Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

MAPPING AND PRODUCTION OF LOCAL FORAGE BIOMASS PLANT IN BALI PROVINCE Suarna I W.; M. A. P. Duarsa; A. A. A. S. Trisnadewi; N. N. Candraasih K.; I W. Wirawan
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 22 No 3 (2019): Vol. 22 No.3 (2019)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.839 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2019.v22.i03.p06

Abstract

Tumbuhan pakan ternak (TPT) memiliki peran yang sangat strategis dengan semakin meningkatnya kebutuhanhijauan untuk peningkatan produktivitas ternak ruminansia. Berbagai jenis TPT lokal dan introduksi memilikikualitas yang sangat baik dan berpotensi sebagai konsentrat hijau. Berdasarkan hal tersebut sangat diperlukansebuah penelitian yang bertujuan untuk memetakan dan menghitung produksi biomasa TPT lokal di ProvinsiBali. Penelitian menggunakan metode survei di 190 unit lahan. Unit lahan disusun dengan metode tumpangtindih dari peta jenis tanah, peta tata guna lahan, dan peta iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatperbedaan potensi dan karakteristik tumbuhan pakan pada berbagai kondisi iklim, tataguna lahan dan jenis tanah.Kawasan dengan tipe iklim D, E, dan F banyak didominasi oleh rumput-rumputan jenis Heteropogon contortus,Botriochloa, Themeda, Polytrias, dan rumput Hyparhenia rupa. Produksi hijauan rata-rata dari tumbuhan yangtergolong pastura alami adalah 214,11 kg DM ha-1 dengan kontribusi utama adalah rumput Paspalum conyugatumdan Cynodon dactilon masing-masing sebesar 20,99% dan 8,60%. Rata-rata produksi pada kebun hijauan, semak,pohon, dan tumpang sari berturut-turut adalah: 871,11 kg DM ha-1, 0,88 kg DM pohon-1, 2,10 kg DM pohon-1 151,2kg DM ha-1. Untuk hijauan pohon kontribusi terbesar dan daya adaptasinya paling baik adalah tanaman gamal(Gliricidia sepium). Produksi biomassa hijauan pakan di Bali mencapai 476.057,27 ton dan simpanan karbonnyamencapai 223.746.92 ton. Dapat disimpulkan bahwa TPT lokal memiliki keberagaman dan perbedaan yang spesifikpada berbagai kawasan di Provinsi Bali, serta produksi biomasa yang tinggi berperan penting dalam mitigasiperubahan iklim.
PRODUKSI DAN KUALITAS HIJAUAN PAKAN PADA LAHAN PASCA TAMBANG DI KABUPATEN KARANGASEM I Wayan Suarna; Ni Nyoman Candraasih Kusumawati; Magna Anuraga Putra Duarsa
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 4 No 2
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.718 KB) | DOI: 10.24843/Pastura.2015.v04.i02.p05

Abstract

The side-effect of sand mining was disappearing of biomass which caused of land degradation. A study has been carried out to obtain the model legume association with superior grass plants that are adaptive to repair post-mining land on dry land. This research was desgined in association patern between grasses and legumes with manure application, using 8 combination of grasses herbaceous and tree legumse with 3 replications. This research was conducted at Sebudi village, Karangasem district. Panicum maximum var. Trichoglum, Paspalum atratum, Centrocema pubescens, and Clitoria ternatea were used for grasses and legumes respectively. Observed variables were quality and forage production. The results of this research showed that almost all association can be implemented at dryland, and association patern between Panicum and Paspalum with Clitoria gave extra biomass. This association also showed great potential to improve land quality. The quality and production of grasses were greatly influenced by the association of legumes. Panicum and Paspalum associated with both Clitoria or Centrocema gave highest yield. Various of manure showed a non significant difference on quality and production of grass associated with tree legumes, although it tend to increase both of growth and production of grasses.
EFISIENSI PEMANFAATAN AIR BEBERAPA JENIS RUMPUT LOKAL PADA KADAR AIR YANG BERBEDA I Nyoman Bayu Paramartha; Anak Agung Ayu Sri Trisnadewi; Magna Anuraga Putra Duarsa
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 9 No 1 (2019): Pastura Vol. 9 No. 1 Tahun 2019
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.608 KB) | DOI: 10.24843/Pastura.2019.v09.i01.p10

