Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search
Journal : Gorga : Jurnal Seni Rupa

JAM DINDING ORNAMEN BATAK TOBA BERBAHAN SERBUK KAYU DENGAN TEKNIK MEMBENTUK Winny Adeline; Misgiya Misgiya; Adek Cerah Kurnia Azis
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38493

Abstract

Sawdust is one of the many wastes found around us, the lack of knowledge and innovation in processing this waste makes the sawdust build up. Based on the problems above, an idea emerged to produce products made from sawdust with the aim of reducing sawdust waste. The wall clock was chosen as the product to be made because it has a functional value and is always tied to humans as a time guide, while to add aesthetic value, Toba Batak ornaments are added as decoration. The method of creation is carried out in three stages, the exploration or data collection stage, the design stage is creating an alternative sketch which then gets the selected design, and the embodiment stage is the process of forming a wall clock. The visual aspect that can be seen from this wall clock is the durability of the wall clock based on the raw materials, the neatness of the wall clock, and the aesthetic value. Five wall clocks were created using the technique of shaping by hand, each entitled Melting the Circle of Culture, Lilian, Flower Bloom, and Seirama.Keywords: sawdust, ornaments, shaping technique. AbstrakSerbuk kayu merupakan salah satu limbah yang banyak ditemukan di sekitar kita. Kurangnya pengetahuan dan inovasi dalam mengolah limbah tersebut membuat serbuk kayu semakin menumpuk. Berdasarkan permasalahan di atas muncullah ide untuk menghasilkan produk berbahan serbuk kayu dengan tujuan untuk mengurangi limbah serbuk kayu. Jam dinding dipilih sebagai produk yang akan dibuat karena memiliki nilai fungsi dan selalu terikat dengan manusia sebagai penunjuk waktu, sedangkan untuk menambah nilai estetis ditambahkan ornamen Batak Toba sebagai hiasan. Metode penciptaan yang dilakukan dengan tiga tahap, tahap eksplorasi atau pengumpulan data, tahap perancangan yaitu menciptakan sketsa alternatif yang kemudian mendapatkan desain terpilih, dan tahap perwujudan yaitu proses pembentukan jam dinding. Aspek visual yang dilihat dari jam dinding ini adalah ketahanan jam dinding berdasarkan bahan baku, kerapian jam dinding, dan nilai estetik. Karya yang diciptakan sebanyak lima jam dinding menggunakan teknik membentuk dengan tangan, masing-masing karya berjudul Melebur, Lingkaran Kebudayaan, Lilian, Bunga Kemekaran, dan Seirama.Kata Kunci: serbuk kayu, ornamen, teknik membentuk. Authors:Winny Adeline : Universitas Negeri MedanMisgiya : Universitas Negeri MedanAdek Cerah Kurnia Azis : Universitas Negeri Medan References:Astuti, A. (1997). Pengetahuan Keramik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Hermita, R. (2016). Pengolahan limbah serbuk kayu menjadi bahan mebel. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 2(1), 01-12. http://dx.doi.org/10.22303/proporsi.2.1.2016.01-12Muharam, E., & Warti, S. (1991). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Nurmaidah, N., & Purba, R. E. S. (2017). Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Kayu Sebagai Substitusi Campuran Bata Ringan Kedap Suara. Portal: Jurnal Teknik Sipil, 9(2). http://dx.doi.org/10.30811/portal.v9i2.620Saragi, D. (2017). Jenis Motif & Nilai Filosofis Ornamen Tradisional Sumatera Utara. Jogjakarta: Thafa Media.Simbolon, E. Y., & Zulkifli, Z. Penerapan Ornamen Pada Desain Tote Bag Berdasarkan Prinsip Desain. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 119-128.https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.23164.
KARYA ILUSTRASI BUDAYA KHAS KARO PADA SENI TEKSTIL DENGAN TEKNIK DIGITAL PRINTING Muhammad Iqbal Rizki Barus; Anam Ibrahim; Adek Cerah Kurnia Azis
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38997

