Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

DIALEKTIKA INKLUSIVISME DAN EKSKLUSIVISME ISLAM KAJIAN SEMANTIK TERHADAP TAFSIR AL-QURAN TENTANG HUBUNGAN ANTARAGAMA Nurhadi, Rofiq; Hadi, Syamsul; I. M., Thoyib; Suhandano, Suhandano
Jurnal Kawistara Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Sekolah Pascasarjana UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.808 KB)

Abstract

Potentially, both inclusivism and exclusivism can emerge from Islam itself. To an extreme point, inclusive point of view underline the importance to apprecieate religious pluralism and to avoid truth claims. To the other extreme, exlusive point of view suspect and even reject pluralism and upholds truth claims. Islam may be presented by the two extremes, and it is not only because of defferent emphasis in reading the holy texts, but also because of defferent methodologies of interpretation being employed. This paper discusses different methodologi of interpretation that determinate significantly the meaning of dīn, millah and syarī’ah and how they are related. The one that uses the relation of synonymy avoid ta’ārud al-adillah reading (the dispute among axioms) so leads to inclusive comprehension. The other using the relation of hyponymy between din and syarī’ah leads to ta’arud reading, uses of nasikh wa al-mansūkh method (abrogation), and so leads to exclusive comprehension.
BASIS FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA, K.H.A. DAHLAN, DAN K.H. HASYIM ASHARI) Rofiq Nurhadi
Jurnal Pendidikan Surya Edukasi (JPSE) Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Pendidikan Surya Edukasi (JPSE)
Publisher : UM Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.106 KB) | DOI: 10.37729/jpse.v1i1.2853

Abstract

Penilitian ini difokuskan untuk menggali khasanah intelektual yang telah dihasilkan oleh para tokoh pendidikan nasional di masa yang lalu. Studi kepustakaan library research) ini menggunakan pendekatan historis sosiologis dengan sumber data diperoleh melalaui sumber literer, baik berupa sumber primer maupun sumber sekunder. Data yang diperoleh dari kedua sumber tersebut dikumpulkan dan diseleksi kemudian dibahas dengan menggunakan beberapa metode, yaitu metode interpretasi, metode induksi dan deduksi, koherensi intern, dan metode komparasi Dengan dipetakannya corak sistem pendidikan nasional menjadi tiga, yaitu corak nasionalis, agamis modernis dan agamis tradisionalis, maka dapat dihadirkan tiga tokoh untuk menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu Ki Hadjar Dewantara, K.H. Ahmad Dahlan, dan K.H. Hasyim As’ary. Hasil penelitian diketahui bahwa bila dilihat dari setting sosial munculnya pemikiran pendidikan ketiga tokoh adalah sama yaitu pemikiran pendidikan mereka berada dalam konteks penjajahan. Namun demikian mereka memiliki paradigma yang berbeda tentang bagaimana pendidikan itu seharusnya diselenggarakan. Ki Hadjar Dewantara melihat upaya merintis kemerdekaan dapat ditempuh melalui sistem pendidikan yang membebaskan. Dari sini muncul ide sistem among dalam pendidikan. K.H. Ahmad Dahlan melihat kebijakan politik Belanda dan sistem pendidikan yang ada tidak menguntungkan bagi upaya kebangkitan Islam dan pembebasan dari belenggu penjajahan, sehingga muncul ide modernisasi pendidikan Islam. K.H. Hasyim As’ary melihat modernisasi pendidikan ala Barat dapat memudarkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya Bangsa yang dapat mengendorkan semangat juang melawan penjajahan. Dari sini muncul semangat tradisionalisme. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara memiliki komitmen yang tinggi terhadap upaya peningkatan kwalitas sumber daya manusia dengan berbasis budaya bangsa sendiri serta sangat menekankan pada semangat nasionalisme, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan memiliki komitmen yang tinggi terhadap upaya kebangkitan Islam dari keterpurukan dan kemunduran umat. Sedang pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari sangat apresiatif terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang sangat menjujung tinggi moralitas.
SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN DALAM PERSPEKTIF DEMOKRATISASI Rofiq Nurhadi
Jurnal Pendidikan Surya Edukasi (JPSE) Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Pendidikan Surya Edukasi (JPSE)
Publisher : UM Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.094 KB) | DOI: 10.37729/jpse.v2i1.3181

