Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP SUSU KENTAL MANIS FRISIAN FLAG DAN OMELA DI LOTTE MART MALL PANAKKUKANG MAKASSAR Astati Astati; Rusni Rusni; Amriana Hifizah; Handayani Indah Susanti; Muh. Sakir
Teknosains Vol 16 No 1 (2022): Januari-April
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v16i1.26511

Abstract

Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya kebutuhan minuman dan makanan bergizi membuka peluang bagi perusahaan komoditi peternakan terutama komoditi susu, yangmana sangat dibutuhkan oleh banyak orang selain harganya terjangkau dan mudah dikonsumsi. Saat ini banyak sekali bermunculan merek susu dengan berbagai rasa, desain, dan memberikan kualitas yang bagus dan harga yang cukup bersaing, diantaranya susu kental manis Frisian Flag dan Omela. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap Frisian Flag dan susu kental manis Omela di Lotte Mart Mall Panakkukang Makassar. Pengumpulan data dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Februari sampai Maret 2020. Hasil penelitian dianalisis menggunakan ukuran sikap multiatribut Fishbein, yaitu Ao = bi x ei, dimana: Ao (sikap terhadap susu kental manis), bi (kekuatan keyakinan terhadap susu kental manis), misalnya kandungan nutrisi, dengan atribut i (rasa, harga, kesesuaian, kemasan, merek, kandungan nutrisi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan enam atribut yang dievaluasi, merek dan kandungan gizi memiliki skor sikap tertinggi. Kepercayaan responden terhadap atribut merek dan kandungan gizi susu kental manis Omela memiliki skor sikap yang lebih tinggi daripada Frisian Flag. Artinya konsumen setuju dengan atribut susu kental manis Omela dibandingkan dengan susu kental manis Frisian Flag.
IN VITRO PHOSPHORUS SOLUBILITY TEST OF DIFFERENT SOURCES OF PHOSPHORUS A. Hifizah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Vol. 1 No. 2 (2011)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.264 KB) | DOI: 10.20956/jitp.v1i2.665

Abstract

The solubility of P from different P supplements was measured with in vitro procedures, using three different tests, which were water solubility, citric acid solubility and acid (0.1M HCl) solubility. Water solubility and citrate solubility were common tests used by the fertiliser industry and acid solubility was a new test developed to mimic conditions within the digestive tract. There were five samples used: Lomon MDCP, Duchess RP, Kynofos, meat meal and MSOP. A separate test was done with the acid solubility test to examine the effect of time of incubation on inorganic P solubilised. The highest total P (%) was with Lomon MDCP (21.6%) and the lowest was in meat meal (5.5%). Duchess RP and meat meal had lowest solubility for all three tests. The statistical analysis showed that solubility depended on source of P and type of solution, with a significant interaction between P sources and type of solution (P<0.001). Solubility in 0.1M HCl increased with time incubated in all samples. Duchess RP and Meat Meal had lowest solubility at all time points but had reached 74 and 83% solubility respectively at 1 hr of incubation. pH value of all samples in acid solution ranged from 1.37 – 1.48. Solubility depended on source of P and time of incubation in 0.1M HCl with a significant interaction between P sources and time of incubation (P<0.001). The results indicated that all of the P sources used in this experiment were highly solubilised in dilute acid (0.1 M HCl) and so can be used as P supplements for animals if it is assumed that the 0.1 M HCl test mimics conditions within the digestive tract.
REVIEW : PERBANDINGAN KUALITAS TELUR AYAM RAS DI BERBAGAI NEGARA Anas Qurniawan; Suci Ananda; Amriana Hifizah; Irmawaty Irmawaty; Nurfaisah Baharuddin
Jurnal Peternakan (Jurnal of Animal Science) Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Peternakan ( Jurnal Of Animal Science )
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jac.v6i2.7201

