L. Doloksaribu
PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Energy and Nitrogen Retention of Bali Heifers (Bos sondaicus) Fed Diet Containing Different Energy Protein Level Ni Nyoman Suryani; I Wayan Suarna; I Gede Mahardika; Ni Putu Sarini; Lindawati Doloksaribu
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 21, No 1 (2020): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.9

Abstract

Database of Bali heifer particularly on their nutrient digestibility, energy and nitrogen balance of various ration formulas on their growth performance were limited.  A randomized block design with four types rations of metabolizable energy (ME) and crude protein ratios, i.e. of 2,045.38 kcal ME/kg:12.06% (Treatment A), 2,103.57 kcal ME/kg:13.11% (Treatment B), 2,201.85 kcal ME/kg:13.97% (Treatment C) and 2297.60 kcal ME/kg:15.05% (Treatment D) were conducted to evaluate nutrient digestibility, energy and nitrogen retention of Bali heifers.  The rations consisted of concentrate, urea, molasses, king grass, coconut oil and vitamin-mineral mix.  Results showed that Treatment D improved significantly of the 7,814.34 kcal/d digestible energy, 49.87 g/d digestible nitrogen, 11,015.06 kcal/d energy intake, 423.53 g/d nitrogen intake, 67.76 kcal/d energy retention, 7.91 g/d nitrogen retention, 0.33 kg/d daily weight gain (ADG), (P<0.05).  In summary, ration for Bali heifer should contain at least 2,297.60 kcal ME/kg:15.05% crude protein for better average daily weight gain.
HAMBATAN DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PETERNAKAN KAMBING DI KABUPATEN TABANAN, PROVINSI BALI Doloksaribu L.; I. G. N. Kayana; M. Dewantari; G. A. M. K. Dewi
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 22 No 3 (2019): Vol. 22 No.3 (2019)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.6 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2019.v22.i03.p04

Abstract

This study was undertaken to establish a database as consideration for improving goat production in TabananRegency. A survey was conducted from April to September 2018 on 38 smallholder goat farmers integrated withcommodity plantations, owning 142 goats. Data were used to measure constraints to, challenges of, and opportunitiesfor improving goat production, through a hybrid method of Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats andAnalytic Hierarchy Process analyses. Problem priority faced was the competition between average numbers of 2.0± 0.1 family labourers aged 38.8 ± 2.1 years who cultivated average 0.9 ± 0.1 hectare of commodity plantationsintegrated with flock size of 2.5 ± 0.2 goats per household. Goats were housed in battery systems and fed forage.About 33% farmers had just sold all or portion of their goats due to the busy activity of clove and coffee harvestingin July-September and time consuming for cut and carry forage while commercial concentrates were not given totheir goats. Recommendation taken was to providing Pennisetum purpureum silage as sustainable feed resource forgoats thus improved the nutritious content of feed particularly during dry season where feed was limited or duringharvesting and Bali Hindu ceremonies where family labourer was limited.
PROFIL PERTUMBUHAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KAMPUNG BUGIS DESA SERANGAN DENPASAR BALI FRANGESTU S.; L. DOLOKSARIBU; A. A. OKA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 24 No 3 (2021): Vol. 24 No. 3 (2021)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2021.v24.i03.p05

Abstract

The purpose of this study was to identify body dimensions that influenced the growth of goats reared in Bugis Village, Serangan Village, Denpasar, Bali. Data were obtained through direct observations, formal goat farmer in- terviews and key informant interviews that were conducted from April to July 2018. Two of the remaining three farmers who still kept rearing goats in Serangan Village were involved in this study. Each farmer housed his goats with a colony housing system and fed forages 10% of total body weight/day (control). One farmer supplemented ad- ditional feed of dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum cv. Mott) silage (treatment). The variables observed: body weights, chest circumferences, body lengths, height of withers, and rump heights. This result showed that the body weight of 8 control goats was 30.67 ± 239 kg, which was significantly heavier than those of 29 treatment goats 20.65 ± 1.28 kg (P<0,05), however body weight of the treatment goats aged >5 years 38.73 ± 1.09 kg was significan- tly heavier than 33.33 ± 209 kg of those of the control goats (P<0.05). The highest correlation value in this result showed R2=0.964 between body weight and body length.
PROFIL SUSU KAMBING ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PETERNAKAN RAKYAT DI KECAMATAN BUSUNGBIU, KABUPATEN BULELENG, BALI Yosafat H. P. S.; A. A. Oka; L. Doloksaribu
Jurnal Peternakan Tropika Vol 7 No 3 (2019): Issue 7 No. 3 - 2019
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.154 KB) | DOI: 10.24843/ejpt.2019.v07.i03.p02