Abstract

The creation of this work visualizes the results of the author's reinterpretation in the form of illustration art using digital printing technology, and the unique culture of the Karo people as a source of creative ideas. With the rapid development of the times, people are starting to leave the typical Karo culture, so it is important to look back at traditional culture so that ancestral values do not just disappear. The purpose of this creation; 1). Visualize the Karo cultural activities. 2) Knowing the concept of illustration production 3). Know the techniques and procedures for making illustrations. Karo culture is one of the assets that must be preserved in the era of modernization and development, and introducing Karo culture through illustrations is one of them. textile art (voal fabric). From this creation, Karo cultural concepts were born such as Karo traditional musical instruments, Karo traditional food, Karo daily life, Merdang Merdem, agriculture, bone-moving rituals, Karo traditional dances, and others. Mastery of technique and material exploration is expected to be appreciated by all circles, art lovers, and of course the Karo people.Keyword: illustrations, digital printing, textile. AbstrakPenciptaan karya ini memvisualisasikan hasil reinterpretasi penulis dalam bentuk seni ilustrasi menggunakan teknologi digital printing, dan keunikan budaya masyarakat Karo menjadi sumber ide kreatif. Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, masyarakat mulai meninggalkan budaya khas Karo, sehingga penting untuk melihat kembali budaya tradisional agar nilai-nilai leluhur tidak hilang begitu saja. Tujuan penciptaan ini; 1). Memvisualisasikan kegiatan budaya khas Karo. 2) Mengetahui konsep produksi ilustrasi 3). Mengetahui teknik dan prosedur untuk membuat ilustrasi. Budaya khas Karo merupakan salah satu aset yang harus dilestarikan di era modernisasi dan perkembangan, dan memperkenalkan budaya khas Karo melalui ilustrasi adalah salah satunya. seni tekstil (kain voal). Dari hasil penciptaan ini lahirlah konsep-konsep budaya khas Karo seperti alat musik tradisional Karo, makanan tradisional Karo, kehidupan sehari-hari Karo, Merdang Merdem, pertanian, ritual memindahkan tulang, tarian tradisional Karo, dan lain-lain. Penguasaan teknik dan eksplorasi materi diharapkan dapat diapresiasi oleh semua kalangan, pecinta seni, dan tentunya masyarakat Karo.Kata Kunci: ilustrasi, digital printing, tekstil. Authors:Muhammad Iqbal Rizki Barus : Universits Negeri MedanAnam Ibrahim : Universits Negeri MedanAdek Cerah Kurnia Azis : Universits Negeri Medan References:Koentjaraningrat, K. (2013). Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.Liliweri, A. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.Salam, S. (2017). Seni Ilustrasi: Esensi, Sang Ilustrator, Lintasan, Penilaian. Makassar: Badan Penerbit UNM.Tinambunan, N., Triyanto, R., & Azis, A. C. K. (2021). Ilustrasi Cerpen Renjaya Siahaan pada Koran Analisa. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 56-61.Sidabutar, Y., & Mangatas, M. (2017). Tortor Batak Toba sebagai Sumber Penciptaan Gambar Ilustrasi dengan Aplikasi Photoshop CS3. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 6(1), 41-55.Witabora, J. (2012). Peran dan perkembangan Ilustrasi. Humaniora, 3(2), 659-667.Girsang, S. T. (2021). “Kebudayaan Karo”. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Desember 2021, Universitas Negeri Medan.Pasaribu, E. S. K. T. (2021). “Masyarakat Karo”. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Desember 2021, Universitas Negeri Medan.
MENGGAMBAR ILUSTRASI KARTUN DENGAN TEKNIK SCRIBBLE Ani Masruroh; Adek Cerah Kurnia Azis
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39108

