Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Elections as a means of citizens political education: A comparative study between Indonesia and Malaysia Sunarso Sunarso; Suyato Suyato; Puji Wulandari Kuncorowati; Toba Sastrawan Manik; Ali Masykur Fathurrahman
Jurnal Cakrawala Pendidikan Vol 41, No 1 (2022): Cakrawala Pendidikan (February 2022)
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/cp.v41i1.44305

Abstract

The purpose of this study is to compare Indonesian and Malaysian elections in terms of (1) legal basis, (2) organizing institution, (3) implementation, (4) political party function, and (5) public participation. It was a library study using a qualitative approach. Documentation was used to gather information. The data were analyzed descriptively using the Miles and Haberman model. The data were collected, grouped, reduced, interpreted, and concluded. The data were interpreted based on concepts, theories, and critical analysis. Cross-checking was used as the data validity technique. The results of this study are (1) Indonesia has hosted 12 elections, some of which have been influenced by political dynamics, including Law No. 12 of 2003 concerning Elections for the 2004 Election, Law No. 10 of 2008, and Law No. 7 of 2017 concerning Elections. Malaysian elections are governed by two laws: (a) the Malaysian Law on General Election Deed 1958 and (b) the Malaysian Law on General Election Error Act 1954. (c) P.U.(A) 293/2002 concerning the General Election (Voter Registration) Regulation last amended by P.U.(A) 106/2012; (d) P.U.(A) 185/2003 concerning Election Regulation (Post Elections) 2003; (e) P.U.(A) 386/1981 concerning General Election Regulations (Execution of Grand Elections) 1981, last amended by P.U. (A) 134/2013. (2) General Election Commission (KPU) is the name of the election organizers, whereas General Election Institute is the name of the election organizers in the New Order Era (LPU). Suruhanjaya Choice Raya is the Malaysian election organizer (SPR) (3) The election system in Malaysia is simpler and more efficient. Malaysia uses the District Election System which is based on the location of the election district, not the population. The election system in Indonesia uses the proportional election system. (4) Malaysia is a constitutional monarchy and adheres to a parliamentary democracy system. Both Indonesia and Malaysia adhere to a multi-party system. (5) The average voter turnout in Malaysian elections is 85 percent, while voter turnout in Indonesia is only 74 percent. In general, Malaysian elections are worse than those in Indonesia. In Malaysia, election organizers tend to favor government parties. Suruhanjaya Choice Raya Malaysia (SPR) barred Diaspora residents in other nations from using the post in 2018, claiming that the Diaspora favored opposition parties.
Perbandingan Pemanfaatan Hak Cipta Sebagai Objek Jaminan Fidusia di Negara Indonesia & Amerika Serikat Ali Masykur Fathurrahman; Muhammad Sopiyana
Jurnal Surya Kencana Satu : Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol 13, No 2 (2022): SURYA KENCANA SATU
Publisher : Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/jdmhkdmhk.v13i2.25320

Abstract

Kajian ini akan memaparkan secara komprehensif berbagai kendala penerapan hak cipta sebagai objek jaminan fidusia di Indonesia. Penulis membuat perbandingan hukum hak cipta di Indonesia dan Amerika Serikat sehingga dari perbandingan tersebut dapat dirumuskan berbagai solusi untuk mengatasi kendala penerapan hak cipta sebagai benda jaminan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menghasilkan luaran deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang menghambat penggunaan hak cipta sebagai objek jaminan fidusia di Indonesia yaitu: 1) penggunaan hak cipta sebagai objek jaminan fidusia belum diatur secara komprehensif melalui hukum Indonesia; 2) belum ada peraturan yang mengatur secara jelas kualifikasi mengenai kriteria hak cipta yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia 3) belum ada lembaga dan mekanisme untuk menilai nilai ekonomi hak cipta; 4) belum tersedia mekanisme pengalihan kepemilikan dan pelaksanaan hak cipta sebagai objek agunan; 5) hak cipta sebagai bagian dari hak kekayaan intelektual masih belum diakui sebagai aset oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia. Ada banyak alternatif untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya dengan mengadopsi beberapa mekanisme yang telah diterapkan dalam regulasi hak cipta di Amerika Serikat, yaitu: 1) mengoptimalkan peran Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. ; 2) menerapkan modul 11 WIPO sebagai standar kualifikasi hak cipta; 3) menerapkan modul 11 WIPO sebagai standar penilaian nilai ekonomi hak cipta; 4) menerbitkan peraturan tentang pencatatan dan pelaksanaan hak cipta; 5) memperluas cakupan aset yang diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia.
Perlindungan Hak-Hak Anak pada Santri: Studi pada Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang Ali Masykur Fathurrahman; Eny Kusdarini; Fathikah Fauziah Hanum; Fungki Febiantoni; Sulthon Abdul Aziz
Prima Abdika: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2023): Volume 3 Nomor 3 Tahun 2023
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Flores Ende

