Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

OPTIMASI PENAMBAHAN MINYAK ATSIRI BUNGA KAMBOJA TERHADAP LILIN AROMATERAPI DARI LILIN SARANG LEBAH Dwi Sandri; Fatimah Fatimah; Erfanur Adlhani; Lisda Erlinda
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 3 No 1 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.597 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v3i1.8

Abstract

Aromaterapi adalah salah satu teknik pengobatan atau perawatan menggunakan aroma harum yang terdapat pada minyak atsiri. Minyak atsiri dapat dipadukan dengan lilin sebagai media relaksasi. Lilin yang digunakan dapat diperoleh dari sarang lebah madu. Sejauh ini di daerah Tanah Laut para petani lebah madu tidak memanfaatkan kembali sarang lebah setelah dipanen. Pemanfaatan sarang lebah dapat ditingkatkan lebih lanjut dengan dibuat menjadi lilin lebah aromaterapi. Tujuan penelitian ini untuk menentukan kondisi optimum penambahan minyak atsiri aroma kamboja serta menganalisis kualitas lilin lebah aromaterapi. Penelitian ini dilakukan dengan optimasi penambahan minyak atsiri bunga kamboja sebanyak 1%, 2%, 3%, 4%. Berdasarkan pengujian lilin lebah aromaterapi yang terbaik yaitu aromaterapi kamboja dengan penambahan minyak atsiri sebanyak 1%.Kata kunci : aromaterapi, lilin lebah, minyak atsiri, kamboja
Pengaruh Jenis Ragi terhadap Kualitas Tepung Biji Talipuk (Nymphaea pubescens WILLD) Dwi Sandri; Ema Lestari; Titis Linangsari
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 8 No 2 (2021): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/jtai.v8i2.140

Abstract

Talipuk (Nymphaea pubescens Willd) salah satu tumbuhan khas lahan rawa yang banyak tumbuh di daerah Kalimantan yang juga merupakan salah satu sumber pangan, melalui penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, biji talipuk dapat dibuat menjadi produk tepung, dengan kualitas tepung talipuk ditingkatkan melalui fermentasi biji talipuk dengan ragi tape, dimana menghasilkan tepung talipuk dengan kandungan protein tinggi dan memenuhi Standar Nasional Indonesia yang disebut Modified Talipuk Flour (MOTAF) dan tepung ini dapat mensubtitusi tepung terigu sebanyak 5% dalam pembuatan roti manis. Teknologi fermentasi pada bahan pangan sumber karbohidrat mampu mengubah karakteristik bahan pangan sehingga aplikasinya lebih luas untuk produk pangan dan sebagai pengganti tepung terigu seperti tepung MOCAF. Selain itu, fermentasi mengakibatkan terjadi perubahan profil komponen fitokimia yang mengakibatkan peningkatan kemampuan aktivitas antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh jenis ragi terhadap kualitas tapung biji talipuk. Ragi yang digunakan yaitu ragi tape, roti dan tempe, setiap perlakuan akan dibuat sebanyak 3 kali pengulangan. Selanjutnya tepung biji talipuk terfermentasi dilakukan uji proksimat (kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perlakuan fermentasi dengan berbagai jenis ragi mempengaruhi kualitas tepung biji talipuk yaitu untuk kadar air tepung talipuk terfermentasi memiliki kadar air yang lebih rendah dibanding tepung talipuk tanpa perlakuan, kadar abu tidak berpengaruh karena dari setiap perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan, kadar protein berpengaruh karena kadar protein tepung biji talipuk yang difermentasi meningkat, kadar lemak juga berperngaruh dan kadar karbohidrat juga berpengaruh yaitu karbohidrat tepung biji talipuk terfermentasi mengalami penurunan kadar.
OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET Dwi Sandri; Fajar Sapta Hadi
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 3 No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.826 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v3i2.4