Abstract

Keywords: abillity, drawing illustration, scribble technique. AbstrakPermasalahan bermula pn latihan menggambar sehingga siswa tidak terampil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui  peningkatan kemampuan siswa menggambar  mpakan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Simpang Kiri Kota Subulussaokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif menggunakan statistik uji T. Berdasarkan hasil dari perhitungan uji T dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan menggambar ilustrasi kartun siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Simpang Kiri Kota Subulussalam dengan menggunakan teknik scribble dibandingkan sebelum diberi perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik pretest sebesar 68,44 dan post test sebesar 81, 83.Kata Kunci: kemampuan, menggambar ilustrasi, teknik scribble. Authors:Ani Masruroh : Universitas Negeri MedanAdek Cerah Kurnia Azis : Universitas Negeri Medan References:Adrian, A. (2000). Bagaimana Menggambar. Jakarta: Angkasa.Anwar, K. (2018). Portrait Scribble. Jakarta: Transmedia Pustaka.Gaol, D. U. L., & Mesra, M. (2020). Analisis Proporsi dan Gelap Terang pada Gambar Wajah. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 342-346.Ginting, J., & Triyanto, R. (2020). Tinjauan Ketepatan Bentuk, Gelap Terang, dan Warna pada Gambar Bentuk Media Akrilik. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 300-308.Graha, G., & Idris, I. (1982). Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.Halawa, W. E., Triyanto, R., Budiwiwaramulja, D., & Azis, A. C. K. (2020). Analisis Gambar Ilustrasi Hombo Batu Nias Gunungsitoli. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 193-203.Masida, N., & Irawan, I. (2021). Upaya Meningkatkan Pemahaman ISI Dongeng Ditunjukkan dalam Gambar Ilustrasi Siswa Kelas V SD Negeri 32 Kota Ternate. JURNAL DODOTO, 2(01), 39-46.Masnuna, M. (2018). Pengantar Ilustrasi. Jakarta: Indonesia Pustaka.Purnomo, E., & dkk. (2007). Seni Budaya Kelas VIII. Jakarta: Kementrian Dinas Pendidikan.Seragih, Y. G., & Azis, A. C. K. (2021). Tinjauan Hasil Gambar Ilustrasi Kartun dengan Objek Binatang. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni, 23(2), 302-318.Sumardi, S., Mukaddas, A. B., & Faisal, M. (2021). Transformasi Seni Menggambar dengan Teknik Scribble pada Karya Khoirul Anwar di Kota Malang, Jawa Timur. BALOLIPA: Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 1(1), 24-35.Surbakti, T. I. P., Zulkifli, Z., Atmojo, W. T., & Mesra, M. (2019). Analisis Kreativitas Siswa Kelas III SD Swasta Yayasan Wanita Kereta Api “YWKA” Medan dalam Pembelajaran Menggambar Binatang. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 182-186.Sutandur, S., & dkk. (2008). Seni Rupa 2. Jakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.Ulfah, T., & Budiwiwaramulja, D. (2019). Analisis Karya Gambar Ilustrasi Teknik Arsir Siswa Kelas VIII di SMP Swasta Tunas Karya Batang Kuis. Gorga: Jurnal Seni Rupa,  8(1), 279-283.  
BENTUK PAKAIAN ADAT PANGHULU DI BATIPUAH BARUAH TANAH DATAR Srimutia Elpalina; Agustina Agustina; Adek Cerah Kurnia Azis; Apdanil Syukri
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.45337

