Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO Brilsya Moningka; Veronica A. Kumurur; Ingerid L. Moniaga
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 7 No. 2 (2015)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v7i2.9588

Abstract

Pengelolaan lumpur tinja dimaksudkan sebagai upaya untuk mencapai salah satu tujuan penataan ruang, yakni mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan melalui perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang (Pasal 3 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Oleh sebab itu,pengelolaan lumpur tinja yang memadai dan terpadu secara menyeluruh sangat diperlukan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan peningkatan timbulan lumpur tinja akibat tingginya jumlah dan kepadatan penduduk di kawasan perkotaan. Dalam hal ini, khususnya untuk kawasan padat penduduk memerlukan komunalisasi pengelolaan lumpur tinja, dan penyediaan fasilitas pengolah yang bersifat lanjutan dari tangki septic. Maka dari itu peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang analisis pengelolaan lumpur tinja di Kecamatan Sario Kota Manado. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui cara mengelola lumpur tinja pada pemukiman padat penduduk di Kecamatan Sario dan Menentukan kebutuhan pengelolaan dan lokasi sarana pengelolaan lumpur tinja pada pemukiman padat penduduk di Kecamatan Sario. Tahapan analisis untuk mencapai tujuan penelitian terdiri atas 4 tahap yakni : identifikasi permukiman padat padat penduduk di Kecamatan Sario atau penentuan lokasi penelitian; deskripsi kondisi eksisting pengelolaan lumpur tinja pada lokasi penelitian; proyeksi jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan timbulan lumpur tinja tahun 2014-2034; dan penentuan kebutuhan dan lokasi sarana pengelolaan lumpur tinja tahun 2014-2034. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : Pengelolaan lumpur tinja yang  saat ini diterapkan masyarakat pada permukiman padat penduduk di Kecamatan Sario adalah system setempat dan Kebutuhan pengelolaan lumpur tinja yang cocok untuk diterapkan pada permukiman padat penduduk di Kecamatan Sario hingga tahun 2034 adalah system setempat dilengkapi dengan pengolahan tambahan berupa anaerobic baffled reactor sebanyak 23 unit.
PERSEKOLAHAN TERPADU DI MINAHASA UTARA. Eco Friendly Architecture Bela M. Tumangkeng; Veronica A. Kumurur; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 2 (2018): DASENG Volume 7, Nomor 2, November 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i2.21268

Abstract

Persekolahan terpadu merupakan sarana atau fasilitas yang dapat mewadahi terlaksananya suatu pendidikan di tiap jenjangnya dalam suatu komplek, sehingga bisa menghasilkan masyarakat yang mampu mengembangkan potensi dirinya dan dapat bersaing disegala bidang. Namun, di zaman sekarang ini banyak sekali pembangunan  persekolahan yang yang tidak memperhatikan lingkungan dan alam sekitarnya. Kondisi tersebut memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan membahayakan kesehatan mahkluk hidup Persekolahan yang digunakan sebagai sarana untuk berlangsungnya suatu pendidikan, seharusnya bisa memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan penggunanya. Dalam perancangan objek menggunakan pendekatan kajian tipologi, kajian tapak dan lingkungan serta  kajian  tematik. Perancangan menerapkan tema Eco friendly architecture atau arsitektur ramah lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang semakin buruk, menjaga keseimbangan antara bangunan dan lingkungannya serta ikut melestarikan lingkungan. Diharapkan penerapan tema ini dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunanKata kunci : Persekolahan, Lingkungan, Eco friendly, architecture
PENDEKATAN HOLISTIC ARCHITECTURE PADA PERANCANGAN BANGUNAN MENTAL HEALTH CARE CENTER DI MANADO Aditya Ligianto; Veronica A. Kumurur
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 2 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 2, November 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i2.25051