Abstract

Biobriket merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar yang dihasilkan dari bahan-bahan organik atau biomasa yang kurang termanfaatkan. Beberapa jenis limbah biomasa memiliki potensi yang cukup besar seperti limbah kayu, sekam padi, jerami, ampas tebu, cangkang sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi produksi biobriket dari kulit buah karet dengan parameter pengujian meliputi analisis kadar air, nilai kalor, kadar abu, kadar zat yang hilang, lama bakar dan laju bakar. Pembuatan biobriket ini berbahan baku dari kulit buah karet yang dimulai dari proses pengarangan kemudian digiling dan disaring dengan berbagai ukuran ayakan yang berbeda yaitu 55 mesh, 140 mesh dan 210 mesh kemudian dicampur dengan perekat dan dicetak lalu dijemur. Adapun perekat yang digunakan adalah tepung tapioka dengan konsentrasi perekat 4% pada pembuatan biobriket dan air yang digunakan sebanyak 150 ml terhadap masing-masing konsentrasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa briket dengan perlakuan menggunakan perekat 4% yang dilarutkan dengan 150 ml air sudah memenuhi SNI No.1/6235/2000 briket arang. Hasil terbaik diperoleh pada kode formula B1, menunjukan kadar air 5,94%, nilai kalor 7368,66 kal/gr, kadar abu 5,48%, kadar zat yang hilang 7,72% lama bakar 56 menit dan laju bakarnya 0,18 gr/menit. Melihat dari hasil penelitian ini bahwa kulit buah karet dapat dijadikan salah satu bahan baku alternatif dalam pembuatan biobriket.Kata kunci : Kulit buah karet, Tapioka, Biobriket
PENGARUH PELILINAN LILIN LEBAH TERHADAP KUALITAS BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum) Fatimah Fatimah; Erfanur Adlhani; Dwi Sandri
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 2 No 1 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.878 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v2i1.18

Abstract

Buah tomat (Solanum lycopersicum) merupakan buah yang hasilnya melimpah dan mempunyai umur simpan yang relatif pendek. Pelilinan pada buah merupakan salah satu metode dalam pengawetan produk hortikultura. Penelitian ini akan memanfaatkan lilin lebah madu dalam proses pelilinan pada buah tomat. Tujuan penelitian untuk mendapatkan formulasi pelilinan pada proses penyimpanan untuk buah tomat dan berbasis bahan baku lilin lebah madu. Perlakuan dalam pelilinan menggunakan lilin lebah madu dengan konsentrasi emulsi lilin masing-masing 2%, 4%, dan 6%. Berdasarkan uji sensoris, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelilinan menggunakan emulsi lilin lebah madu, pelilinan dengan konsentrasi lilin 6% dapat mempertahankan mutu buah sampai hari ke-5.
PEMBUATAN ASAP CAIR DARI CANGKANG BIJI KARET DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS Jaka Darma Jaya; Dwi Sandri; Agusten Setiawan
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 6 No 2 (2019): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.982 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v6i2.100

Abstract

Salah satu pemanfaatan cangkang biji karet supaya bernilai ekonomis yang tinggi adalah dibuat asap cair dengan proses pirolisis. Asap cair merupakan suatu campuran larutan senyawa murni. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi proses pirolisis asap cair dan mengaplikasikan nya sebagai koagulan lateks. Proses pirolisis dilakukan dengan melakukan variasi waktu pirolisis sebagai berikut: 30 menit, 60 menit da 120 menit dengan bahan baku seberat 500 gram dan suhu pirolisis 250˚. Berdasarkan hasil pirolisis ini diketahui bahwa perlakuan dengan waktu 120 menit menghasilkan rendemen asap cair paling tinggi sebesar 16% dan perlakuan 30 menit menghasilkan rendemen asap cair terendah sebesar 10,3%. Karakterisasi asap cair cangkang biji karet memperlihatkan bahwa perlakuan 30 menit menghasilkan pH asap cair paling tinggi sebesar 4 (asam asetat 10,6%) dan perlakuan 120 menit menghasilkan pH paling rendah sebesar 3,3 ( asam asetat 9,8%) dari hasil yang didapat dapat diketahui semakin rendah pH asap cair maka semakin tinggi kadar asam asetat didalamnya. Pada aplikasi asap cair sebagai koagulan lateks menunjukan bahwa asap air dari cangkang biji karet berpotensi sebagai koagulan dengan waktu penggumpalan antara 375-440 detik lebih singgkat jika dibandingkan asap cair komersil yang memerlukan waktu penggumpalan 3652 detik.
Kemampuan Tepung Talipuk (Nymphaea pubescens Willd) dalam Mensubstitusi Tepung Terigu Pada Kue Cookies Fatimah Fatimah; Ema Lestari; Dwi Sandri; Melisa Agustina
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 6 No 1 (2019): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.692 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v6i1.85