Abstract

Traditional clothes in Minangkabau are traditional clothes that are passed down from generation to generation. Traditional clothing that has been sacred by the community has become a symbol that is full of values. These values can later be used as a reference in the daily life of the Minangkabau people. The development of the times can change the form of traditional clothing. The people do not know that changing the shape will also change the meaning of the symbols in Minangkabau traditional clothing. So it is feared that one day the traditional clothes that have not undergone changes, such as the Panghulu and Bundo Kanduang traditional clothes, will no longer be understood by the next generation in Minangkabau for their meanings and symbols. Therefore, the author ventured to reveal how the form contained in the philosophy of the traditional clothes of Panghulu and Bundo Kanduang in Batipuah Baruah, Tanah Datar. This research is a qualitative using descriptive method. Data collection techniques by conducting observations, interviews, and documentation. Penghulu traditional clothing consists of headgear, clothes, pants, Sisampiang, belts, clothing; sarongs and samiri cloth, as well as kerises. Bundo kanduang traditional clothing consists of tingkuluak, kuroom clothes, codecs, sampang, jewelry, and footwear. The form of the Panghulu and Bundo Kanduang traditional clothes is a combination of geometric shapes and organic shapes. Geometric shapes are regular and precise. Organic forms in art are soft, curved, irregular, although there are natural forms such as angled crystal structures.Keywords: shapes, traditional clothes, panghulu, penghulu. AbstrakPakaian adat di Minangkabau merupakan pakaian tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pakaian adat yang sudah disakralkan oleh masyarakat menjadi simbol yang sarat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai inilah yang kelak dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Perkembangan zaman bisa mengubah bentuk dari pakaian adat. Masyarakat tidak mengetahui bahwa jika bentuk berubah juga akan mengubah makna dari simbol yang ada dalam pakaian adat di Minangkabau. Maka dikhawatirkan pada suatu saat nanti pakaian adat yang belum mengalami perubahan seperti pakaian adat penghulu, tidak lagi dipahami makna dan simbolnya oleh generasi selanjutnya di Minangkabau. Oleh karena itu, penulis memberanikan diri untuk mengungkap bagaimana bentuk yang terkandung dalam filosofi pakaian adat panghulu di Batipuah Baruah, Tanah Datar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan melakukan obeservasi, wawancara, serta dokumentasi. Pakaian adat panghulu terdiri dari tutup kepala, baju, celana, sisampiang, ikat pinggang, kain sandang; kain sarung dan kain samiri, serta keris. Bentuk pakaian adat panghulu merupakan perpaduan antara bentuk geometris dan bentuk organis. Bentuk geometris adalah teratur dan tepat. Bentuk organis dalam seni itu lembut, melengkung, tidak teratur, meskipun ada bentuk alami seperti struktur kristal yang bersiku.Kata Kunci: bentuk, pakaian adat, panghulu, penghulu. Authors:Srimutia Elpalina: Universitas Negeri PadangAgustina: Universitas Negeri PadangAdek Cerah Kurnia Azis: Universitas Negeri MedanApdanil Syukri: Universitas Awal Bros References: Andriani, C., Baidar, B., & Sofnitati, S. (2014). Makanan Adat Pada Upacara Manjalang Rumah Mintuo Di Kanagarian Btipuah Baruah Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar. Journal of Home Economics and Tourism, 5(1), 01-19.Chaer, A. (199)). Pengantar Semanti Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.Dahrizal, M. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 17 November 2012, Kota Padang.Daryusti, D. (2006). Hegomoni Penghulu dan Perspentif Budaya. Jakarta: Penerbit Pustaka.Devi, S. (2015). Sejarah dan Nilai Songket Pandai Sikek. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 4(1), 17-28.Efi, A. (2006). Benda Budaya Alat Kebesaran Minangkabau: Lambang dan Makna. Disertasi tidak di terbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang.Hakimy, I. (2001). Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Hong, Y. Y., Morris, M. W., Chiu, C. Y., & Benet-Martinez, V. (2000). Multicultural Minds: A Dynamic Constructivist Approach to Culture and Cognition. American Psychologist, 55(7), 709-720.Mardalis, Dt. I. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 14 Oktober 2012, Kota Padang.Nurdin, Dt. J. K. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 5 November 2012, Kota Padang.
BENTUK PAKAIAN ADAT BUNDO KANDUANG DI BATIPUAH BARUAH TANAH DATAR Srimutia Elpalina; Agustina Agustina; Christanto Syam; Adek Cerah Kurnia Azis; Fitrah Cyntha Dirna; Yudhistira Oscar Olendo
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.49536