Abstract

This study aims to determine the efficiency of water utilization in the local grasses of Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, and Oplismenus burmanni with different water levels. The study was conducted in the Laboratory of Greenhouse, Faculty of Animal Husbandry Udayana University, Denpasar. Completely randomized design of 3 × 3 nested patterns was used in this study with a type of grass treatment: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Oplismenus burmanni, and water levels i.e 100% field capacity (KL) (K1), 75% (KL) (K2), and 50% (KL) (K3) thus there are 9 treatment combinations namely PK1, PK2, PK3, OK1, OK2, OK3, AK1, AK2, dan AK3. Each treatment combination was repeated four times so there were 36 research pots. The variables observed were efficiency of water utilization, growth, production and growth characteristics. The results show that Paspalum conjugatum grass has the highest responsiveness on the efficiency of water utilization at giving different water levels compared to grass Axonopus compressus and Oplismenus burmanni. This study concluded that there was an increase in water utilization efficiency at the provision of 75% KL (K2) moisture content on grass Axonopus compressus and Paspalum conjugatum, whereas in grass Oplismenus burmanni the provision of different water content had no effect on improving water utilization efficiency. Key words: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Oplismenus burmanii, water content, water utilization efficiency
STRATEGIC IMPLEMENTATION OF ANIMAL WELFARE IN PROVIDING BALI CATTLE FORAGE M. A. P. Duarsa; I W. Suarna; A. A. A. S. Trisnadewi; I M. Saka Wijaya
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 9 No 2 (2020): Pastura Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.619 KB) | DOI: 10.24843/Pastura.2020.v09.i02.p11

Abstract

Sesuai amanat sustainable development goals (SDG’s) usaha peternakan wajib mengarusutamakan kaedah-kaedah pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Peningkatan permintaan akan daging sapi harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas sapi untuk memenuhi ketersediaan populasi dan kualitas daging sapi. Kualitas ternak sapi yang dihasilkan sangat tergantung kepada ketersediaan dan kualitas hijauan yang dimakan ternak. Ketersediaan berbagai limbah pertanian dan industri mendorong upaya pengolahan limbah menjadi pakan ternak ruminansia. Limbah yang diolah langsung diberikan kepada ternak ruminansia sebagai pakan alternatif. Limbah biasanya dapat megandung bahan berbahaya, zat anti nutrisi, dan memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk mengolahnya. Untuk mengakomodasi kearifan budaya, memelihara harmonisasi spiritualitas bagi petani/peternak, dan menerapkan prinsip-prinsip animal welfare, selayaknya ternak ruminansia seperti sapi bali mendapatkan makanan yang baik yang berasal dari tanaman pakan ternak dengan kualitas yang baik. Dengan demikian limbah harus diolah menjadi pupuk yang berkualitas tinggi sehingga dapat menyediakan hijauan berkualitas bagi ternak sapi bali. Output yang berkualitas menuntut input yang berkualitas juga. Kata kunci: limbah, animal welfare, hijauan berkualitas
GROWTH AND FORAGE YIELD OF KING GRASS AND NAPIER GRASS FERTILIZED WITH VERMICOMPOS D. Ariyati; I W. Suarna; M. A. P. Duarsa
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 9 No 2 (2020): Pastura Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.672 KB) | DOI: 10.24843/Pastura.2020.v09.i02.p09