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk melengkapi database yang mengidentifikasi hambatan, tantangan dan kesempatan dalam memelihara kambing di Bali telah dilaksanakan melalui kegiatan observasi langsung, wawancara peternak kambing Etawah secara formal terstruktur, wawancara informan kunci, dan focus group discussions dari Juli hingga September 2018. Sebuah survey telah dilakukan terhadap tiga peternak yang memelihara kambing berintegrasi dengan kebun Coffea spp. dan Theobroma cacao di Kecamatan Busungbiu, Buleleng. Ketiga peternak memberikan hijauan lebih-kurang 5 kg/ekor/hari (TrC) kepada induk laktasi, satu peternak memberikan tambahan 10% dari hijauan dengan silase odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) (TrO) dan peternak lain memberikan tambahan campuran probiotik dengan air minum secara ad lib (TrP). Data profil susu dari 10 induk laktasi dengan rataan berat badan 32.9±1.0 kg dan umur 3.0±0.1 tahun (P>0.05) terdiri dari 3 induk laktasi TrC, 3 induk laktasi TrO dan 4 induk laktasi TrP. Parameter profil susu meliputi BJ, alkohol, pH, dan TPC (CFU/ml). Hasil menunjukkan bahwa BJ TrO 1.0330±0.0020 adalah nyata sangat besar dari BJ TrP 1.0280±0.0010 dan BJ TrC 1.0280±0.0020 (P<0.05). Sebaliknya, pH TrO 6.77 ± 0.05 adalah nyata sangat kecil dibandingkan pH TrP 6.95 ± 0.04 maupun pH TrC 6.86 ± 0.05. Namun TPC TrO 2.334.000±670.400 CFU/ml adalah nyata lebih banyak dibandingkan dengan TrP 14.400±580.600 CFU/ml (P<0.05) maupun dengan TrC 580±670.400 CFU/ml (P<0.05). Disimpulkan bahwa tatalaksana pemerahan oleh peternak yang memberikan silase odot pada kambingnya nyata lebih buruk dilihat dari jumlah TPC (P<0.05) walaupun BJ nyata lebih tinggi (P<0.05). Kata kunci: database, susu kambing, peternakan rakyat, probiotik dan silage odot.
Identifikasi Panjang Badan, Tinggi Gumba, Dan Tinggi Panggul, Kambing Peranakan Etawah Pada Peternakan Rakyat Di Kampung Bugis, Desa Serangan, Bali Ramadhani I. F.; L. Doloksaribu; G. A. M. K. Dewi
Jurnal Peternakan Tropika Vol 7 No 2 (2019)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.796 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dimensi tubuh yang mempengaruhi pertumbuhan kambing yang dipelihara di Kampung Bugis Desa Serangan, Bali. Data diperoleh melalui observasi langsung, wawancara peternak kambing secara formal terstruktur serta wawancara informan kunci yang dilakukan dari bulan Juli hingga September 2018. Dua dari tiga peternak yang masih memelihara kambing terlibat dalam study ini. Masing-masing peternak memelihara kambingnya dengan sistem kandang kelompok dan memberikan hijauan ±10% dari berat badan/ekor/hari, namun satu peternak memberikan tambahan campuran probiotik dengan air minum secara ad libitum kepada kambingnya. Peubah yang diamati adalah panjang badan, tinggi gumba, dan tinggi panggul. Penelitian ini menunjukkan bahwa rataan total panjang badan dari kambing Kontrol 86,7 ± 2,4 cm adalah nyata lebih panjang dari 79,6 ± 2,4 cm dari kambing Perlakuan. Rataan total tinggi gumba kambing Kontrol 63,9 ± 0,8 cm adalah nyata lebih tinggi dari kambing Perlakuan 58,4 ± 2,2 cm. Rataan total tinggi panggul kambing Kontrol 63,4 ± 0,6 cm cendrung lebih tinggi daripada 59,5 ± 1,5 cm dari kambing Perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa rataan dimensi tubuh kambing Kontrol lebih besar dari kambing Perlakuan, disebabkan hanya ada dua cempe I0 Kontrol (25%) sementara ada 11 cempe I0 Perlakuan (61%). Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian campuran probiotik dengan air minum yang diberikan secara ad libitum memiliki peranan penting untuk menunjang pertumbuhan dimensi tubuh khususnya pada kambing usia yang lebih tua (I1, I3, I4, dan ompong).
Profil Kesehatan Kambing Peranakan Etawah yang Diberi Probiotik pada Peternakan Rakyat di Kampung Bugis, Desa Serangan, Bali Bambar M. M.; L. Doloksaribu; I G. A. A. Putra
Jurnal Peternakan Tropika Vol 7 No 2 (2019)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis penyakit yang umum terjadi khususnya infeksi endoparasit yang mempengaruhi profil kesehatan kambing yang dipelihara di Kampung Bugis Desa Serangan, Bali. Data diperoleh melalui observasi langsung, wawancara peternak kambing secara formal terstruktur serta wawancara informan kunci yang dilakukan dari bulan Juli hingga September 2018. Hanya tiga peternak yang masih memelihara kambing di Serangan dan dua dari peternak tersebut terlibat dalam study ini. Masing-masing peternak memelihara kambingnya dengan sistem kandang kelompok dan memberikan hijauan ±10% dari berat badan/ekor/hari kepada kambing namun hanya satu peternak memberikan tambahan campuran probiotik dengan air minum yang diberikan secara ad libitum. Parameter yang diamati yaitu pemeriksaan tinjadan skor FAMACHA©. Skor FAMACHA©kambing dalam kelompok Kontrol 1,00 ± 0,00 adalah nyata lebih rendah dari pada kambing dalam kelompok Perlakuan 1,11 ± 0,04 (P<0.05), namun kedua kelompok mengindentifikasikan kambing sehat dan tidak menderita anaemia. Haemonchus contortus sp., Ostertagia sp., dan Fasciola sp. adalah jenis cacing yang terdapat pada saluran pencernaan kambing yang dipelihara di Desa Serangan, Bali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat infestasi cacingberada pada standar infeksi ringan yaitu 37,5% dan 33.3% untuk Perlakuan tanpa probiotik dan probiotik secara berurut. Disimpulkan, pemberian probiotik pada campuran air minum cendrung menurunkan paparan infeksi endoparasit pada kambing yang dipelihara di Desa Serangan. Kata kunci: Profil kesehatan, infeksi, endoparasit, probiotik.
PENGARUH PEMBERIAN SILASE RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv. Mott) TERHADAP KONSUMSI PAKAN KAMBING BOERKA DI DESA SANDA KABUPATEN TABANAN BALI KETAREN M. B.; L. DOLOKSARIBU; M. A. P. DUARSA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 25 No 3 (2022): Vol. 25 No. 3 (2022)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2022.V25.i03.p07

