Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

PEMBUATAN SABUN MADU BAGI MASYARAKAT PETANI LEBAH MADU Fatimah Fatimah; Dwi Sandri; Nuryati Nuryati
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (MEDITEG) Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat MEDITEG
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Tanah Laut (Politala)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/mediteg.v1i1.3

Abstract

Madu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan di Kabupaten Tanah Laut yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati Tanah Laut Nomor 188.45/463-KUM/2013 tanggal 10 September 2013 tentang Penetapan Jenis Hutan Bukan Kayu Unggulan Kabupaten Tanah Laut yaitu Lebah Madu, Gaharu, dan Nipah. Permasalahan yang dihadapi mitra kelompok tani sangat kompleks, mulai dari budidaya sampai tahap akhir pemasaran. Untuk menangani permasalahan tersebut diupayakan penyelesaian secara bertahap dan berkesinambungan. Peran berbagai pihak sangat diperlukan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi. Peran perguruan tinggi, dalam hal ini Politeknik Negeri Tanah Laut yang berada di kabupaten Tanah Laut sangat diperlukan. Permasalahan yang menjadi prioritas utama yaitu pengolahan produk untuk diversifikasi produk dari madu, dalam hal ini pembuatan sabun mandi madu. Lingkup kegiatan pengabdian kepada masyarakat meliputi penyuluhan tentang penggunaan madu dalam pembuatan sabun mandi madu dan mengajarkan kepada masyarakat cara membuat produk  sabun madu. Sedangkan luaran yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa produk sabun mandi madu. Produk sabun madu  yang dihasilkan dapat dijadikan salah satu peluang usaha baru bagi petani lebah madu. Kata Kunci: lebah madu, madu, sabun
HILIRISASI SARANG LEBAH MADU MENJADI PRODUK LILIN AROMATERAPI BAGI MASYARAKAT PETANI LEBAH MADU Fatimah Fatimah; Dwi Sandri
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (MEDITEG) Vol 2 No 1 (2017): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat MEDITEG
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Tanah Laut (Politala)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/mediteg.v2i1.16

Abstract

Madu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan di Kabupaten Tanah Laut. Pada pengambilan hasil madu, sarangnya tidak dimanfaatkan lebih lanjut oleh para peternak lebah. Lilin yang berasal dari sarang lebah hanya dimanfaatkan untuk pembuatan pondasi rumah untuk sarang lebah. Dengan kata lain, lilin lebah yang dihasilkan belum menghasilkan nilai ekonomi yang lebih.  Lilin lebah dapat lebih bernilai ekonomis dengan membuat produk yang bernilai jual tinggi, salah satunya adalah dengan membuat produk lilin aromaterapi. Masyarakat sasaran pada kegiatan ini adalah Petani lebah madu Kelompok Tani Harapan Makmur dan Kelompok Wanita Tani Mekar Sari.  Lingkup kegiatan meliputi pengambilan lilin lebah dari sarang lebah kemudian membuat lilin aromaterapi dari lilin lebah yang dihasilkan dengan menambahkan aroma minyak atsiri, sehingga dihasilkan lilin aromaterapi dari lilin lebah.  Lilin aromaterapi yang terbuat dari lilin lebah  menghasilkan aroma sesuai dengan minyak atsiri yang digunakan ketika dinyalakan. Kata Kunci: Sarang lebah, Lebah madu, Lilin aroma terapi.
CONSUMER ACCEPTANCE TOWARDS SWEET BREAD SUBTITUTED TO MODIFIED TALIPUK FLOUR (MOTAF) AND TEMULAWAK STARCH Dwi Sandri; Ema Lestari
Jurnal Agroindustri Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : BPFP Faperta UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/j.agroindustri.10.2.139-146

Abstract

This study aimed to analyze the consumer's acceptance towards sweet bread substituted to Modified Talipuk Flour (MOTAF) and temulawak starch. This research was conducted using a completely randomized design method (CRD) which consisted of 5 treatments consisting of the ratio of wheat flour, motaf, and ginger starch flour. The sweet bread of these 5 treatments was tested for specific volume and level of consumer preference which consisted of taste, aroma, and texture. The data obtained were then analyzed by ANOVA and followed by further DMRT test at the 5% level. The results showed that consumers could receive sweet bread substituted for Motaf and temulawak starch which in terms of aroma and texture showed no significant difference to bread 100% wheat flour, while in terms of taste in treatment C (substitution of Motaf and Temulawak Starch Flour) has a taste similar to 100% wheat bread with a score of 6.31. Whereas for the specific volume there was a significant difference in each treatment where the bread in treatment C had a greater value than the 100% wheat bread. The addition of temulawak starch will have an effect on the bread yield, the more temulawak starch was added, the quality of the bread will decrease.
POTENSI PATI TEMULAWAK SEBAGAI BAHAN PANGAN PENGGANTI TEPUNG TERIGU PADA KUE BOLU Ema Lestari; Fatimah Fatimah; Dwi Sandri; Retno Yuniarti
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jiphp.v3i1.3610

