Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Transesterifikasi minyak kemiri sunan menjadi biodiesel menggunakan katalis padat K2O/C Muhammad Zaki; Teku Muhammad Asnawi; Husni Husin; Saifullah Ramli; Sofyana Sofyana; Fikri Hasfita; Justaman Arifin Karo Karo
Jurnal Litbang Industri Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v10i2.6143.83-88

Abstract

Preparasi katalis padat K2O/C telah berhasil disiapkan dengan mengimpregnasi K2CO3 pada permukaan karbon aktif sekam padi selama 6 jam. Campuran tersebut dikalsinasi pada suhu 300 oC selama 3 jam hingga terbentuk K2O/C. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi kinerja katalis K2O/C dalam proses  transesterifikasi minyak biji kemiri sunan menjadi biodiesel. Karbon sekam padi (C) dipersiapkan dengan proses pirolisis sekam padi, dilanjutkan dengan proses aktivasi untuk mendapatkan karbon sebagai penyangga berpori. Katalis K2O/C  dikarakterisasi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy-Dispersive X-ray (EDX). Hasil analisa EDX menunjukkan bahwa komposisi katalis didominasi oleh karbon (C) dan kalium (K). Fasa aktif K2O terdistribusi pada permukaan karbon aktif secara merata. Katalis K2O/C yang dihasilkan digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak kemiri sunan menggunakan reaktor batch. Yield biodiesel tertinggi dicapai hingga 98,68% ketika menggunakan katalis 4%, loading K2CO3  pada karbon aktif 0,5% berat, waktu  reaksi 90 menit, serta rasio molar metanol terhadap minyak 8:1. Katalis K2O/C sangat berpotensi untuk dikembangkan selanjutnya sebagai salah satu katalis padat untuk mengkonversi minyak nabati menjadi biodiesel.
Potensi Pemanfaatan Gas Karbon Dioksida (CO2) sebagai Density Agent untuk Larutan Pemisah Cangkang dan Kernel Sawit Muhammad Muhammad; Marwan Marwan; Muhammad Zaki; Edi Munawar
Jurnal Serambi Engineering Vol 7, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jse.v7i1.3883

Abstract

In order to achieve the national target of decarbonization by 2030, Palm oil mills (POM) can contribute to reducing CO2 emissions generated from their production activities. The CO2 emitted from POM is currently discharged into the environment without further treatment. As a result, the amount of CO2 in the atmosphere will rise, increasing global warming. This study proposes an approach of utilizing CO2 as a density agent in separation fluid formulation. The formulated fluid is then used to separate palm shells and kernels in the claybath. The solubility of CO2 in water occurs physically and is dependent on temperature and partial CO2 gas in the air. Monoethanolamine (MEA) was used as an absorbent to ensure the full interaction of CO2 with water. The chemisorption method is selected to dissolution CO2 into aqueous MEA. The mass ratios of MEA were varied by 10, 20, 30, 40, 50 % w/w. The achieved appropriate densities of formulated fluid were 1,11, 1,14, dan 1,17 g/cm3 at mass ratios of MEA:H2O is 30, 40, dan 50% w/w, respectively. All achieved densities fall between palm shells and kernels densities. Furthermore, the formulated fluid can be used as separation fluid in claybath for separating palm shells and kernels. In addition to the proposed idea of utilizing CO2  and, at the same time, reducing CO2 emission from POM.
TINGKAT KEBISINGAN YANG DIHASILKAN DARI AKTIVITAS TRANSPORTASI (STUDI KASUS PADA SEBAGIAN RUAS JALAN : MANEK ROO, SISINGAMANGARAJA DAN GAJAH MADA MEULABOH) Muhammad Kurnia; Muhammad Isya; Muhammad Zaki
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan Vol 1, No 2 (2018): Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan
Publisher : Prodi Magister Teknik Sipil Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jarsp.v1i2.10936