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian silase rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan aras yang berbeda terhadap berat badan konsumsi pakan hijauan dan variasi me- tabolik glukosa darah dari kambing boerka yang dipelihara di Desa Sanda, Kabupaten Tabanan, Bali. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 1 Maret sampai dengan 31 Mei 2021. Total 12 kambing dalam studi ini diberi pakan hijauan sebanyak 10% dari berat tubuhnya. Rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan, yaitu: pakan hijauan tanpa diberikan silase rumput gajah odot (P0), pakan hijauan + 250 g silase rumput gajah odot (P1), pakan hijauan +750 g silase rumput gajah odot (P2) digunakan dalam penelitian ini. Masing-masing perlakuan memiliki 4 ulangan. Peubah yang diamati: konsumsi silase rumput gajah odot harian, total konsumsi pakan hijauan, total konsumsi pakan hijauan harian, kadar glukosa darah dan berat badan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan (P0, P1, P2) secara urut memiliki berat badan awal 32,58 ± 6,37 kg, 21,95 ± 6,37 kg dan 35,10 ± 6,37 kg dan berat badan akhir 33,69 ± 6,67 kg, 23,15 ± 6,67 kg, 39,45 ± 6,67 kg, total konsumsi pakan hijauan 994 ± 940 kg, 1.000 ± 940 kg, 995 ± 940 kg konsumsi pakan hijauan harian adalah 4.439 ± 3386 g/ekor/hari, 4.465 ± 3386 g/ekor/hari, dan 4.444 ± 3386 g/ekor/hari secara berurutan dan kadar glukosa darah 91,25 ± 4,89 mg/dl, 96,83 ± 4,89 mg/dl, 94,83 ± 4,89 mg/dl. Analisis data membuktikan bahwa pemberian pakan tambahan silase rumput gajah odot berbeda terhadap semua parameter antara perlakuan (P>0,05). Disimpulkan bahwa pemberian pakan tambahan silase rumput gajah odot memiliki hasil yang lebih tinggi terhadap pertambahan konsumsi pakan hijau- an, berat badan dan kadar glukosa darah pada tiap perlakuan.