Abstract

Telur ayam ras merupakan produk pangan asal ternak yang memiliki nilai nutrisi tinggi, sehingga telur ayam ini sudah menjadi suatu kebutuhan yang tidak terpisahkan bagi konsumen. Pemenuhan kebutuhan konsumen yang tinggi ditandai dengan pesatnya industri telur ayam ras diberbagai banyak negara. Sehingga industri tersebut bersaing tidak hanya penilaian berat telur, melainkan memberikan kualitas telur yang baik. Kualitas telur merupakan indikator yang mengacu pada standar kualitas eksterior telur dan kualitas interior telur, selain itu kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas eksterior dan kualitas interior. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan perbandingan kualitas eksterior dan interior telur diberbagai negara. Penelitian dimulai dengan menganalisis pemasaran telur, kebutuhan konsumen dan kualitas telur, kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan literatur terkait, dan menganalisa data dari literatur yang didapat. Standar kualitas telur pada bagian eksterior khususnya pada ketebalan cangkang Saudi Arabia paling tipis yaitu 0,04 mm sementara negara negara lain hampir sama yaitu kisaran 0,2 – 0,4 mm. Kerabang telur yang tipis memiliki pori-pori yang banyak dan besar hal ini menimbulkan penguapan yang cepat sehingga mempercepat penurunan kualitas telur. menunjukkan persentase berat cangkang dari berbagai negara 9 – 15 %, berat cangkang berbagai negara beratnya hampir sama yaitu kisaran 5 – 9 gram dan rata rata berat telur berbagai negara 58 gram – 61 gram. Menurut (Badan Standarisasi Nasional, 2008) bobot/berat telur dengan kategori besar (> 60 g) pada negara Saudi Arabia, China, dan Brazil. Kategori sedang (50 g – 60 g) pada negara Colombia, Japan, Mesir dan Indonesia. Selanjutnya pada bagian interior telur khususnya pada warna yolk skor menunjukkan China memiliki nilai skor tertinggi yaitu 13 sementara terendah ada pada negara Saudi Arabia yaitu mencapai angka 5. Persentase yolk diukur untuk mengetahui rasio yolk terhadap berat telur dalam satuan persen. Berat yolk diukur dengan menimbang yolk telur setelah dipisahkan dengan albumin telur. menunjukkan kondisi berat yolk diberbagai negara yang memiliki rata 26 % - 29 %, berat albumin pada berbagai negara memiliki rata – rata 29 gram hingga 40 gram. Persentase albumin diukur untuk mengetahui rasio albumin terhadap berat telur dalam satuan persen. Haugh unit merupakan korelasi antara tinggi putih telur dengan berat telur dan menunjukkan nilai haugh unit telur ayam ras dari berbagai negara berdasarkan grade score yang dikeluarkan oleh (United States Department of Agriculture, 2000) grade AA (diatas 72.0) adalah Colombia, China, Mesir, Indonesia dan Brazil. Grade score A (60-71,9) adalah Saudi Arabia. Grade score B (31-59,9) adalah Japan. Kesimpulan dari tulisan ini bahwa kualitas eksterior dan interior telur konsumsi ayam ras memiliki kualitas yang hampir sama pada berbagai negara.
Pengaruh Pemberian Daun Pepaya (Carica Papaya L) terhadap Income Over Feed Cost (IOFC) dan Pertambahan Berat Badan pada Ayam Buras (Gallus Gallus domesticus): The Effect of Giving Papaya Leaves (Carica Papaya L) on Income Over Feed Cost and Wight Gain in Free-Range Chicken (Gallus Gallus domesticus) Wahyuddin; Suci Ananda; Amriana Hifizah; Muhammad Arsan Jamili; Khaerani Kiramang
Anoa: Journal of Animal Husbandry Vol 2 No 1 (2023): Februari
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/anoa.v2i1.35157