Abstract

The increase in population has impacted on various existing resources particularly in transportation sectors. Motorized transport is one of the noise sources that could cause health problems and further interfere comfort to human. In this case, the noise level needs to be controlled based on the established quality standards as mandated by Ministry of Environment on Decree Number KEP-48 / MENLH / 11/1996 regarding Noise Level Standards. Most of the segments on Manek Roo Road, Sisingamangaraja Road and Gajah Mada Road located in Meulaboh, West Aceh District are roads located in government or private office, education and health buildings. Therefore, this study aimed to determine the noise level due to transportation activities. The study was conducted in the part of the Road and evaluated the buildings in part of Manek Roo Road, Sisingamangaraja Road and Gajah Mada Road located in Meulaboh, such as schools and hospitals to noise level concerning the standard of KEP-48 / MENLH / 11/1996. Data collection conducted in this research consist of primary data and secondary data. Primary data is data obtained directly from the observation such as traffic volume and noise level data while the secondary data obtained from the relevant agencies, and used to support the analysis. The result from the analysis reveals that the noise level due to transportation activities on the part of Road: Manek Roo, Sisingamangaraja, and Gajah Mada in Meulaboh West Aceh at 18 points of measurement is still above the quality standard (greater than 55 dBA). This noise level may disrupt the activities of schools, hospitals, etc. located along the road so that there is a need for such efforts so that the noise level received can be reduced and meet the specified quality standards.
PENYISIHAN ION LOGAM MERKURI (Hg2+) MENGGUNAKAN ADSORBEN BERBAHAN BAKU LIMBAH PERTANIAN DAN GULMA TANAMAN Miftahurrahmah; Suhendrayatna; Muhammad Zaki
Jurnal Teknik Kimia USU Vol. 6 No. 1 (2017): Jurnal Teknik Kimia USU
Publisher : Talenta Publisher (Universitas Sumatera Utara)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.049 KB) | DOI: 10.32734/jtk.v6i1.1558

Abstract

This research was conducted to prepare adsorbents from agricultural and weeds waste biomass to remove Hg2+ metal ions from water phase. Water hyacinth biomass (agricultural waste) and rice husk (weed) was cleaned, dried in an oven dryer, and carbonized in a furnace at 500oC for 2 hours. Then, dried carbon was milled to get 100 mesh of size and was followed by activation using 0.5 N NaOH. The adsorption process was conducted by mix 1 gram of activated adsorbent on a 100 ml water containing 3 ppm Hg2+ metal ions at 100 rpm, pH 5, and 30oC. Hg2+ concentration in water phase were analyzed using AAS, Shimadzu AA-6300 for a specified time within a period of 20-100 minutes. This study shows that at the beginning process of adsorption, adsorbent from rice husk has ability to decrease 69.91% concentration of Hg2+ for 20 minutes, while adsorbent from water hyacinth reaches to 94.26%. The characterization results of FTIR spectra and SEM shows that adsorbent from water hyacinth was able to absorb more Hg2+ metal ions in a short time because it has a functional group that was able to bind heavy metals, and also has a random surface structure, compared with the adsorbent from rice husks that has less functional groups with uniform morphology structure
Transesterifikasi minyak kemiri sunan menjadi biodiesel menggunakan katalis padat K2O/C Muhammad Zaki; Teku Muhammad Asnawi; Husni Husin; Saifullah Ramli; Sofyana Sofyana; Fikri Hasfita; Justaman Arifin Karo Karo
Jurnal Litbang Industri Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (886.651 KB) | DOI: 10.24960/jli.v10i2.6143.83-88

Abstract

Preparasi katalis padat K2O/C telah berhasil disiapkan dengan mengimpregnasi K2CO3 pada permukaan karbon aktif sekam padi selama 6 jam. Campuran tersebut dikalsinasi pada suhu 300 oC selama 3 jam hingga terbentuk K2O/C. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi kinerja katalis K2O/C dalam proses  transesterifikasi minyak biji kemiri sunan menjadi biodiesel. Karbon sekam padi (C) dipersiapkan dengan proses pirolisis sekam padi, dilanjutkan dengan proses aktivasi untuk mendapatkan karbon sebagai penyangga berpori. Katalis K2O/C  dikarakterisasi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy-Dispersive X-ray (EDX). Hasil analisa EDX menunjukkan bahwa komposisi katalis didominasi oleh karbon (C) dan kalium (K). Fasa aktif K2O terdistribusi pada permukaan karbon aktif secara merata. Katalis K2O/C yang dihasilkan digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak kemiri sunan menggunakan reaktor batch. Yield biodiesel tertinggi dicapai hingga 98,68% ketika menggunakan katalis 4%, loading K2CO3  pada karbon aktif 0,5% berat, waktu  reaksi 90 menit, serta rasio molar metanol terhadap minyak 8:1. Katalis K2O/C sangat berpotensi untuk dikembangkan selanjutnya sebagai salah satu katalis padat untuk mengkonversi minyak nabati menjadi biodiesel.
Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Produksi Bioetanol Dari Limbah Kulit Buah Muhammad Zaki; Nasrullah Razali; Muhammad Rizki; Syahrul Fahmi
Jurnal Serambi Engineering Vol 7, No 4 (2022): Oktober 2022
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jse.v7i4.6582