Abstract

Temulawak is one of tubers plant which grows in tropical forest areas and has good benefits for health. Temulawak also contained large enough starch, making has great potential as an additive in alternative products for processed food ingredients. Processing of temulawak starch flour is done to reduce the import of wheat flour to Indonesia. The purpose of this study are get starch of temulawak from tuber of temulawak plant, substituting wheat flour with temulawak starch flour for making sponge cake and knowing the panelist's favorite level of sponge cake made from temulawak starch flour. Sponge cake created with 3 treatments, 100% wheat flour as control, 50% temulawak starch with 50% wheat flour and 100% temulawak starch, then execute organoleptic test. Preparation of temulawak starch flour produces yellowish white flour. The organoleptic test showed that sponge cake with substitution of temulawak starch was 50% and 100% preferred over sponge cake without starch flour of temulawak. Based on this research, it was found that temulawak starch flour potency as commodity source of food substitute of wheat flour in making sponge cake because it can substitute wheat flour to 100%.
VOLUME KEMBANG ADONAN DAN SENSORY ROTI MANIS YANG DIBUAT DARI MODIFIED TALIPUK FLOUR (MOTAF) [Dought Volume and Sensory Properties of Sweet Bread made from Modified Talipuk Flour (Motaf)] Ema Lestari; Dwi Sandri; Fatimah Fatimah; Umaira Umaira
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol 24, No 2 (2019): Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian
Publisher : Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1113.857 KB) | DOI: 10.23960/jtihp.v24i2.113-120

Abstract

Modified talipuk flour (motaf) can reduce the amount of wheat flour utilization as the main ingredient in making sweet bread. This study was aimed to determine the dough volume and organoleptic properties of sweet bread made from modified talipuk flour (motaf) with 6 formulations namely 0%, 5%, 10%, 15%, 20% and 25% (w/w). The hedonic sensory test was applied to 30 panelists. The results showed that the addition of motaf increased the taste and aroma scores, but decreased the volume of dough development, color score, texture, and overall acceptance of sweet bread. The highest volume of dough development was 57.17 cm found in the 5% formulation of motaf.
OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET Rachmat Ramadhani; Dwi Sandri; Jaka Darma Jaya
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 2 No 2 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.093 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v2i2.15

Abstract

Biobriket merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar yang dihasilkan dari bahan-bahan organik atau biomasa yang kurang termanfaatkan. Beberapa jenis limbah biomasa memiliki potensi yang cukup besar seperti limbah kayu, sekam padi, jerami, ampas tebu, cangkang sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi produksi biobriket dari kulit buah karet dengan parameter pengujian meliputi analisis kadar air, nilai kalor, lama bakar dan laju bakar. Pembuatan biobriket ini berbahan baku dari kulit buah karet yang dimulai dari proses pengarangan kemudian digiling dan dicampur dengan perekat dan cetak lalu dijemur. Adapun perekat yang digunakan adalah tepung tapioka dengan konsentrasi perekat 3%, 4%, 5%, dan 6% pada pembuatan biobriket dan air yang digunakan sebanyak 250 ml dan 375 ml terhadap masing-masing konsentrasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa briket dengan perlakuan menggunakan perekat 4% yang dilarutkan dengan 250 ml air mendekati SNI briket arang. Hasil tersebut menunjukan kadar air 6,12%, nilai kalor 6351,58 kal/gr, lama bakar 43 menit dan laju bakarnya 0,28 gr/menit. Melihat dari hasil penelitian ini bahwa kulit buah karet dapat dijadikan salah satu bahan baku alternatif dalam pembuatan biobriket.
Potensi Asap Cair Cangkang Biji Karet Sebagai Koagulan Untuk Meningkatkan Mutu Sit Angin Dwi Sandri; Fatimah Fatimah; Erni Hasanah
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 7 No 1 (2020): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/jtai.v7i1.108

Abstract

Sit angin merupakan salah satu jenis bahan olahan karet rakyat (bokar) yang biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan karet SIR, dimana SIR memiliki standar spesifikasi teknis yang harus dimiliki agar sesuai dengan SNI. Pengolahan bokar yang dihasilkan masih banyak bermutu rendah, salah satu penyebabnya adalah penggunaan koagulan yang tidak tepat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis mutu sit angin dengan menggunakan koagulan asap cair cangkang biji karet. Pada penelitian ini dilakukan analisis mutu sit angin berupa kondisi koagulasi, uji sensori, kadar karet kering, kadar zat menguap dan kadar abu. Hasil penelitian menunjukan penggunaan asap cair cangkang biji karet memberikan pengaruh terhadap bokar sit angin yang dihasilkan, semakin tinggi dosis yang diberikan akan menghasilkan aroma asap yang menyengat. Adapun untuk nilai Kadar karet kering berkisar 99.27% - 99.53%, kadar zat menguap berkisar 0.37% - 0.73%, kadar abu 0.22% - 0.47%, sehingga sit angin yang terbentuk dapat direkomendasikan sebagai bahan baku jenis mutu SIR 5.
Daya Terima Panelis dan Karakterisasi Selai Kulit Pisang Kepok dengan Penambahan Pisang Ambon Siti Munasari; Dwi Sandri; Jefriadi Jefriadi
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 5 No 1 (2018): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.238 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v5i1.61