Abstract

Clothing can be categorized into several types, such as everyday wear, workwear, festive attire, and traditional costumes. Everyday wear is used for daily activities at home or in society. Workwear is worn when someone is working, like teacher's attire or office clothing. Festive attire is specifically for celebration events, such as birthdays or weddings. On the other hand, traditional costumes are worn during customary ceremonies and hold sacred values. The traditional costume of "bundo kanduang" in Minangkabau carries philosophical and cultural significance for the community. It represents the position and role of a "bundo kanduang" in the Minangkabau traditional society. A "bundo kanduang" is an esteemed woman within a clan, responsible for domestic affairs in the community. The term "bundo kanduang" is often used as a synonym for women, yet its interpretation varies in the society of West Sumatra. There are three versions of the term: the story of "kaba" the perspective of women in West Sumatra, and the view of the Minangkabau traditional community. The traditional costume of "bundo kanduang" in Minangkabau has distinctive elements, such as "tingkuluak" (headpiece), "baju kuruang basiba" (upper garment), "kodek" (skirt), "salempang" (sash), jewelry, and footwear. Each part of the attire symbolizes specific meanings and signifies the role and responsibility of a "bundo kanduang" within her community. This research employs a qualitative descriptive method through observation, interviews, and documentation. The findings indicate that the traditional costume of "bundo kanduang" in Batipuah Baruah, Tanah Datar, possesses unique characteristics and profound cultural significance in Minangkabau's heritage. In conclusion, the preservation of the traditional costume of "bundo kanduang" is vital to safeguard the cultural richness of Minangkabau. With the passage of time, changes in the form of traditional attire can alter the meanings and symbols embedded within it. Therefore, documenting and inventorying the forms of traditional clothing is crucial for understanding and preserving this cultural heritage.Keywords: shapes, traditional clothes, bundo kanduang, women. AbstrakPakaian memiliki beberapa kategori, seperti pakaian sehari-hari, pakaian kerja, pakaian pesta, dan pakaian adat. Pakaian sehari-hari digunakan dalam aktivitas sehari-hari di rumah atau di tengah masyarakat. Pakaian kerja dipakai ketika seseorang sedang bekerja, seperti pakaian guru atau pakaian kantor. Pakaian pesta adalah pakaian khusus untuk acara perayaan, seperti ulang tahun atau pernikahan. Sedangkan pakaian adat adalah pakaian tradisional yang dipakai dalam upacara adat dan memiliki nilai sakral. Pakaian adat bundo kanduang di Minangkabau memiliki makna filosofi dan nilai budaya masyarakat yang mengenakannya. Pakaian ini menggambarkan posisi dan peran seorang bundo kanduang dalam masyarakat adat Minangkabau. Bundo kanduang adalah seorang wanita yang dituakan dalam suatu suku, yang memegang pimpinan urusan domestik dari suatu kaum dalam lingkungan masyarakat adat. Istilah bundo kanduang sering digunakan sebagai kata ganti untuk kaum wanita, namun pengertian bundo kanduang dalam masyarakat Sumatera Barat bervariasi. Terdapat tiga