Abstract

Penelitian ini mangkaji pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi bioetanol dari limbah kulit nenas dan kulit jeruk sebagai sumber selulosa. Percobaan dilangsungkan dengan metode sakarifikasi asam dengan menggunakan HCl dan fermentasi anaerobik menggunakan ragi saccharomyces cerevisiae.  Setelah proses pemurnian produk hasil fermentasi, kadar bioetanol yang paling tinggi dari kulit nenas didapat sebesar 3,3%. Nilai ini dicapai pada saat fermentasi dilangsungkan selama 5 jam dan massa ragi yang ditambahkan sebesar 15 g. Sedangkan kadar bioetanol dari kulit jeruk terttinggi juga diperoleh pada waktu fermentasi 5 jam dan variasi massa ragi seberat 15 g yaitu sebesar 1,7%. Demikian juga halnya dengan volume bioetanol yang dihasilkan setelah pemurnian, dimana volume bioetanol dari limbah kulit nenas lebih banyak diperoleh yaitu sebesar 3,5 mL dibandingkan dengan bioetanol dari limbah kulit jeruk jeruk yaitu hanya sebesar 3,3 mL. Hal ini disebabkan oleh kadar gula yang terkandung didalam kulit nenas lebih tinggi dibandingkan yang terkandung dalam kulit jeruk. Oleh karena itu, pemanfaatan kulit buah nenas dan jeruk dapat digunakan untuk produksi bioetanol melalui pendekatan bioteknologi dengan menggunakan ragi saccharomyces cerevisiae.
Pengaruh Kombinasi Enzim Terhadap Gula Pereduksi Sirup Glukosa dari Pati Ubi Kayu Ketan Muhammad Zaki; Syahidin DS; Lisyawati Lisyawati; Ria Elfrida S
Jurnal Serambi Engineering Vol 6, No 3 (2021): Juli 2021
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jse.v6i3.6580

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi sirup glukosa secara enzimatis dari ubi kayu ketan. Enzim yang digunakan adalah α-amilase yang dihasilkan dari Bacillus licheniformis dan glukoamilase yang dihasilkan dari Aspergillus niger. Sirup glukosa diperoleh dari hasil hidrolisis pati yang terdiri dari pencairan, sakarifikasi, pemurnian, dan penguapan. Hasil hidrolisis berupa hidrolisat yang mengandung gula reduksi monosakarida (glukosa). Metode Anthrone dan Lane Eynon digunakan untuk menganalisis persentase total glukosa dan dekstrosa ekuivalen (DE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terhadap rasio pati dan rasio enzim berpengaruh terhadap peningkatan yield DE dan total glukosa yang diperoleh. Yield DE tertinggi adalah 91,75%, diperoleh pada rasio pati 40% b/b dan total glukosa 93,86 mg/L dengan kombinasi volume rasio enzim 0,1:0,08 mL α-amilase terhadap glukoamilase. Sedangkan perlakuan menggunakan 20 % b/b pati menghasilkan yield DE 68,98% dan total glukosa 90,95 mg/L dengan volume rasio enzim kombinasi 0,08:0,08 mL α-amilase terhadap glukoamilase. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi rasio enzim α-amilase dan glukoamilase berbanding lurus dengan rasio pati dalam meningkatkan yield total gula pereduksi sirup glukosa.
Removal of Fe (II) ions from Aqueous solution using Rice-husk Adsorbents in fixed-bed column Cut Meurah Rosnelly; Lia Meiriza - Meiriza; Husni - Husin; Muhammad - Zaki; Muhammad Aqilussalim E; Syariful - Maliki; Nurul - Aflah; Zeinhom M El-Bahy
Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan (December, 2021)
Publisher : Chemical Engineering Department, Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23955/rkl.v16i2.22274

Abstract

Rice husk has been converted into activated carbon for the adsorbent to remove the heavy metal from the aqueous solution. This study aimed to convert rice husk to activated carbon (AC) for use in the adsorption of Fe ions in a fixed-bed column. Rice husk was first pyrolyzed in an atmosphere of nitrogen gas at 400 oC, then a chemical activation method using sodium hydroxide. The rice husk activated carbon (RH-AC) was characterized using Fourier transform infrared (FTIR) and Scanning electron microscope (SEM) to identify the functional group and microstructure of carbon. The performance of the carbon was tested on the Fe removal from an aqueous solution in a continuous column. The adsorption process was carried out using Fe solution with an initial concentration of 3 mg/L as an artificial sample. The amount of carbon is 25, and 50 g were filled in an adsorber column with a diameter of 5.4 cm and height of 40 cm. SEM images revealed that the activated carbons shown with well-developed pore sizes and pore structure were produced after the chemical activation. The FTIR absorption bands observed in the RH-AC sample confirmed the presence of hydroxyl (-OH), carbonyl, and carboxylic (-COOH) groups of RH-AC adsorbent. The highest Fe removal efficiencies were 91.9% on chemically activated carbon and column mass 50 g at 400 minutes. The overall study revealed the potential value of chemically activated RH-AC as a possible commercial adsorbent in a continuous column wastewater treatment strategy.
Transesterifikasi Minyak Biji Buta-Buta menjadi Biodiesel pada Katalis Heterogen Kalsium Oksida (CaO) Muhammad Zaki; Husni Husin, M.T.; Pocut Nurul Alam; Darmadi Darmadi; Cut Meurah Rosnelly; Nurhazanah Nurhazanah
Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan Vol 14, No 1 (2019): Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan (June, 2019)
Publisher : Chemical Engineering Department, Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23955/rkl.v14i1.13495