Abstract

Kulit pisang kepok (Musa paradisiaca forma typical) merupakan hasil samping dari pisang kepok yang digunakan oleh industri pangan. Saat ini kulit pisang kepok belum banyak dimanfaatkan secara produktif, padahal kulit pisang kepok masih memiliki kandungan gizi dan pektin yang dapat diolah menjadi produk pangan yaitu selai. Untuk meningkatkan mutu selai kulit pisang kepok dilakukan penambahan pisang ambon. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan pisang ambon terhadap tingkat kesukaan selai, mendapatkan formulasi terbaik berdasarkan daya terima panelis dan mengukur karakterisasi selai yang dihasilkan dari semua perlakuan. Tahapan pembuatan selai yaitu dengan membuat bubur kulit pisang kepok dan bubur pisang ambon kemudian dimasak dengan gula dan asam sitrat. Analisis daya terima selai dilakukan dengan uji tingkat kesukaan (hedonik) kemudian data dianalisis dengan uji ANOVA dan DMRT. Karakteristik selai dilakukan dengan uji kadar air dan uji daya oles. Penambahan pisang ambon berpengaruh nyata terhadap rasa selai, formulasi selai terbaik berdasarkan daya terima panelis adalah pada perlakuan 50% : 50% bubur kulit pisang kepok dengan bubur pisang ambon. Karakterisasi selai yang dihasilkan dari semua perlakuan mempunyai kadar air berkisar 29,71 – 35,06% dan daya oles berkisar antara 9 – 11,6 cm.
PENGARUH PENAMBAHAN CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC) DAN AGAR-AGAR SEBAGAI PENGEMULSI PADA PEMBUATAN SOYGHURT BUAH NAGA Meirida Meirida; Ema Lestari; Dwi Sandri
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 3 No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.141 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v3i2.2

Abstract

Kedelai sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi secara langsung. Salah satu produk olahan kedelai adalah susu kedelai. Dengan sedikit suplementasi khusus, susu kedelai dapat menggantikan susu sapi secara baik). Keterbatasan dari susu kedelai karena cita rasa yang langu dapat dikurangi melalui proses fermentasi susu kedelai menjadi soyghurt yang lebih dikenal dengan istilah soyghurt. Yoghurt kedelai atau yang lebih dikenal dengan soyghurt biasanya lebih encer dari pada yoghurt dari susu sapi sehingga diperlukan bahan tambahan lain sebagai penstabil. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan bahan penstabil CMC dan agar-agar pada pembuatan soyghurt. Pada pembuatan soyghurt ada 2 tahapan yang dilakukan, tahap pertama pembuatan susu kedelai dan tahap kedua pembuatan soyghurt buah naga, kemudian dilakukan pengujian organoleptik, viskositas, pH dan kadar asam. Hasil terbaik pengujian organoleptik untuk hedonik dengan penambahan CMC dan Agar-agar sebanyak 0,06% sedangkan mutu hedonik parameter warna dengan penambahan CMC sebanyak 0,04% dan Agar-agar sebanyak 0,06%,, aroma dengan penambahan CMC 0,06% dan Agar-agar 0,04%, rasa dengan penambahan CMC sebanyak 0,06% dan Agar-agar sebanyak 0,04% dan tekstur dengan penambahan CMC dan Agar-agar sebanyak 0,10%. Uji pH yang telah dilakukan produk yang memenuhi kualitas yoghurt dengan pH 3,8-4,6 adalah pada perlakuan tanpa CMC dan agar-agar dengan nilai 4.57, pada perlakuan susu kedelai dengan agar-agar 0,10% 4,50, 0,06% 4,52, 0,04% 4,50 dan 0,02% 4,57. Sedangkan uji kadar asam semua produk sesuai standarisasi.Kata kunci : Susu kedelai, soyghurt, organoleptik, viskositas, pH dan kadar asam.
UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii Fatimah Fatimah; Erfanur Adlhani; Dwi Sandri
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 2 No 2 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.718 KB) | DOI: 10.34128/jtai.v2i2.16

Abstract

Buah sawo (Achras zapota) mentah dipercaya masyarakat pedesaan untuk mengobati penyakit tifus. Penggunaannya sederhana dan bahannya pun mudah diperoleh sehingga relatif terjangkau dikalangan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan bahwa buah sawo mentah memiliki zat aktif yang dapat menghambat mikroorganisme penyebab tifus. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan untuk mendapatkan ekstrak sawo mentah pada pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu ekstrak perasan, metanol, aseton, dan n-heksan. Perlakuan konsentrasi ekstrak sawo mentah diujikan untuk penghambatan aktivitas mikroorganisme bakteri Salmonella typhii dengan variasi konsentrasi 10%, 30%, dan 50% disertai control positif dan negatif. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak sawo mentah dengan pelarut methanol dan aseton konsentrasi 50% memberikan aktivitas antibakteri zona hambat yang masih kecil yang menunjukkan respon yang kurang efektif