Abstract

Percobaan telah dilakukan di Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana di Jalan Raya Sesetan 122 Denpasar. Percobaan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara dosis pupuk organik kascing dengan rumput raja dan rumput gajah terhadap pertumbuhan dan produksi hijauan. Percotaan mengunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis rumput yaitu rumput raja (Pennisetum purpurhoides = Pennisetum hybrid) dan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Faktor kedua adalah dosis kascing terdiri atas tujuh taraf yaitu 0 t ha-1, 5 t ha-1, 10 t ha-1, 15 t ha-1, 20 t ha-1, 25 t ha-1, 30 t ha-1. Percobaan menggunakan tiga kali ulangan sehingga terdapat 42 unit percobaan. Variabel yang diamati adalah pertumbuhan tanaman, karakteristik tumbuh, dan hasil hijauan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik kascing pada rumput gajah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibanding rumput raja, namun rumput raja produksinya lebih tinggi dibanding rumput gajah. Terdapat interaksi antara jenis rumput dengan dosis pupuk terhadap variabel berat kering daun dan warna daun. Dosis optimal kascing berbeda antara rumput raja dengan rumput gajah terhadap produksi hijauan. Dapat disimpulkan bahwa aplikasi pupuk organik kascing 10 t ha-1 pada rumput gajah mampu meningkatkan kepekatan warna daun, sedangkan aplikasi pupuk organik kascing 15 t ha-1 pada rumput raja mampu meningkatkan produksi berat kering daun. Dosis optimal hijauan rumput raja adalah 18,82 t ha-1 dan rumput gajah 17,84 ton masing-masing dengan hasil hijauan 58,66 g pot-1 dan 61,86 g pot-1. Kata kunci: rumput raja, rumput gajah, kascing, dosis, hasil hijauan
PEMANFAATAN LIMBAH LIDAH BUAYA SEBAGAI FEED SUPPLEMET PAKAN SAPI BALI DALAM UPAYA MENGURANGI EMISI METAN I.G. Mahardika; N.N. Suryani; N.P. Mariani; I.W. Suarna; M.A.P. Duarsa; I.M. Mudita
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 1 No 2
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.812 KB) | DOI: 10.24843/Pastura.2012.v01.i02.p03

Abstract

Waste of Aloevera is one of the agriculture wastes which have highly potential for Bali cattle feed supplement, so that research in order to learn the effect of supplementation of Aloevera as High Quality Feed Supplement (HQFS) is needed. Twenty male Bali cattle were used in this experiment, which weight range between 191 – 232 kg. Feed for cattle consisted of rice straw, concentrate and feed supplement in form of Hight Quality Feed Supplement (HQFS) which mixed from sea grass and waste of aleovera. Randomized Block Design was applied in this experiment with 4 repetitions. Treatment A was ad lib of rice straw + 2 kg of concentrate, Treatment B was ad lib of rice straw + 2 kg of concentrate + 150 g HQFS, Treatment C was ad lib of rice straw + 2.5 kg of concentrate + 150 g HQFS, Treatment D was ad lib of rice straw + 3 kg of concentrate + 150 g HQFS and Treatment E was ad lib of rice straw + 3 kg of concentrate. Results of this experiment showed that supplementation of HQFS tended to decrease feed consumption and methan production, meanwhile supplementation of HQFS could increase diets efficiency and therefore increased the growth of cattle. HQFS supplementation gave more effective response at lower quality diets meanwhile in good quality diets gave no positive effect.
Pemberian Ransum Berenergi Tinggi Memperbaiki Performans Induk dan Menambah Bobot Lahir Pedet Sapi Bali (PROVISION HIGHER LEVEL OF ENERGY RATION IMPROVE CATTLE PERFORMANCE AND CALVES BIRTH WEIGHT) Ni Nyoman Suryani; I Wayan Suarna; Ni Putu Sarini; I Gede Mahardika; Magna Anuraga Putra Duarsa
Jurnal Veteriner Vol 18 No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.423 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.1.154