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/abdika.v3i3.3050

Abstract

This community service aims to carry out socialization and training in understanding the Protection of Children's Rights at the Darul 'Ulum Jombang Islamic Boarding School Students. This community service is an activity that is carried out using lecture, question and answer, and discussion methods in a series of socialization activities. While the training methods carried out are in the form of training and practical activities in increasing the understanding and protection of children's rights. Activity evaluation is carried out by measuring how well the target group knows and understands how to prevent sexual violence at Darul 'Ulum Jombang Islamic Boarding School. The result of this community service activity is increased insight in the form of knowledge and understanding of students and stakeholders at the Darul 'Ulum Jombang Islamic boarding school regarding the protection of children's rights, especially against violence in Islamic boarding schools. Through this training, the students and stakeholders helped increase their insight in terms of preventing violence in the Darul 'Ulum Jombang Islamic Boarding School environment.
The application of the right to freedom of expression in demonstration based on principles of a democratic state Sofwan, Edi; Sopiyana, Muhammad; Fathurrahman, Ali Masykur
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan Vol 19, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jc.v19i2.53464

Abstract

Expressing opinions in demonstration is a right that has been guaranteed in the constitution and law. The arrangement is written in the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia Article 28E paragraph (3) and Law Number 9 of 1998 concerning the freedom to express opinion in public. A democratic country has a great respect for differences of opinion manifested in the form of demonstration. However, the freedom of demonstration is in the form of responsible freedom regulated in Article 6 of Law No. 9 of 1998. In this demonstration, the actions must respect the rights of others, so that no one is harmed by the demonstration. If someone is harmed, they must prioritize the principles of justice in accordance with applicable law. This study was conducted with a qualitative method approach, namely by using the type of normative research, by conducting a study of legislation (Statute approach). This study resulted that the demonstration arrangements regulated in the law must be respected by all parties, where the principle of legal protection is attached to demonstration participants and security forces to respect each other's democratic values in Indonesia. Furthermore, on the principle of right to freedom of expression in a democratic country, all citizens must have the same rights in any form of expression. If there is a party who is harmed, it must be resolved according to the applicable law, so that the Indonesian guarantee legal certainty from irresponsible parties to uphold democratic values, as well as freedom of opinion.
Gagasan Pemisahan Pemilu Lokal Dan Nasional: Evaluasi Dan Dekonstruksi Pelaksanaan Pemilihan Umum Serentak 2019 Di Indonesia Fathurrahman, Ali Masykur; Pawana, Sekhar Chandra; Kurnia, Kamal Fahmi
VIVA THEMIS Vol 6, No 1 (2023): VIVA THEMIS
Publisher : Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24967/vt.v6i1.2081

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi dan dekonstruksi terhadap pelaksanaan pemilihan umum serentak yang dilaksanakan di Indonesia pada Tahun 2019. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan metode wawancara dan studi dokumen. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teori yang digunakan adalah teori Randall B. Ripley dan Grace A. Franklin yang mengidentifikasi efektifitas penerapan suatu kebijakan dengan 3 (tiga) indikator, yaitu : Tingkat kepatuhan pada ketentuan yang berlaku, Lancarnya pelaksanaan rutinitas fungsi, dan terwujudnya kinerja dan dampak yang dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pemilihan umum serentak yang dilaksanakan Indonesia pada Tahun 2019 masih belum terlaksana secara efektif. Pertama, dari tingkat kepatuhan pada ketentuan yang berlaku sudah menunjukkan ketaatan dan kepatuhan yang baik. Kedua, diukur dari lancarnya pelaksanaan rutinitas fungsi, diperoleh hasil bahwa masih ditemukan banyak sekali hambatan dan kesulitan dalam pelaksanaan pemilihan umum serentak seperti banyaknya petugas pelaksana pemilihan umum yang meninggal akibat kelelahan serta tingkat kesalahan input data yang masih tinggi. Ketiga, dari segi hasil yang dikehendaki, pemilihan umum serentak telah menghasilkan output berupa Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPRD, DPD terpilih, namun, hal tersebut melalui proses yang tidak efisien, menimbulkan banyak permasalahan, serta pelaksanaannya belum secara holistik hingga pemilihan kepala daerah. Dengan demikian, pelaksanaan pemilihan umum serentak masih belum terlaksana secara maksimal dan masih memerlukan penyempurnaan sistem agar mencapai hasil yang jauh lebih optimal di masa depan
PENGUATAN KEBIJAKSANAAN SANTRI DALAM BERMEDIA SOSIAL MELALUI WAWASAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UU ITE Febiantoni, Fungki; Kusdarini, Eny; Aziz, Sulthon Abdul; Fathurrahman, Ali Masykur; Hanum, Fathikah Fauziah Hanum
Masyarakat: Jurnal Pengabdian Vol. 1 No. 2 (2024)
Publisher : Yayasan Pendidikan Dan Pengembangan Harapan Ananda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58740/m-jp.v1i2.275