versi istilah bundo kanduang, yaitu versi cerita kaba, versi kaum wanita Sumatera Barat, dan versi masyarakat adat Minangkabau. Pakaian adat bundo kanduang di Minangkabau memiliki bentuk yang khas, seperti tingkuluak, baju kuruang basiba, kodek, salempang, perhiasan, dan alas kaki. Setiap bagian pakaian memiliki simbol dan makna tertentu yang menggambarkan peran dan tanggung jawab seorang bundo kanduang dalam kaumnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakaian adat bundo kanduang di Batipuah Baruah, Tanah Datar memiliki karakteristik yang unik dan memiliki makna mendalam dalam budaya Minangkabau. Kesimpulannya, pelestarian pakaian adat bundo kanduang penting untuk menjaga kekayaan budaya Minangkabau.Kata Kunci: bentuk, pakaian adat, bundo kanduang, perempuan. Authors:Srimutia Elpalina : Universitas Negeri PadangAgustina : Universitas Negeri PadangChristanto Syam : Universitas TanjungpuraAdek Cerah Kurnia Azis : Universitas Negeri MedanFitrah Cyntha Dirna : Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Indralaya UtaraYudhistira Oscar Olendo : Universitas TanjungpuraReferences:Amir, M. S. (2007). Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.Amrida, A. (2012). œBentuk Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah Tanah Datar. Hasil Wawancara Pribadi: 5 November 2012. Tanah Datar.Anwar, R., Sastra, A. I., & Zebua, E. (2019). Pakaian Pangulu di Nagari Gunuang Kota Padangpanjang Provinsi Sumatera Barat. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 332-336.Azis, A. C. K., Lubis, S. K., Kartono, G., & Daulay, M. A. J. (2023). Digitalisation of Teaching Materials for Toba Batak Ethnic Decorative Variety with Procreate Media Based on p-Books and e-Books. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 9(3), 782-793.Chaer, Abdul/ (199)). Pengantar Semanti Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.Couto, Nashbary. (2009). Seni Rupa Teori dan Aplikasi. Padang: UNP Press.Dahrizal, Musra (Mak Katik). (2012). œBentuk Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah Tanah Datar. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Desember 2012. Kota Padang.Daryusti, D. (2006). Hegomoni Penghulu dan Perspentif Budaya. Jakarta: Penerbit Pustaka.Efi, Agusti. (2006) Benda Budaya Alat Kebesaran Minangkabau: Lambang dan Makna. Disertasi. Tidak diterbitkan.Elpalina, S., Agustina, A., Azis, A. C. K., & Syukri, A. Bentuk Pakaian Adat Panghulu Di Batipuah Baruah Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 167-173.Hakimy, Idrus. (2001). Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Naim, Mochtar. (2006). Tiga Menguak Tabir: Perempuan Minangkabau di Persimpangan Jalan. Jakarta: Hasanah.Nurhaida. (2012). œBentuk Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah Tanah Datar. Hasil Wawancara Pribadi: 5 November 2012. Tanah Datar.Putra, Z. A. W., Olendo, Y. O., & Sagala, M. D. (2023). Kajian Kritik Seni: Transformasi Bentuk Penyajian Musik Tradisional Krumpyung Kulon Progo di Era Multimedia. Jurnal Sendratasik, 12(2), 146-156.
KOLEKSI MUSEUM ADITYAWARMAN: SEBAGAI SUMBER BELAJAR SENI DAN BUDAYA Apdanil Syukri; Adek Cerah Kurnia Azis; Yudhistira Oscar Olendo; Srimutia Elpalina; Christanto Syam
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.51471