Abstract

In raising free-range chickens, there are obstacles that must be considered in maintenance, namely the length of time of maintenance related to the cost of feed, so other alternatives are needed that can be used to overcome this problem, one of which is by using papaya leaves. This study determined the effect of giving papaya leaves (Carica papaya L) on Income Over Feed Costs and average daily gain on Kampung KUB chicken (Gallus gallus domesticus). This study used a Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. The treatment consisted of P0 (Control Treatment); P1=Commercial feed + 2% papaya leaf powder); P2=Commercial feed+4% papaya leaf powder); P3 = Commercial feed + 6% papaya leaf powder) P4 = Commercial feed + 8% papaya leaf powder). The variables observed in this study are Income Over Feed Cost and average daily gain. The data obtained is analyzed using analysis of variance from RAL and followed by Duncan's test if the results are significant. The results showed that by giving papaya leaf powder (Carica papaya L) in free-range chicken rations the results did not have a significant effect (P>0.05) on Income Over Feed Cost (IOFC) with the treatment P0 19,307, P1 20,070, P2 18,808, P3 18,798, P4 18,506 and average daily gain (PBB), for giving flour the best papaya leaf is given at a concentration of 2% compared to a concentration of 8% papaya leaf flour with the treatment P0 172,45, P1 174,46, P2 169,44, P3 173,89, P4 171,52. The conclusion of the study was that giving papaya leaf powder (Carica Papaya L) in KUB chicken rations did not have a significant effect (P>0.05) on Income Over Feed Cost (IOFC) and Weight Gain, however, it did have a good effect on Income Over Feed Cost (IOFC) and Weight Gain can be seen from the average results because these alternative feeds can make feed costs efficient during maintenance.
Pengaruh Faktor Sosial terhadap Pengelolaan Ternak Sapi Potong di Desa Kampili, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa: The Effect of Social Factors on Beef Cattle Management in Kampili Village, Pallangga District, Gowa Regency Astati; Mursidin; Amriana Hifizah; Anas Qurniawan; Muhammad Basir Paly; A. Mustika Abidin; Fitri Handayani
Anoa: Journal of Animal Husbandry Vol 2 No 1 (2023): Februari
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/anoa.v2i1.35543

Abstract

The beef cattle rearing business is one of the businesses that can be used as a source of livelihood for people in rural areas. The benefits of cattle for human life can be classified into economic, nutritional fulfillment and socio-cultural aspects. This study aims to determine the influence of socioeconomic factors on beef cattle management in Kampili Village, Pallangga District, Gowa Regency. This research was conducted in Kampili Village, Pallangga District, Gowa Regency from September to October 2020. This type of research is descriptive quantitative, which is a type of research that explains the influence of socioeconomic factors on the management of beef cattle. Simple random sampling of 42 breeders. The results of multiple linear regression analysis shows that the family environment and community environment affect the management of beef cattle in Kampili Village, Pallangga District, Gowa Regency. Meanwhile, social status has no effect on the management of beef cattle in Kampili Village, Pallangga District, Gowa Regency. Based on this, people in general run beef cattle businesses because of family environmental factors and the community environment not to get higher appreciation from people who do not run this business.
4. Characteristics Of Some Potential Forages In Indonesia In Reducing Methane (Ch4) Emission From Ruminants: Benefits And Limitations Amriana Hifizah
The International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research Vol 1, No 1 (2016): Vol. 1 (1) May 2016
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.591 KB) | DOI: 10.21157/ijtvbr.v1i1.5078

Abstract

Animal production can be more efficient and also sustainable if we reduce CH4 production from ruminal fermentation. One option is to find alternative forages that modify rumen fermentation. CH4 is not only harmful the environment but also means loss to the animals. All of the aspects of the issue is related to the condition of ruminant’s farm in Indonesia. Some other forages that are mainly fed as protein source to ruminants, are: cassava leaves, sweet potato leaves, soya bean leaves, tofu waste, leaves of Artocarpus heterophyllus, Musa paradisiaca L, Ipomea batatas. Roughage sources are hays of Panicum maximum, Pennisetum purpureum, and Setaria sphacelata and the concentrate sources mainly corn, rice bran and cassava waste, and corn cobs. However, there are very limited studies in finding alternative forages that can both increase animals productivity and also reduce CH4 production. Only forages relevant to Indonesia that have been studied in vitro is reviewed in this article, about its potential in reducing CH4 production from rumen fermentation. Even though some forages reduce CH4, it could negatively influence digestibility, hence less productivity. Some studies indicated that it was due to the fat content of the forage while others indicated that the concentration of the bioactive compounds such as condensed tannin influence the side effect of low CH4 ruminal production.
Efektifitas Daun Sembung (Blumea balsamifera) Sebagai Feed Aditif Bagi Ternak: Effectiveness of Sembung Leaf (Blumea balsamifera) as a Feed Additive for Livestock Amriana Hifizah; Yurio Yusuf; Anas Qurniawan; Astati Astati
Anoa: Journal of Animal Husbandry Vol 2 No 2 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/anoa.v2i2.39452