Abstract

Talipuk (Nymphaea pubescens Willd) plant is a local term for lotus plants that are plants that live in areas of swampland in South Kalimantan. This local commodity material may be substituted as an alternative to wheat flour and the potential for flour talipuk to be processed in the manufacture of cookies. The objective of this research is to get the best formulation ratio of flour talipuk in substituting wheat flour in cookies and to analyze the quality of cookies. Cook flour talipuk powder in substituting wheat flour is made with 5 different formulation compositions, 100% wheat flour and 0% flour talipuk, 75% wheat flour and 25% flour talipuk, 50% wheat flour and 50% flour talipuk, 25% wheat flour and 75% flour talipuk, 0% wheat flour and 100% flour talipuk. The results showed that based on organoleptic test, it was found that the best formulation composition was in the treatment of 100% flour talipuk with levels a water 0.88% and ash content of 1.44% has fulfilled SNI 01-2973-1992.
ANALISIS KUALITAS BIOBRIKET CANGKANG BIJI KARET DENGAN PERBEDAAN KONSENTRASI PEREKAT Dwi Sandri; Fatimah Fatimah; Faridah Faridah
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 8 No 1 (2021): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/jtai.v8i1.136

Abstract

Tujuan penelitian adalah menggali potensi cankang biji karet sebagai biobriket dengan menentukan konsentrasi perekat yang optimal untuk mendapatkan biobriket yang berkualitas. Adapun perekat yang digunakan pada penelitian ini adalah tepung tapioka dengan perlakuan perbedaan konsentrasi 3%, 4%, 5%, dan 6%. Masing-masing perlakukan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Kualitas biobriket yang dianalisis antara lain kadar air, kadar abu, nilai kalor, kadar zat terbang, kadar karbon tetap, dan kuat tekan. Hasil analisis kualitas kemudian dibandingkan dengan standar. Adapun hasil yang diperoleh Biobriket cangkang biji karet memiliki kualitas kadar air antara 4.03% - 6.26%, kadar abu 0.80% - 1.76%, Kadar zat menguap 7.57% - 12.37%, dan Nilai kalor sebesar 7255.18 (Kal/g) – 7906.14 (Kal/g) dimana nilai ini untuk disetiap perlakuan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) briket arang, sedangkan nilai kadar karbon terikat dan kuat tekan belum memenuhi standar. Sehingga perekat 3% dapat menghasilkan biobriket yang berkualitas sesuai dengan standar briket arang yaitu, kadar air 4.49%, kadar abu 0.86%, Kadar zat terbang 9.54%, kadar karbon terikat 86.09%, dan nilai kalor sebesar 7682.53 Kalori/g.
PENENTUAN UMUR SIMPAN GETUK PISANG RAINBOW YANG DIKEMAS MENGGUNAKAN KEMASAN PLASTIK POLIETILEN Fatimah Fatimah; Dwi Sandri; Nana Yuliana
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 4 No 1 (2017): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.697 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v4i1.47

Abstract

Getuk pisang adalah makanan kue yang tebuat dari pisang masak yang dikukus laluditumbuk halus bersama gula pasir dan kemudian digulung dengan daun pisangsehingga berbentuk bulat panjang. Sedangkan getuk pisang rainbow terbuat daripisang uli (Musa paradisiaca Sapientum) khas Kalimantan dengan pewarna daribahan alami sehingga berwarna warni dan dikemas menggunakan plastik kemasan.Pengolahan pisang uli di Kalimantan Selatan belum dimanfaatkan secara optimal.Getuk pisang rainbow yang berbahan dasar pisang uli sudah ada dilakukan, tetapimasih belum dilakukan pengujian untuk lama umur simpan terhadap produk tersebut.Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan umur simpan getuk pisang rainbowmenggunakan jenis kemasan plastik Polietilen (PE) berdasarkan penerimaan panelis,pengamatan bakteri dan analisis kadar air. Getuk pisang rainbow yang dikemasmenggunakan kemasan plastik PE dapat bertahan selama 2 hari. Hasil iniberdasarkan uji organoleptik terhadap produk getuk pisang rainbow yang dapatditerima oleh panelis selama 2 hari penyimpanan. Umur simpan getuk pisangrainbow juga ditentukan berdasarkan jumlah bakteri yang telah melewati ambangbatas yang diperbolehkan pada penyimpanan selama 2 hari.
OPTIMASI SUHU DAN LAMA PENGUKUSAN UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN GETUK PISANG RAINBOW Fatimah Fatimah; Erfanur Adlhani; Dwi Sandri
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 3 No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.982 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v3i2.1