Abstract

Manado Mental Health Center adalah pusat yang mewadahi dan memberikan pelayanan kesehatan mental dimana aktivitas didalamnya  berupa kegiatan konseling atau sesi sharing yang mendukung atau mengobati orang dengan gangguan mental. Selain itu Mental Health Center dapat disebut klinik kesehatan batin atau komunitas peduli kesehatan jiwa. Tujuan perancangan Manado Mental Health Care Center adalah untuk mewadahi kebutuhan layanan kesehatan mental di Kota Manado dengan desain yang memperhatikan kenyamanan pengunjung. Memanfaatkan lingkungan hijau melalui konsep holistic design. Menghadirkan konsep Mental Health Care Center yang memperhatikan bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual dari manusia. Metode perancangan menggunakan metode perancangan John Ziesel yaitu proses desain generasi 2, yang merupakan proses yang berulang-ulang secara terus menerus. Dan melalui proses pengumpulan data, analisa, sintesa dan evaluasi sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah yang optimal. Adapun hasil dari desain Mental Health Care Center dengan pendekatan tema Holistic Architecture dapat memaksimalkan penyembuhan bukan hanya secara fisikal maupun spiritual dari pasien yang mengalami gangguan batin melalui penataan lansekap atau vegetasi sesuai pada siteplan, layout plan, gambar eksterior, dan gambar tambahan, juga bangunan dengan banyak bukaan yang diterapkan pada di gambar tampak, perspektif bangunan, dan interior bangunan, agar pasien yang berada di dalam bangunan bisa merasa menyatu dengan alam.Kata Kunci : kesehatan mental, pusat perawatan, arsitektur holistik, manado
PENDEKATAN ECO ARCHITECTURE PADA PERANCANGAN BOTANICAL GARDEN CENTER DI TOMOHON Inkan R. Manginsihi; Veronica A. Kumurur; Aristotulus E. Tungka
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 2 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 2, November 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i2.25052

Abstract

Eco Architecture berbicara tentang ekosistem, tentang lingkungan yang artinya kehidupan mahkluk hidup. Kita harus memperhatikan prinsip prinsip alaminya seperti tidak membuat kegiatan yang dapat merusak lingkungan, membuat instalasi pengolahan air limbah agar sisa sisa air limbah tidak menyebar yang mengakibatkan kerusakan lingkungan, dll. Eco Architecture menggabungkan unsur unsur alam alami yang dapat membuat kenyamanan, ketenangan secara langsung kepada para pengunjung.Eco Architecture menonjolkan arsitektur yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di bidang arsitektur sulit diukur dan ditentukan. Tak ada garis batas yang jelas antara arsitektur yang bermutu tinggi dan arsitektur yang biasa saja. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya memperhatikan bentuk dan konstruksi gedung dan cenderung kurang memperhatikan kualitas hidup dan keinginan pemakainya, padahal mereka adalah tokoh utama yang jelas.Dalam pandangan Eco Architecture gedung dianggap sebagai makhluk atau organik. Yang berarti bahwa bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dan harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan Eco Architecture senantiasa menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung berada dalam satu landasan yang jelas. Kata Kunci : Eco Architecture
PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA KOMPLEKS PERKANTORAN PEMERINTAHAN KOTA KOTAMOBAGU Prasitio Lintong; Veronica A. Kumurur; Faizah Mastutie
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 2 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 2, November 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i2.25054

Abstract

Kota Kotamobagu berada di Provinsi Sulawesi Utara dan salah satu Kota yang berada di Suku Mongondow. Kota Kotamobagu adalah kota yang saat ini sedang berkembang. Pemerintah Kota Kotamobagu akan membangun Pusat Perkantoran Pemerintahan yang terpusat dalam satu kawasan. Dimana dalam satu kawasan tersebut terdapat kantor Walikota dan Kantor Dinas Pemerintahan. Pembangunan Kawasan Perkantoran Pemerintahan di Kota Kotamobagu menggunakan pendekatan tematik Arsitektur Neo-Vernakular. Melalui pendekatan tematik tersebut objek diharapkan menghadirkan bangunan yang mencerminkan kehidupan dan tidak akan meninggalkan indentidas dari suku mongondow dan juga menghadirkan suatu bentuk arsitektural yang menjadikan sebagai icon atau simbol dari suku mongondow itu sendiri. Dalam bangunan maksimal tidak hanya kualitas (fungsi) tapi juga kuantitas (estetika). Dalam perancangan ini, objek ditutur agar mampu mengoptimalkan perkembangan kota Kotamobagu yang berada dalam satu kawasan perkantoran dalam menjalankan kepemimpinan, serta tugas pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.Kata Kunci: Perkantoran Pemerintahan, Kota Kotamobagu, Arsitektur Neo-Vernakular
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEREJA PANTEKOSTA DI INDONESIA (GPdI) di MANADO, Arsitektur Simbolis Cindy R. Salangka; Veronica A. Kumurur; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 2 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 2, November 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i2.34634