Abstract

Blumea balsamifera (sembung) is a type of herbal plant that grows wild and has a bioactivity function for livestock. This study aims to find out how the effect of adding sembung leaf flour (Blumea balsamifera) has on the performance and digestive profile of broiler organs. This study was designed using a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications for each treatment, where the treatments were: P0 (Control); P1 (Commercial Feed + 3% Sembung flour); P2 (Commercial Feed + 4% Sembung flour); P3 (Commercial Feed + 5% sembung flour). The parameters observed in this study were performance which included feed consumption, body weight gain (PBB), feed conversion ratio (FCR) and profile which included the proportion of weight and length of digestive organs. Processed data were analyzed using analysis of variance from RAL and continued with Duncan's test if the results were significant. The B.balsamifera supplementation treatment at the 3% level indicated better body weight gain and ration conversion compared to other treatments. Giving B. balsamifera to a level of 5% in broiler feed does not have an adverse effect on broiler performance and the profile of their digestive organs.
Profil Organ Dalam Broiler Dengan Penambahan Probiotik Effective Microorganism-4 (EM-4) Dalam Air Minum Suci Ananda; Amriana Hifizah; Khaerani Kiramang; Muhammad Arsan Jamili; Andi Mutmainna; Rismawati
Journal of Livestock and Animal Health Vol. 6 No. 1 (2023): February
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32530/jlah.v6i1.8

Abstract

Probiotik adalah salah satu feed Additif yang di dalamya terkandung sebuah mikroorganisme yang memiliki fungsi dalam mengontrol komposisi bakteri dalam menekan jumlah bakteri merugikan dalam saluran pencernaan agar mampu menambah nilai daya cerna serta penyerapan nutrisi yang ada di saluran pencernaan pada unggas. Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui profil organ dalam ayam broiler dengan pemberian probiotik Effective Microorganism-4 (EM-4) di dalam air minumnya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah Perlakuan sebanyak 4 dan ulangan sebanyak 3 kali, tiap unit terdiri dari 3 ekor ayam sehingga total ayam yang dipergunakan yaitu 36 ekor. Adapun perlakuan yang diberikan adalah yaitu P0= Ransum tanpa probiotik (Perlakuan Kontrol), P1= Ransum + EM4 1 ml/ liter air minum/ hari, P2= Ransum + EM4 1,5 ml/ liter air minum/ hari, P3= Ransum + EM4 2 ml/ liter air minum/ hari. Durasi penelitian ini adalah selama 35 hari. Variabel yang diuji pada penelitian ini yaitu bobot relatif hati, proventrikulus, ventrikulus, bobot relatif segmen usus halus (duodenum, jejenum dan ileum) dan persentase panjang segmen usus halus (duodenum, jejenum dan ileum). Hasil penelitian menunjukkan dengan penambahan EM-4 dalam air minum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot relatif hati, proventikulus, ventrikulus, segmen usus halus (duodenum, jejenum, dan ileum) dan panjang relatif segmen usus halus (duodenum, jejenum dan ileum) namun, secara rerata terlihat peningkatan terhadap level yang berbeda. Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu dengan penambahan EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap profil organ dalam ayam broiler berupa bobot relatif organ tambahan (hati, proventrikulus dan ventrikulus), bobot dan panjang relatif segmen usus halus (duodenum, jejenum dan ileum).
Minat Peternak dalam Memasarkan Hasil Usaha Ternak Broiler di Kabupaten Gowa Astati; Hifizah, Amriana; Qurniawan, Anas
Tarjih : Agribusiness Development Journal Vol. 4 No. 01 (2024): VOLUME 04, NOMOR 01, JUNI 2024
Publisher : Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47030/tadj.v4i01.766