Abstract

This study aimed to determine the effect of energy levels in bali cattle rations of seven months pregnant on birth weight calves. The study was conducted in Farm Sobangan Badung Regency on 12 pregnant breeding phase of pre-calving (two months before the birth) with the parent body weight at average 300 kg/head. The treatments were four types of rations which was iso protein 10% with the energy level were 2000, 2100, 2200, and 2300 kcal ME/kg respectively. Variables measured were: weight gain, consumption of dry matter (DM), organic matter (OM), consumption energy, crude protein (CP) and crude fiber (CF), and birth weight calves. The design used was a randomized block design. Results showed DM intake varied from 5175.80 to 5366.80 g/d. Consumption of OM ranging from 4438.54 to 4610.44 g/d. Calf birth weight was also highest in the parent with treatment D is 18 kg. All these differences were not statistically significant (P>0.05). Energy consumption significantly highest (P <0.05) at the treatment D i.e. 19320.65 kcal GE/d. The conclusion of this study is energizing ration of 2000–2300 kcal ME/kg increase energy consumption however, improve performance seven months pregnant bali cattle and calf birth weight to add into 18 kg. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level energi ransum pada sapi bali bunting tujuh bulan terhadap bobot lahir pedet. Penelitian dilakukan di Stasiun Penelitian Sobangan, Mengwi, Badung, Bali pada 12 ekor induk bunting fase pre-calving (dua bulan menjelang kelahiran) dengan bobot badan induk sekitar 300 kg/ekor. Perlakuan yang diberikan adalah empat jenis ransum iso protein 10% dengan level energi berbeda (2000, 2100, 2200, dan 2300 kkal ME/kg) sebagai perlakuan A, B, C, dan D. Peubah yang diamati: pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering (BK), bahan organik (BO), konsumsi energi, protein kasar (PK), serat kasar (SK), dan bobot lahir pedet. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi BK bervariasi dari 5175,80–5366,80 g/h. Konsumsi BO mulai dari 4438,54–4610,44 g/e/h. Bobot lahir pedet juga tertinggi pada induk dengan perlakuan D yaitu 18 kg/e. Semua perbedaan ini secara statistika tidak nyata (P>0,05). Konsumsi energi nyata (P<0,05) tertinggi pada perlakuan D yaitu 19,320,65 kkal GE/h. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah pemberian energi ransum dari 2000–2300 kkal ME/kg meningkatkan konsumsi energi, memperbaiki performans sapi bali bunting tujuh bulan, dan menambah bobott lahir pedet sehingga menjadi 18 kg.
APLIKASI BERBAGAI JENIS SLURRY DAN TINGKAT KADAR AIR TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL HIJAUAN Indigofera zollingeriana Arista Pratama I W.; I W. Suarna; M. A. P. Duarsa
Jurnal Peternakan Tropika Vol 5 No 3 (2017)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aimed to determine the growth and yield of Indigofera zollingeriana forage given the different types of slurry and soil water content. This study was conducted at Greenhouse of Tropical Forage Sciences Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University for 10 weeks. The experiment design used completely randomize design (CRD) factorial pattern with two factors. The first factor was the type of slurry, cattle slurry (S), pig slurry (B), and cattle bio-slurry (BS), the second factor was soil water content 100% FC (K1), 85% FC (K2), 70% FC (K3), and 55% FC (K4), hence there were 12 treatment combinations. The combination treatments were repeated three times, so there were 36 pots experiment. Variables observed were growth, yield, and growth characteristic. The result showed cattle slurry significantly affect the number of leaves, cattle bio-slurry significantly affect on the total dry weight ratio of forage with root dry weight. Treatment 100% of soil water content was significantly effect on plant height. Treatment 55% of soil water content was significantly effect on the total dry weight ratio of forage with root dry weight. Based on the result of the researchs it can be concluded that cattle bio-slurry tends to provide the distribution of photosynthesis result in proportion to the large leaves and stems rather than to the roots compared to pig slurry and cattle slurry. This study confirmed that Indigofera zollingeriana is a drought resistant species, and there was no interaction between the types of slurry with soil water content in the observed variables (growth, yield, and characteristic). Keywords: Slurry, Bio-Slurry, Soil Water Content, Indigofera zollingeriana, Growth and Yield
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN Panicum maximum cv. Trichoglume PADA JENIS TANAH DAN DOSIS PUPUK TSP BERBEDA Sudiarsana I K. G.; I K. M. Budiasa; M. A. P. Duarsa
Jurnal Peternakan Tropika Vol 7 No 3 (2019): Issue 7 No. 3 - 2019
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.734 KB) | DOI: 10.24843/ejpt.2019.v07.i03.p015