Abstract

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Gereja Pantekosta Di Indonesia  (GPdI) adalah tempat menimbah ilmu dan memperdalam alkitab untuk jemaat GPdI di Sulawsesi Utara bahkan di Indonesia. GPdI menduduki ranking ke 3 sebagai jemaat terbesar di Indonesia, hal ini menjadi alasan bahwa sumber daya manusia dalam menunjang pelayanan di lingkungan GPdI harus berkualitas. Sekolah Alkitab merupakan salah satu realisasinya sebagai wadah pelatihan non-formal dan Sekolah Tinggi Alkitab sebagai wadah pendidikan formal yang didalamnya mengajarkan kekristenan berdasarkan sumber yang murni yaitu Alkitab sesuai doktrin GPdI. Selain itu didalamnya terdapat pengajaran mengenai musik gereja, pengemabalaan dan penginjilan dengan tujuan melahirkan hamba-hamba TUHAN yang siap melayani gereja dan jemaat untuk perluasan pemberitaan Injil Kristus di Indonesia. Namun wadah pendidikan GPdI saat ini yang ada di Sulawesi Utara belum memenuhi standar untuk bangunan pendidikan, itu bisa dilihat dari  fasilitas yang kurang memadai serta kurangnya kapasitas asrama, ruang kuliah yang terbatas dan fasilitas pendukung lainnya.  Pantecostal Center dan Kantor Majelis Daerah GPdI Sulut berada di Kota Manado, sehingga Pusat Pendidikan dan Pelatihan menggunakan lokasi pada area Pantecostal Center Buha. Rancangan bangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan GPdI ini menggunakan tema arsitektur simbolis, dimana pada tapak hingga selubung bangunan menerapkan  simbol-simbol GPdI dan simbol Kekristenan.Kata Kunci: GPdI, Sekolah Tinggi Alkitab, Kristen, Simbolisme
AGROWISATA TANAMAN HIAS DI TOMOHON, Arsitektur Organik Riando G. Mumek; Veronica A. Kumurur; Ricky M.S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 10 No. 1 (2021): DASENG Volume 10, Nomor 1, Mei 2021
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v10i1.39049

Abstract

Kota Tomohon merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Sulawesi Utara berjarak 25 kilometer dari kota Manado dan berada di ketinggian kira-kira 900-1100 meter dari permukaan laut dengan memiliki karakteristik wilayah yang bergunung dan berbukit karena diapit oleh 2 gunung berapi yaitu lokon dan mahawu sehingga menghasilkan tanah yang subur dan dengan kondisi  klimatologis yang bagus sehingga sangat bagus untuk bercocok tanam, salah satu tumbuhan yang sangat subur disana adalah tanaman hias, sehingga kota Tomohon mendapat Julukan sebagai kota bunga, sehingga kota Tomohon menjadi salah satu destinasi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Salah satu strategi pemerintah untuk menarik wisatawan ke Tomohon adalah dengan menggelar event tahunan yaitu Tomohon International Flower Festival (TIFF), namun demikian objek wisata dikota Tomohon masih kurang sehingga perlu adanya rancangan objek wisata berupa kawasan Agrowisata dimana didalamnya tidak hanya sekedar berwisata namun bisa juga menambah pengetahuan tentang tanaman hias.Dengan menggunakan pendekatan Arsitektur Organik rancangan arsitektur  yang dihasilkan diharapkan mampu berbaur dengan lingkungan sekitar dengan memperhatikan aspek biologis lingkungan sekitarnya. Sehingga pendekatan ini sangat cocok diterapkan pada perancangan desain bangunan arsitektural. Rancangan ini diharapkan dapat menjadi objek desitnasi wisata baru di Kota Tomohon.Kata Kunci : Kota Tomohon, Tanaman Hias, Objek Wisata, Arsitektur Organik
EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN PADA KAWASAN NEGATIVE LIST BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MANADO TAHUN 2014-2034 Natan, Selfi; Kumurur, Veronica A.; Gosal, Pierre H.
MEDIA MATRASAIN Vol. 18 No. 2 (2021)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/matrasain.v18i2.37066

Abstract

Residential area is an area outside the protected area and is used as an environment settlements/community housing both in urban and in rural areas. Increase in number of population causes the needs for residential land also increases. Availability of land in a limited city causes the emergence of residential land that is not in accordance with the allotment. Similar to Indonesian cities, Manado City is also experiencing increase in population. In the 2011-2019 period, Manado City experienced an increase the total population is 21.399 people (BPS Manado City). With increasing number residents in the city of Manado then began to appear residential land located in the area that is not suitable for its designation. The purpose of this research is to identify the location of residential land use in the negative list area in Manado City and evaluate the use of PKP land in the negative list area. Technique Data collection used is observation, literature review, and documentation study. For analysis technique using spatial analysis techniques (overlay and descriptive). The results of this study is the use of residential land in the negative list area as much as 493,58 ha or 13,09% of the total existing settlements in Manado City. And for the suitability of residential land which is in the negative list area, namely in the less class area of 0,05 ha, for the sufficient class area of 446,78 ha, and the appropriate class area of 46,75 ha.