Abstract

Getuk merupakan pangan semi basah yang biasanya terbuat dari ubi kayu melalui tahap persiapan bahan, pengukusan, penghancuran atau penumbukan, pencampuran bahan tambahan dan pencetakan atau pembentukan. Getuk pisang rainbow merupakan produk inovasi olahan getuk berbahan baku pisang uli. Produk ini dinamakan getuk rainbow karena memiliki tiga variasi warna sehingga terlihat seperti pelangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperpanjang umur simpan getuk pisang rainbow dengan melakukan optimasi terhadap suhu dan lama pengukusan getuk. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan variasi suhu 600C, 700C, 800C, dan 900C dan variasi waktu untuk masing-masing suhu pengukusan 15 menit, 30menit, dan 45 menit. Penentuan umur simpan dilakukan menggunakan metode Extended Storage Studies (ESS) yaitu penentuan tanggal kadaluwarsa dengan jalan menyimpan suatu seri produk pada kondisi normal sehari-hari sambil dilakukan pengamatan terhadap penurunan mutunya hingga mencapai tingkat mutu kadaluwarsa. Hasil menunjukkan bahwa suhu pengukusan terbaik diperoleh pada suhu 800C dengan waktu pengukusan selama 45 menit yang mana getuk pisangrainbow diterima oleh panelis 80% dengan waktu penyimpanan selama 2 hari, dan berdasarkan hasil pengamatan bakteri, getuk pisang rainbow dapat bertahan selama 2 hari dengan jumlah mikroba yang melewati ambang batas yang diperbolehkan pada hari ke-3.Kata kunci : getuk, getuk pisang rainbow, umur simpan
EFFECT OF YEAST TYPE ON ANTIOXIDANT ACTIVITY AND PHENOLIC CONTENT IN FERMENTED TALIPUK SEED FLOUR Titis Linangsari; Ema Lestari; Dwi Sandri
Jurnal Agroindustri Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : BPFP Faperta UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/j.agroindustri.12.1.12-20

Abstract

Talipuk seed flour is processed from mature talipuk seeds. This flour is commonly used as a raw material for traditional cakes and as a substitute for wheat flour by the people of South Kalimantan. Talipuk seeds contain various compounds that function well for health. However, talipuk seeds are less desirable because they have a sandy texture and contain anti-nutritional compounds that cause a less desirable flavor. This can be overcome by fermentation by yeast. This study was conducted to analyze the functional properties (total phenolic content by the Folin-Ciocalteau method and antioxidant activity with the free radical inhibitor DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) in talipuk seed flour fermented with various yeasts. Talipuk seeds were fermented by fermentation spontaneously, tape yeast, baker's yeast and tempeh yeast for 48 hours. The results of the fermentation are dried using an oven at 60oC for 8 hours or with a hot sun for ± 12 hours. Then mashed and sieved with a 60 mesh flour sieve to obtain fermented talipuk seed flour Based on the results of research, the fermentation of talipuk seed flour can increase the total phenolic content and antioxidant activity of talipuk seed flour. The highest total phenolic in the fermentation of talipuk seed flour using baker's yeast is 61.22 mg/g GAE and tape yeast 56.40 mg/g GAE, while the highest antioxidant activity in unfermented talipuk bij flour was 84.85%, followed by fermentation of talipuk seed flour using 47.34% baker's yeast and 36.34 % tape yeast. The use of baker's yeast and tape yeast in the fermentation of talipuk seed flour gave better total phenolic and antioxidant activity test results than spontaneous fermentation and fermentation using tempeh yeast.