Abstract

Penelitian yang bertujuan mengetahui pertumbuhan dan produksi hijauan Panicum maximum cv. Trichoglume pada jenis tanah dan dosis pupuk TSP berbeda. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca di Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, selama 12 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola tersarang 3×3 dengan perlakuan jenis tanah yaitu tanah mediteran (TM), tanah regosol (TR), tanah latosol (TL) dan dosis pupuk yaitu: kontrol (D0), 50 kg/ha TSP (D1) dan 100 kg/ha TSP (D2). Perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan. Variabel yang diamati yaitu variabel pertumbuhan, produksi dan karakteristik tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi hijauan Panicum maximum cv. Trichoglume pada jenis tanah dan dosis pupuk TSP berbeda memiliki rataan tertinggi pada tanah latosol pada variabel pertumbuhan yakni tinggi tanaman yang mencapai 92,63 cm tetapi secara statistik berbeda tidak nyatadibandingkan dengan tanah mediteran dan tanah regosol, variabel produksi pada tanah latosol memiiki rataan tertinggi pada berat kering daun mencapai 2,34 g berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan tanah regosol yang mencapai 1,58 g, variabel karakteristik tumbuh pada tanah regosol memiliki rataan tertinggi mencapai 0,74 berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan tanah latosol yang mencapai 0,62. Kesimpulan pada penelitian ini tanah latosol memberikan pertumbuhan dan produksi terbaik pada rumput Panicum maximum cv. Trichoglume, pertumbuhan dan produksi Panicum maximum cv. Trichoglumepada jenis tanah latosol dan tanah mediteran terbaik pada pemberiandosis pupuk 100 kg TSP/ha, sedangkan pada tanah regosol pada dosis pupuk 50 kg TSP/ha. Kata kunci:pertumbuhan, produksi, Panicum maximum, jenis tanah, pupuk TSP
PENGARUH WAKTU DEKOMPOSISI DAN DOSIS PUPUK KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha Sembiring E. C.; M. A. P. Duarsa; N. N. C. Kusumawati
Jurnal Peternakan Tropika Vol 10 No 2 (2022): Vol. 10 No. 2 Tahun 2022
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu dekomposisi dan dosis pupuk kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan hasil Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca, Stasiun Penelitian Sesetan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana di Jalan Raya Sesetan Gang Markisa. Penelitian berlangsung selama 3 bulan, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah perlakuan waktu dekomposisi 0 minggu (W0), 2 minggu (W2), 4 minggu (W4) dan faktor kedua adalah perlakuan pupuk kotoran ayam dengan dosis 0 ton ha-1 (D0), 10 ton ha-1 (D10), 20 ton ha-1 D20), 30 ton ha-1 (D30). Terdapat 12 kombinasi perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 48 unit percobaan. Variabel yang diamati yaitu variabel pertumbuhan, variabel hasil dan variabel karakteristik tumbuh tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara waktu dekomposisi dan dosis terhadap semua variabel kecuali variabel berat kering daun, Variabel berat kering total hijauan, dan nisbah berat kering daun dengan berat kering batang. Perlakuan waktu dekomposisi 0 minggu nyata memberikan respon lebih baik dibandingkan perlakuan waktu dekomposisi 2 dan 4 minggu. Dosis yang menunjukkan hasil terbaik pada pertumbuhan dan hasil Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha adalah pada dosis 30 ton ha-1. Disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara waktu dekomposisi dan dosis serta perlakuan waktu dekomposisi 0 minggu dan dosis 30 ton ha-1 memberikan respon terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha. Kata kunci: Asystasia gangetica, dekomposisi, hasil, Kotoran Ayam, pertumbuhan