): Indonesian Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Agency for Standardization of Environment and Forestry Instruments

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2021.8.1.23-35

Abstract

Karst area is highly susceptible to changes to climate parameters. One of the parameters is rainfall variability. In addition to shaping the condition of water resources, rainfall in the Gunung Sewu karst area determines the nature of crop and livestock of the agriculture sectors―the local population's main economic activities, warranting the significance of the rainfall variability studies. Rainfall variability in karst areas also affects disaster conditions such as drought and floods. However, due to insufficient meteorological data in quality and quantity, there has been no rainfall variability studies conducted in this locality. The research intended to analyze rainfall variability in the Gunung Sewu karst area in 1979‒2013 by utilizing rainfall predictions from satellite images that many scholars had tested in different locations and recognized as having good quality. In the analysis, mean monthly rainfall was calculated, and the trends of annual rainfall and average rainfall intensity, dry and rainy seasons, the number of rainy days, and the effect of ENSO (El Niño Southern Oscillation) on rainfall were analyzed. The research data were 35 years of daily rainfall records derived from the National Centers for Environmental Prediction (NCEP) Climate Forecast System Reanalysis (CFSR). The analysis results showed that the mean rainfall, number of rainy days, and rainfall intensity had an increasing trend. Also, El Niño quantitatively influenced the rain in the Gunung Kidul karst area.
The present and the Archaic River Valley morphology and groundwater condition in the Plaosan Temple complex Central Java-Indonesia Eko Haryono; J. Susetyo Edy Y; Imam Fauzi; Didik S; Wahyu Broto R
Indonesian Journal of Geography Vol 36, No 2 (2004): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijg.2213

Abstract

The Plaosan Temple which was built during the eighth and tenth century AD is one of four temple complexes in the Prambanan area, Central Java-Indonesia. On going excavation in the temple complex discloses the occurrence of canals along the outer fences. The canals are eight meters wide and four meters deep. This article aims at reconstructing archaic river course and groundwater condition due to the construction of the canals. Aerial photo interpretation, excavation, ground water level measurement and valley morphology measurement reveal an anomaly of the nearest river in the temple complex. The river had seemingly been bypassed south-eastward to its tributary just before entering Plaosan Temple complex. Groundwater level dropped and its flow direction changed from nearly southward to south-eastward direction. These phenomena indicate that the canals were groundwater-discharged canals.