Abstract

The Adityawarman Museum in West Sumatra plays a significant role in preserving and presenting a diverse collection of Minangkabau culture, encompassing various aspects of art, history, and culture. The aim of this research is to describe the collections of the Adityawarman Museum as one of the sources of learning for art and culture. This is a qualitative study with a descriptive approach. The museum gathers collections that include geologica, biologica, ethnographica, archaeologica, historica, numismatics/heraldry, philologica, ceramics, fine arts, and technology, reflecting a rich and diverse cultural heritage. The museum serves as a non-formal educational institution that can enhance public understanding of history, art, and culture. The Adityawarman Museum plays a strategic role in preserving and communicating the cultural heritage of West Sumatra, and with the right efforts, it can become an engaging and educational learning center for both the current and future generations.Keywords: museum, Adityawarman, collection. learning, culture. AbstrakMuseum Adityawarman di Sumatera Barat memainkan peran penting dalam melestarikan dan menyajikan beragam koleksi budaya Minangkabau yang mencakup berbagai aspek seni, sejarah, dan budaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesktipsikan koleksi Museum Adityawarman yang sebagai salah satu sumber belajar seni dan budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Museum ini mengumpulkan koleksi yang mencakup geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika/heraldika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknologika, yang mencerminkan warisan budaya yang kaya dan beragam. Museum berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sejarah, seni, dan budaya. Museum Adityawarman memiliki peran strategis dalam melestarikan dan mengkomunikasikan warisan budaya Sumatera Barat, dan dengan upaya yang tepat, dapat menjadi pusat pembelajaran yang menarik dan mendidik untuk generasi sekarang dan yang akan datang.Kata Kunci: museum, Adityawarman, koleksi, belajar, budaya. Author:Apdanil Syukri : Universitas Awal BrosAdek Cerah Kurnia Azis : Universitas Negeri MedanYudhistira Oscar Olendo : Universitas TanjungpuraSrimutia Elpalina : Universitas Negeri PadangChristanto Syam : Universitas Tanjungpura References: Azis, A. C. K., Mesra, M., & Sugito, S. (2021). Pengembangan Bahan Ajar Micro Teaching Bagi Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Medan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 223-229.Burhan, B. (2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kenca.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Padang: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Propinsi Sumatera Barat.Diana, D. (2015). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 10 Juni 2015, Padang.Dion, D. (2015). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 24 Juni 2015, Padang.Elpalina, S., Agustina, A., Azis, A. C. K., & Syukri, A. (2023). Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 167-173.Maysela, R., Ghozali, I., & Olendo, Y. O. (2016). Manajemen Pengelolaan Sanggar Bantang Dara Irakng Di Desa Durian Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 10(12).Moechtar, M. (1985). Buku Petunjuk Museum Negeri Adityawarman Sumatera Barat. Padang: Proyek Pengembangan Permuseuman Sumatera Barat.Muasri, M. (2012). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 10 Juni 2012, Padang.Muasri, M. (2014). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 12 Februari 2014, Padang.Riza, R. (2014). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Juli 2014, Padang.Rizal, R. (2015). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Juli 2015, Padang.Zed, M. (2012). œPeran Museum Sebagai Sumber Belajar. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Juli 2012, Padang.
IMPLEMENTASI MODEL EVALUASI FORMATIF-SUMATIF DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA Srimutia Elpalina; Ambiyar Ambiyar; Agustina Agustina; Adek Cerah Kurnia Azis
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 1 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i01.55826