Abstract

Penelitian ini menggunakan katalis padat CaO untuk reaksi transesterifikasi minyak biji buta-buta menjadi biodiesel. Minyak biji buta-buta diekstraksi menggunakan alat press. Katalis CaO disiapkan dari cangkang kerang dengan cara dipijar pada suhu 850 oC. Sampel katalis dikarakterisasi dengan metode scanning electron microscopy (SEM) dan x-ray diffractometer (XRD). Katalis cangkang kerang memiliki ukuran partikel antara 200-2000 nm. Hal ini karena pemanasan cangkang pada 850 oC menyebabkan terjadi aglomerasi. Dari rekaman XRD teridentifikasi bahwa katalis didominasi oleh senyawa CaO dan terdapat sedikit CaCO3. Reaksi transesterifikasi dilangsungkan dalam reaktor batch dengan variasi suhu (55 oC, 60 oC, 65oC, dan 70oC), rasio metanol terhadap minyak: 3:1, 6:1, 9:1, 12:1, dan 15:1. Reaksi dilangsungkan selama 3 jam dan katalis didispersi 6 % berat dari minyak. Perolehan metil ester maksimum dicapai 96,7% pada kondisi reaksi, yaitu: molar metanol:minyak 12:1 dan suhu reaksi 65 oC. Karakteristik biodiesel hasil penelitian ini memenuhi sifat-sifat bahan bakar berkualitas tinggi sesuai dengan standar SNI dan ASTM. Proses transesterifikasi minyak biji buta-buta dan metanol menggunakan CaO sebagai katalis basa heterogen layak diaplikasikan secara komersial untuk produksi biodiesel dalam skala industri.
Karakteristik Sedimen dan Kandungan Mineral Pasir Besi di Labuhan Haji Timur, Kabupaten Aceh Selatan Syahrul Purnawan; Azizah Azizah; Zulkarnain Jalil; Muhammad Zaki
Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan (December, 2018)
Publisher : Chemical Engineering Department, Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23955/rkl.v13i2.10532

Abstract

Kandungan mineral besi pada alam menjadi topik yang menarik untuk dikaji terkait peran pentingnya secara ekonomi. Keberadaan magnetite pada sedimen di suatu wilayah perairan dapat juga digunakan sebagai fingerprint dari proses transport sedimen. Penelitian ini ditujukan untuk mengamati sejumlah parameter butiran sedimen untuk mendapatkan gambaran pola distribusi sedimen yang terjadi pada daerah Labuhan Haji Timur, Aceh Selatan. Pengambilan sampel sedimen dilangsungkan pada November 2015 menggunakan metode coring. Sebanyak empat stasiun dipilih untuk mewakili kawasan perairan Labuhan Haji timur, yang terdiri dari daerah aliran sungai, muara, dan pantai. Sejumlah analisis yang dilakukan adalah ukuran butiran rata-rata, bentuk partikel, dan kandungan kimia penyusun sedimen. Analisis kandungan kimia dari sampel sedimen dilakukan pada Laboratorium Sentral Mineral dan Material Maju, FMIPA Universitas Malang menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF), dimana sebelumnya sampel dari setiap stasiun dipilah berdasarkan ukuran halus (lebih kecil dari 0,5 mm) dan kasar (lebih besar dari 0,5 mm). sampel sedimen yang berasal dari pantai dan muara memiliki modus distribusi ukuran sedimen pada fraksi pasir sangat halus, sedangkan modus pada daerah aliran sungai berada pada fraksi pasir sangat kasar. Magnetite ditemukan pada setiap lokasi sampling, persentase tertinggi berada pada kawasan muara. Analisis bentuk butiran magnetite menunjukkan bentuk yang lebih angular pada daeah aliran sungai dan menjadi lebih rounded pada kawasan pantai. Disimpulkan bahwa kandungan magnetite yang terdapat pada kawasan pantai di Labuhan haji Timur ditransportasikan melalui aliran Sungai Peulumat.