Abstract

Pesantren sebagai lembaga pendidikan elitis yang diorientasikan  untuk melahirkan kelompok elit (pemimpin) agama cenderung melahirkan problem demokratisasi. Melalui kajian literatur dengan pendekatan filosofis mengenai  gaya kepemimpinan, kultur  dan model pembelajaran di pesantren  dapat disimpulkan bahwa problem utama bagi upaya demokratisasi sistem pendidikan pesantren adalah terletak pada dua faktor. Pertama adalah faktor teologis. Secara teologis agama yang dijadikan kerangka bagi pelaksanaan pendidikan pesantren cenderung melahirkan pendekatan indoktrinasi serta cenderung memunculkan mandat dan emosi keagamaan seperti otoriterisme dan pengukuhan identitas komunal. Kedua adalah faktor kultural yang diwarisinya dari lembaga semacam ini sebelum mengalami islamisasi. Besarnya otoritas kyai dan keluarganya menandai karakteristik kultur pesantren. Terhadap yang pertama maka pendekatan indoktrinasi perlu diimbangi dengan pendekatan-pendekatan yang menekankan pada proses. Untuk itu perlu dibedakan antara agama sebagai wahyu yang bersifat mutlak dan agama sebagai produk sejarah yang bersifat relatif. Kemutlakan hanya ada dalam ajaran Tuhan itu sendiri dan tidak pada tafsir yang bersifat historis tentang itu yang harus selalu bersifat relatif, terbuka dan plural. Adapan terhadap yang kedua demokratisasi dapat dibangun dengan meningkatkan partisipasi masyarakat pemiliknya dalam pengelolaan pesantren.
Suprasegmental Errors of Students with Javanese Mother Tongue: A Case at a Private Islamic University in Purworejo Semi Sukarni; Junaedi Setiyono; Rofiq Nurhadi
Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam Vol 25 No 2 (2020): Ta'dib
Publisher : Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/td.v25i2.6084

Abstract

This study was aimed to examine errors found in suprasegmentals, more specifically in word stress and intonation; and to explain the causes of errors made by the learners. The research samples were twenty of the first semester students who spoke Javanese as their mother tongue and who took Pronunciation subject. The instruments of the study were pronunciation test and focus group interview. The pronunciation test was used to get the data of suprasegmental errors, specifically in word stress and intonation. Meanwhile, the interview was used to get the data of the causes of errors. The data were analyzed by using descriptive statistics analysis and thematic analysis. The findings showed that there were 35.8 % errors in word stress and 40 % errors in intonation. Then, the source of errors occurred because of mother-tongue influence, target language or intralingua, learning strategy and learners' attitude. Other factors contributed to the errors were lack of practice and lack of exposure to the native speakers both in the classroom and outside the classroom
Pro-Kontra Naskh dan Mansūkh Dalam Al-Qur’ān (Sebuah Kajian Terhadap Prosedur Penyelesaian Ta’ārudl al-Adillah) Rofiq Nurhadi; Syamsul Hadi; Suhandono Suhandono; Thoyib Thoyib
Cakrawala: Jurnal Studi Islam Vol 10 No 1 (2015)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.785 KB)

Abstract

Naskh dan mansūkh merupakan salah satu metode pemecahan masalah ta’ārudl aladillah. Dalam kasus al-Qur’ān ia diperdebatkan eksistensinya oleh para ulama. Bisakah suatu ayat dihapuskan oleh ayat yang lain. Mungkinkah Allah dengan kemahatahuanNya menghapuskan ketetapanNya sendiri. Dari dialektika pro-kontra ini lahir sikap memperketat persyaratan terjadinya naskh mansūkh. Bila keluar dari persyaratan, maka nash-nash itu harus dikompromikan atau ditawaqufkan. Selain memperketat persyaratan juga mempersempit devinisi. Dimana takhshish dan taqyid dikeluarkan dari naskh untuk ditempatkan pada prosedur yang lebih awal dalam penyelesaian ta’ārudl al-adillah sebagai salah satu jalan dari berbagai jalan kompromi
Pendidikan Nasionalisme-Agamis dalam Pandangan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy'ari Rofiq Nurhadi
Cakrawala: Jurnal Studi Islam Vol 12 No 2 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.892 KB) | DOI: 10.31603/cakrawala.v12i2.1716