Abstract

Peternakan broiler memiliki potensi ekonomi yang besar. Usaha ini dapat memberikan keuntungan finansial, terutama jika dikelola dengan baik. Banyak peternak yang tertarik untuk memasarkan hasilnya karena potensi pendapatan yang menjanjikan dari penjualan broiler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat peternak dalam memasarkan hasil usaha ternak broiler di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2023 di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dengan sampel sebanyak 30 peternak dan menetapkan Desa Bone, Desa Bontosunggu, Desa Lempangang dan Desa Pabentengan sebagai lokasi penelitian. Jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Analisis data yang adalah deskriptif statistik, yaitu suatu analisis yang memberikan gambaran secara umum mengenai karakteristik dari masing-masing variabel penelitian. Penyajian data penelitian ini dalam bentuk distribusi frekuensi dan pengukuran dengan menggunakan skala likert. Setiap pernyataan dari indikator yang menggambarkan masing-masing variabel diberi nilai skor 1 sampai dengan 5 (sangat tidak setuju hingga sangat setuju). Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat peternak dalam memasarkan hasil usaha ternak broiler di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa berdasarkan permintaan ternak broiler, ketersediaan ternak broiler dan pendapatan berada pada kategori Tinggi, sedangkan ketersediaan modal berada pada kategori Cukup. Penelitian ini sangat bermanfaat untuk memberikan pandangan baru dan dalam pemasaran hasil ternak broiler, yang pada akhirnya dapat membantu meningkatkan kesejahteraan peternak.
Review: Manipulasi Pakan menggunakan Limbah Tanaman Perkebunan yang mengandung Metabolit Sekunder sebagai Agen Pereduksi Metana Hifizah, Amriana; Astati, Astati; Qurniawan, Anas
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 8, No 3 (2021): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.092 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v8i3.17269

Abstract

ABSTRAK Penelitian mengenai reduksi metana (CH4) pada ternak ruminansia semakin intens dilakukan mengingat efek emisi gas metana ke lingkungan lebih besar dibanding efek yang ditimbulkan oleh emisi gas karbondioksida (CO2). Selain itu gas metana yang dihasilkan juga mengindikasikan kehilangan gross energi bagi ternak. Salah satu alternatif untuk mengendalikan emisi gas metana pada ternak ruminansia adalah dengan manipulasi pakan menggunakan limbah hasil panen tanaman perkebunan. Makalah ini merupakan studi literatur mengenai pemanfaatan limbah perkebunan untuk mengendalikan produksi gas metana dalam rumen, Teknik memanipulasi pakan dengan mencampurkan pakan berkualitas rendah (limbah pertanian/perkebunan) dengan pakan berkualitas tinggi merupakan langkah praktis untuk diimplementasikan. Beberapa jenis limbah tanaman hortikultura yang menghasilkan produksi metana yang rendah dalam proses fermentasi di rumen antara lain daun dan batang pisang, daun jambu, daun sirsak, daun nangka. Rendahnya produksi gas metana biasanya berbanding lurus dengan produksi gas hasil fermentasi dalam rumen. Untuk tetap menekan produksi metana dalam rumen tanpa membahayakan kondisi rumen, maka teknik manipulasi pakan perlu diperhatikan. Persentase bahan asal limbah perkebunan yang umumnya mengandung serat kasar tinggi juga mengandung senyawa anti metanaogen, harus diimbangi dengan bahan penyusun lain dalam ransum misalnya yang kaya protein seperti lamtoro ataupun menggunakan dedak sebagai sumber karbohidrat mudah tercerna.  Total jenis dan jumlah kandungan senyawa sekunder dari semua bahan yang akan digunakan dalam ransum juga penting untuk dipertimbangkan untuk menghindari efek negatif dari senyawa sekunder yang berfungsi sebagai anti metanaogen tersebut.Kata kunci: metana, ruminansia, limbah pertanian, hortikulturaABSTRACT Over the last decades, there has been much research conducted in reducing methane emission from ruminants considering that is 23 times more potent than carbon dioxide, and that the amount of methane produced represents a significant loss in gross energy for the ruminants. One alternative solution is through feed manipulation using horticultural waste, such as banana plant leaf and stem, guava leaf, soursop leaf, and jackfruit leaf, in such a way that it can reduce methane production while maintaining the ruminant’s productivity. Additionally, utilizing such waste is cost-effective and beneficial to reduce environmental footprints. This paper is a literature review that describes the role of horticultural waste to suppress methane production without depressing the overall rumen condition. Generally, the low amount of methane production in the rumen is in line with the total gas production from the fermentation process in the rumen. To eliminate methane production without harmful rumen conditions, the percentage of the horticultural waste needs to be adjusted with the other feed sources that will be mixed. For example, a high protein legume, Leucaena or an easily digestible carbohydrate source, rice bran.  It requires further experiments before feeding it to the real animals to get the proper amount in the ration and to prevent the effect of the anti-microbial compounds or anti-methanogenic compounds that may or may not interfere with the fermentation process in the rumen.Keywords: methane, ruminants, agricultural waste, horticulture