Abstract

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya dalam media sosial, telah membawa dampak signifikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan santri Pondok Pesantren Al-Furqon, Singaparna, Tasikmalaya. Meskipun media sosial menawarkan berbagai manfaat seperti akses informasi cepat dan peluang berdakwah, penggunaan yang tidak bijaksana dapat menimbulkan risiko seperti penyebaran informasi palsu, cyberbullying, dan pelanggaran privasi. Hal ini diperparah oleh kurangnya pemahaman santri terhadap Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur penggunaan teknologi informasi di Indonesia. Urgensi dari penelitian ini adalah perlunya pengawasan ketat dan edukasi yang benar mengenai UU ITE dan etika bermedia sosial bagi para santri. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperkuat kebijaksanaan santri dalam menggunakan media sosial melalui pemahaman yang mendalam tentang UU ITE, sehingga mereka dapat menjadi pengguna media sosial yang bijak, bertanggung jawab, dan sesuai dengan nilai-nilai pesantren. Luaran yang ditargetkan adalah terbentuknya generasi santri yang cerdas digital dan beretika dalam bermedia sosial, yang tidak hanya memanfaatkan media sosial secara efektif untuk berdakwah, tetapi juga mampu menghindari dampak negatif yang merugikan. Selain itu, mampu menerapkan nilai-nilai pesantren dalam penggunaan media sosial yang akan dicapai melalui pendidikan yang berkelanjutan, pengawasan yang ketat, serta pelatihan yang relevan, yang diharapkan dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan positif di kalangan santri. Keberhasilan upaya ini akan menjadi langkah penting dalam membangun kesadaran digital yang kuat di pesantren, yang sejalan dengan nilai-nilai Islami yang dipegang oleh Pondok Pesantren Al-Furqon.
Pelatihan pemahaman perlindungan hak-hak anak di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kusdarini, Eny; Fathurrahman, Ali Masykur; Puspitasari, Chandra Dewi; Widihastuti, Setiati
INOTEKS: Jurnal Inovasi Ilmu Pengetahuan,Teknologi, dan Seni Vol 28, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ino.v28i2.79111

Abstract

Pelatihan Pemahaman Perlindungan Hak-Hak Anak di SMA Negeri 1 Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya merupakan kegiatan penyuluhan yang direncanakan pada tanggal 26 Juni 2024. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa dan staf pengajar mengenai hak-hak anak serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan hak anak di lingkungan sekolah. Dalam analisis situasi, terlihat bahwa masih terdapat tantangan dalam implementasi perlindungan hak anak di sekolah, seperti kurangnya pemahaman praktis dan tingginya angka pelanggaran hak anak. Hasil yang diharapkan dari pelatihan ini adalah peningkatan pemahaman siswa tentang hak-hak mereka, pencegahan kasus-kasus pelanggaran hak anak, serta keterlibatan aktif orang tua dalam mendukung perlindungan hak anak. Dengan demikian, pelatihan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan mendukung bagi perkembangan anak-anak di SMA Negeri 1 Singaparna.Kata Kunci: Pelatihan Pemahaman, Perlindungan Hak-Hak Anak, Penyuluhan.
The realization of child rights in Islamic boarding schools: A study of Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta Febiantoni, Fungki; Kusdarini, Eny; Fathurrahman, Ali Masykur; Azis, Sulthon Abdul; Hanum, Fathikah Fauziah
Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran Vol 9, No 1 (2025)
Publisher : Directorate of Research and Community ServiceUniversitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jk.v9i1.83786

Abstract

Children are a key part of the future of a nation and state, as well as the continuity of human life. The government in Indonesia is responsible for protecting the rights of all children, including santri (students), through schools, including Islamic boarding schools (pesantren). The goal of this study is to look at how well the Al-Munawwir Islamic Boarding School in Krapyak, Yogyakarta protects the rights of children who are also students there. The research used a descriptive qualitative method and included santri, religious teachers (ustadz), and caretakers as participants. Data were gathered through interviews and written records, and then they were analysed by reducing, categorising, and unitising the data, presenting it, and drawing conclusions. The results show that, first, Al-Munawwir has followed the rules for protecting children and upholding their rights, especially the Convention on the Rights of the Child, which the Indonesian government has signed and made part of its national child protection laws. Second, small problems like bad behaviour by teens and not being able to fully protect rights because there are so many santri were found. These problems, on the other hand, did not stop children from getting their rights. Instead, they helped santri become more disciplined and focused in their religious studies. Third, the pesantren has dealt with these problems by taking both preventive and punitive steps to make the school a better place for everyone.