Abstract

Penelitian ini difokuskan untuk menggali khazanah intelektual yang telah dihasilkan oleh para tokoh pendidikan Indonesia di masa lampau mengenai hubungan antara nasionalisme dan agama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Historis-Sosiologis. Adapun analisis dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi, koherensi intern dan komparasi. Penelitian ini dimulai dari asumsi bahwa diantara penekanan dari berbagai khazanah pemikiran tokoh-tokoh pendidikan Indonesia masa lampau adalah penekanan pada semangat nasionalisme-agamis. Dari hasil kajian terhadap pemikiran K.H. Ahmad Dahlan, dan K.H. Hasyim Asy’ari diketahui bahwa meskipun setting sosial munculnya pemikiran pendidikan dua tokoh pendidikan ini sama yaitu konteks penjajahan, namun mereka memiliki paradigma yang berbeda tentang bagaimana pendidikan itu seharusnya diselenggarakan. K.H. Ahmad Dahlan melihat kebijakan politik Belanda dan sistem pendidikan yang ada waktu itu tidak menguntungkan bagi upaya kebangkitan Islam dan pembebasan dari belenggu penjajahan. Dari sini muncul ide modernisasi pendidikan Islam. K.H. Hasyim As’ary melihat modernisasi pendidikan ala Barat dapat memudarkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya Bangsa yang dapat mengendorkan semangat juang melawan penjajahan. Dari sini muncul semangat tradisionalisme. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan nasionalisme melalui pengembangan pendidikan Islam yang berkemajuan dan menghilangkan dikotomi antara santri dan non santri. Sedang pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan nasionalisme melalui pembangunan moral bangsa berdasar nilai-nilai agama Islam dan budaya bangsa.
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI LAHAN KERING MELALUI BUDI DAYA JAHE MERAH Zulfanita Zulfanita; Didik Widiyantono; Budi Setiawan; Muhamad Taufik; Rofiq Nurhadi; Agung Nusantoro; Sugeng Eko Putro Widoyoko; Agus Budi Santoso
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 2 (2022): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i2.8762

Abstract

ABSTRAKDi era mileneal saat ini dibutuhkan pemberdayaan masyarakat petani dalam berbagai aspek. Kelompok tani banyak didominasi oleh penduduk usia muda, sehingga dibutuhkan pemberdayaan sejak awal meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, kelembagaan dan jaringan pemasaran. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan upaya pemberdayaan di berbagai aspek berupa menambah pengetahuan dan skill, memperkuat kelembagaan, dan memberikan pendampingan dalam rangka ekspansi jaringan pasar khususnya dalam budidaya jahe merah. Metode program ini adalah dengan pola penyuluhan, motivasi, pelatihan dan pendampingan pada kelompok tani sehingga tujuan dari program ini tercapai. Hasil dari program ini bahwa ada peningkatan pengetahun dan skill dengan metode penyuluhan dan pelatihan walaupun belum maksimal, pemberdayaan kelembagaan sudah dipahami dan dilaksanaan melalui penguatan kelompok kelompok tani, sedangkan penguatan kelembagaan dalam bentuk badan hukum baru tahap persiapan.  Kata kunci: budidaya jahe; jahe merah; pemberdayaan masyarakat; kelompok petani. ABSTRACTIn the current millennial era, empowerment of farming communities is needed in various aspects. Many farmer groups are dominated by young people, so empowerment is needed from the start covering aspects of knowledge, skills, institutions and marketing networks. This community service program aims to provide empowerment efforts in various aspects in the form of increasing knowledge and skills, strengthening institutions, and providing assistance in the context of expanding market networks, especially in red ginger cultivation. The method of this program is a pattern of counseling, motivation, training and assistance to farmer groups so that the objectives of this program are achieved. The results of this program are that there is an increase in knowledge and skills with extension and training methods, although not maximal, institutional empowerment has been understood and implemented through strengthening farmer groups, while institutional strengthening in the form of legal entities is only in the preparatory stage. Keywords: ginger cultivation; red ginger; community empowerment; farmer groups.
PRO KONTRA SINONIMI DALAM AL-QUR’AN Rofiq Nurhadi
p-ISSN 2356-0576
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.723 KB) | DOI: 10.37729/btr.v2i04.3515