Abstract

AbstractThe learning of Arts and Culture plays a crucial role in shaping students' creativity, cultural understanding, and art appreciation. Despite its significance, Arts and Culture education faces several challenges, including insufficient school support, limited resources, technological challenges, and the availability of qualified teachers. Therefore, this research aims to explore the implementation of formative-summative evaluation models as an effort to enhance the quality of Arts and Culture education. The study employs a literature review method with four stages, involving the development of tools and equipment, compilation of bibliography, reading and noting research materials, and content and descriptive analysis. The results of the analysis reveal that the implementation of formative-summative evaluation models plays a central role in improving Arts and Culture education. Formative evaluation provides continuous feedback and identifies the need for improvement, while summative evaluation offers an overall picture of students' achievements. The application of this evaluation model involves the development of evaluation instruments, monitoring the learning process, adjusting teaching methods, providing feedback to students, identifying the need for improvement, and developing teaching and learning programs. The conclusions drawn from this study encompass the variation in the implementation of Arts and Culture education, the central role of teachers' creativity, and the positive impact of formative-summative evaluation models. Suggestions for further research involve a comparative study between schools, a focus on teacher qualifications, and further investigation into the influence of evaluation models on students' achievements and interest in the arts. Thus, the implementation of formative-summative evaluation models becomes an effective strategy in enhancing the quality of Arts and Culture education, contributing positively to students' creative development and cultural understanding.Keywords: formative-summative evaluation, arts and cultureAbstrakPembelajaran Seni Budaya memiliki peran krusial dalam membentuk kreativitas, pemahaman budaya, dan apresiasi seni siswa. Meskipun penting, pembelajaran Seni Budaya dihadapkan pada sejumlah tantangan, termasuk minimnya dukungan sekolah, keterbatasan sumber daya, tantangan teknologi, dan ketersediaan guru yang kompeten. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi implementasi model evaluasi formatif-sumatif sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Seni Budaya. Studi ini menggunakan metode studi pustaka dengan empat tahap, melibatkan penyusunan alat dan perlengkapan, menyusun bibliografi, membaca dan mencatat bahan penelitian, serta analisis konten dan deskriptif. Hasil analisis mengungkapkan implementasi model evaluasi formatif-sumatif memainkan peran sentral dalam meningkatkan pembelajaran Seni Budaya. Evaluasi formatif memberikan umpan balik terus-menerus dan identifikasi kebutuhan perbaikan, sementara evaluasi sumatif memberikan gambaran keseluruhan tentang pencapaian siswa. Penerapan model evaluasi ini melibatkan pengembangan instrumen evaluasi, pemantauan proses pembelajaran, penyesuaian metode pengajaran, umpan balik kepada siswa, identifikasi kebutuhan perbaikan, dan pengembangan program belajar-mengajar. Kesimpulan dari studi ini mencakup variasi pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya, peran sentral kreativitas guru, dan dampak positif model evaluasi formatif-sumatif. Saran untuk penelitian selanjutnya melibatkan studi komparatif antar sekolah, fokus pada kualifikasi guru, dan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh model evaluasi terhadap prestasi dan minat siswa terhadap seni. Dengan demikian, penerapan model evaluasi formatif-sumatif menjadi strategi yang efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Seni Budaya, sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kreativitas dan pemahaman budaya siswa.Kata Kunci: evaluasi formatif-sumatif, seni budaya Authors:Srimutia Elpalina : Universitas Negeri PadangAmbiyar : Universitas Negeri PadangAgustina : Universitas Negeri PadangAdek Cerah Kurnia Aziz : Universitas Negeri Medan References:Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974“980.Astuti, K. S., Pamadhi, H., & Rini, Y. S. (2010). Pengembangan Model Evalasi Pembelajaran Seni Budaya SMP. Jurnal Kependidikan, 40(1), 87“98.Creswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Qualitative and Qualitative Research. Boston: Pearson Education.Creswell, J. W. (2014). Research Design. California: SAGE.Fadli, M. R. (2021). Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif. Humanika, 21(1), 33“54.Fitrianti, L. (2018). Prinsip Kontinuitas dalam Evaluasi Proses Pembelajaran. Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan, 10(1), 89“102.Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., & Worthen, B. R. (2011). Program Evaluation Alternative Approaches And Practical Guidelines. Boston: Pearson Education.Hikmah, R. A., & Hakim, R. (2019). Pengembangan Modul Seni Budaya Berbasis Pendidikan Karakter Untuk Siswa Kelas X di SMK. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 417“423.James C. McDavid, Huse, I., & Hawthorn, L. L. (2019). Program Evaluation and Performance Measurement. London: SAGE Publishing.Linfield, K. J., & Posavac, E. J. (2019). Program Evaluation:Methods and Cases Studies. London: Routledge.Lubis, S. K. (2022). Evaluasi Kinerja Guru Seni Budaya Ditinjau dari Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan Guru dengan Aspek Seni yang Diajarkan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(2), 394“401.Mardiah, M., & Syarifuddin, S. (2019). Model-model Evaluasi Pendidikan. Mitra Ash-Shibyan: Jurnal Pendidikan & Konseling, 2(1), 38“50.Mertens, D. M. (2015). Research and Evaluation in Education and Psychology. London: SAGE Publishing.Mertens, D. M., & Wilson, A. T. (2019). Program Evaluation Theory and Practice. London: The Guilford Press.Purwanto, M. N. (2020). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.Raharja, J. T., & Retnowati, T. H. (2013). Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya SMA di Kabupaten Lombok Timur, NTB. Jurnal Pendidikan Dan Evaluasi Pendidikan, 17(2), 287“303.Selegi, S. F. (2017). Model Evaluasi Formatif-Sumatif Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Geografi. Seminar Nasional 20 Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, 188“192.Stufflebeam, D. L. (1987). Meta Evaluation: An Overview. Evaluation and The Health Professions, 1(1), 17“43.Wulandari, N. S., & Hadi, H. (2023). Pembelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 8 Padang. Journal On Teacher Education, 4(4), 157“164.