Abstract

Abstract: Synonimy and meaning construction have close relationship. By using substitution method, the implementation of synonymy concept to interpret the Holy al-Qur’an will effect the product interpretation. Based in this idea, the interpreter of al-Qur’an have different arguments to accept and to refuse the synonimy. The core of differences are pro synonimy and contradictory synonimy of al-Qur’an. The reasons are linguistic paradigm, while the interpreters also argue about the knowledge of interpreter and the theology arguments. Based on the linguistic view, the scholars have different idea  about philosophical meaning of language or pragmatic meaning. Related to the interpreting, the scholars have differences about the meaning by synonymy, while from the theology view they are different to express the exist of God. Based on the different paradigm of synonymy, the concept of synonymy partially is possible to be the point to formula the interpretation method of the Holy al-Qur’an. Key words: synonymy and subtitute Abstrak:  Sinonimi dan konstruksi makna memiliki hubungan yang erat. Dengan metode subtitusinya penerapan konsep sinonimi dalam penafsiran al-Qur’an dapat berdampak pada produk tafsir. Dari sini di kalangan pakar tafsir terdapat perbedaan pendapat mengenai penerimaan atau penolakan terhadap sinonimi ini. Mainstreamnya ada dua macam yaitu pro sinonimi dan kontra sinonimi dalam al-Qur’an. Argumentasinya selain argumentasi linguistik, para pakar tafsir ini juga mengangkat argumentasi ilmu tafsir dan bahkan argumentasi teologis. Dari sudut pandang linguistik para pakar ini berbeda dalam memaknai bahasa secara filosofis atau praktis, dari sudut pandang tafsir diantaranya mereka berbeda dalam memaknai cakupun definisi sinonimi sedang dari sisi teologis terdapat perbedaan sudut pandang dalam memaknai ekspresi ketuhanan. Dari pro dan kontra sinonimi ini, maka konsep sinonimi parsial dapat menjadi sintesa dalam merumuskan  metode penafsiran al-Qur’an. Kata kunci: Sinonimi dan subtitusi.
ANALISIS KONTRASTIF FRASA PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB Rofiq Nurhadi
p-ISSN 2356-0576
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara jâr majrûr dalam bahasa Arab dengan frasa preposisi dalam bahasa Indonesia. Persamaan adalah sumber kemudahan sedang perbedaan adalah sumber kesulitan bagi siswa dalam mempelajarinya. Dengan demikian diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi terhadap upaya dalam mencari format yang tepat bagi proses pembelajaran bahasa Arab khususnya mengenai konsep jâr majrûr, sehingga proses pembelajaran dapat dilasanakan secara lebih efektif dan efisien. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Data diambil dari teks al-Qur’an dan syair-syair jâhily. Hal ini mengingat otoritas kedua sumber ini dalam merepresentasikan penggunaan bahasa Arab pada masa awal perkembangannya. Adapun teknik analisis datanya adalah menggunakan analisis kontrastif (anakon). Anakon adalah aktifitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa ibu  (B1) dengan struktur bahasa asing (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan diantara kedua bahasa. Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakonakan digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar B2. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa  konsep jâr majrûr dalam bahasa Arab tidak sama persis dengan konsep frasa preposisi dalam bahasa Indonesia. Misalnya huruf jârفِى  (fi) tidak selalu berarti di yang berfungsi sebagai preposisi dalam bahasa Indonesia. Jadi ada bagian yang berbeda dari kedua konsep ini, meskipun banyak juga persamaan-persamaannya. Perbedaan-perbedaan inilah yang harus mendapatkan perhatian lebih dalam proses pembelajaran jâr majrûrdalam bahasa Arab.Kata kunci: kesulitan belajar,  frasa preposisional, dan pembelajaran bahasa Arab bagi pelajar Indonesia.
Pengembangan Pertanian Organik Bidang Kemandirian Pupuk dan Pemasaran Desa Cokroyasan, Ngombol, Purworejo Istiqo Agus Wicaksono; Rofiq Nurhadi
Surya Abdimas Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37729/abdimas.v1i1.304

Abstract

Desa Cokroyasan merupakan wilayah potensial untuk dikembangkan menjadi sentra penghasil padi organik. Hal ini dapat dilihat dari adanya Kelompok Tani Ternak (KTT) Ngudi Makmur dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri Mandiri yang sudah memulai usaha ke pertanian organik dan peternakan, luas lahan pertanian sekitar 45,62 Ha, petani 365 orang (27,26%), buruh tani 283 orang (21,13%).KTT Ngudi Makmur dan KWT Putri Mandiri menjalankan program pertanian organik dan peternakan sejak 7 tahun yang. KTT bertugas dalam produksi pupuk organik dan beras organik. KWT Putri Mandiri membantu KTT dalam pembibitan, penanaman tanaman buah dan sayur menggunakan pupuk organik hasil dari KTT Ngudi Makmur. Komoditas unggulan berupa tanaman padi yang menggunakan pupuk organik hasil pembuatan pupuk kandang secara mandiri. KTT dan KWT ini memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan program usaha tersebut, akan tetapi saat ini memiliki beberapa kendala diantaranya belum ada rumah pupuk sebagai tempat pembuatan dan penyimpanan pupuk, sehingga masih kekurangan pupuk organik serta labelisasi beras sehat dari ikatan beras sehat Purworejo “PETA”.Program pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dalam bentuk pemberdayaan, pelatihan, pembinaan dan pendampingan guna peningkatan penguasaan IPTEKS pembuatan pupuk organik, budidaya padi organik, pengemasan padi organik, labelisasi dan pemasaran serta pembukuan.