Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR ARANG AKTIF DAN WAKTU KONTAK LIMBAH TERHADAP KANDUNGAN TDS DAN ZAT WARNA LIMBAH CAIR BATIK Ricana Rindu Indihani; Wahyunanto Agung Nugroho; Musthofa Lutfi
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.47 KB)

Abstract

Arang aktif merupakan padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi ataupun dengan proses aktivasi. Daya serap arang aktif disebabkan adanya pori yang besar jumlahnya, sehingga menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi penggunaan arang aktif limbah kulit siwalan dengan aktivator H2So4 dan lama kontak dengan limbah cair batik terhadap kadar nilai TDS, warna, dan pH limbah cair batik. Adsorpsi adalah proses saat solute yang berupa gas atau cairan tertarik ke permukaan (adsorben) dan membentuk adsorbat (molekular). Adsorben yang digunakan pada proses adsorpsi tersebut adalah arang aktif yang diaplikasikan pada limbah cair batik tulis UKM Amali CH Sidoarjo. Limbah cair batik tersebut mengandung polutan berupa logam berat, padatan tersuspensi, ataupun zat organik yang dapat meningkatkan kandungan BOD, COD, dan TDS sehingga menurunkan kualitas air. Hasil penelitian dengan optimasi menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 fakrot yaitu konsentrasi aktivator H2So4 (5M dan 7M) dan waktu kontak dengan limbah (90, 120, 150, dan 180 menit). Hasil penelitian menunjukan pH limbah cair dengan konsentrasi H2So4 5M sebesar 3,7- 3,9 dan pH limbah cair dengan konsentrasi H2So4 7M sebesar 6,13-6,27. Nilai TDS menurun hingga 19,67 ppm dengan proses adsorpsi arang aktif 7M dan 42,67 ppm untuk arang aktif berkonsentrasi H2So4 5M. Zat warna yang diadsorpsi arang aktif konsentrasi H2So4 5M hingga 7,72 ppm dan 1,52 ppm yang diadsorpsi dengan arang aktif dengan konsentrasi H2So4 7M. Kapasitas maksimum yang mampu diserap arang aktif dapat menggunakan persamaan Langmuir dan Freundlich.
PENGARUH MEDAN ELEKTROMAGNETIK DAN PENAMBAHAN LIMBAH TEH (Fluf) PADA MEDIA TANAM JAMUR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus Ostreatus) Arif Suryo Nugroho; Gunomo Djoyowasito; Musthofa Lutfi; Ary Musthofa Ahmad
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.329 KB)

Abstract

Jamur tiram (pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur yang mempunyai banyak manfaat diantaranya dimanfaatkan untuk olahan makanan dan obat obatan herbal. Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang pada suhu 220C-280C dan pada kelembapan 80%-90% dengan intensitas cahaya 10%. Jamur tiram merupakan salah satu pendegradasi lignin aktif yang dapat tumbuh di berbagai media seperti serbuk gergaji, ampas tebu, limbah daun teh dan limbah pertanian yang mengandung lignin selulosa. Limbah pada industri teh (fluf) mengandung serat kasar selulosa dan lignin yang dapat digunakan sebagai bahan media tanam jamur. Medan elektromagnetik adalah suatu metode untuk meningkatkan laju pertumbuhan pada tanaman, metode ini merupakan alternatif aditif yang dapat mengurangi toksin bahan baku dan meningkatkan keamanan pangan. Medan magnet yang diberikan dapat membuat unsur paramagnetik dan feromagnetik seprti Fe, Ca, Na, serta K dapat semakin tertarik masuk untuk mengaktifkan enzim-enzim yang dibutuhkan oleh sel-sel pada jamur. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 kali pengulangan dan 2 faktorial, faktor pertama yaitu penambhan media tanam menggunakan limbah industri teh (fluf) dengan serbuk gergaji yaitu 0%, 25%, 50%. Dan faktor yang kedua adalah lama pemaparan medan elektromagnetik selama 30 menit, 60 menit dan 90 menit dengan pemaparan sebesar 0.8 mT. Pertumbuhan jamur tiram yang diamati meliputi tinggi miselium, diameter tudung, jumlah tudung,dan massa jamur waktu panen. Pada penelitian kali ini penambahan teh 0% adalah penambahan media tanam terbaik, hal ini disebabkan karena nutrisi dari serbuk gergaji memiliki nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan nutrisi pada limbah teh, karena limbah industri teh yang ada di pabrik tidak semuanya terdekomposisi. Sedangkan pemaparan medan magnet 90 menit adalah pemaparan terbaik jika dilihat dari parameter pengukuran massa jamur tiram.
Rancang Bangun dan Uji Performansi Mesin Pemintal Sabut Kelapa Ekoyanto Pudjiono; Musthofa Lutfi; Achmad Anas Thohir
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.193 KB)

Abstract

Persentasi kandungan dari buah kelapa berbeda-beda tetapi rata-rata adalah sabut 35%, tempurung 12%, daging buah 28% dan air buah 25%. Bagian dari buah kelapa yang seringkali dilupakan adalah sabut kelapa yang merupakan bagian terbesar dari buah kelapa. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membuat mesin pemintal sabut kelapa dan melakukan uji kinerja terhadap rancangan tersebut. Mesin pemintal sabut kelapa yang dirancang terdiri dari beberapa bagian yaitu: sistem transmisi (pulley dan V-belt), rol penggulung (diameter 25 mm dan panjang 450 mm), spindel (diameter 15 mm dengan panjang 250 mm), inverter, tempat bahan (70x200x350 mm), kerangka (900x600x350 mm) dan motor listrik (0,5 HP). Prinsip kerja mesin pemintal sabut kelapa yang dirancang adalah memilin, menggabungkan dan menggulung. Diameter benang yang dihasilkan berkisar antara 2.6 mm sampai 4.5 mm. Kapasitas gaya tarik benang hasil pemintalan terbesar pada putaran motor 160 rpm sebesar 73.17 N. Kemuluran benang hasil pemintalan terbesar terjadi pada putaran motor 220 rpm sebesar 203.11%. Kapasitas kerja tertinggi terdapat pada putaran motor dengan 220 rpm yaitu sebesar 81.6 m/jam dan 426 g/jam.
Analisis Tata Letak Fasiltas Produksi Stasiun Gilingan Di Perusahaan PT. PG Krebet Baru, Malang, Jawa Timur Wachid Rahmanjaya; Musthofa Lutfi; Yusuf Hendrawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.841 KB)

Abstract

PT. PG Krebet Baru merupakan industri gula yang harus meningkatkan produktivitasnya, maka dari itu perancangan ulang tata letak adalah salah satu pilihan strategis untuk memenuhi kebutuhan gula nasional. Karena proses pengolahan produk gula tebu memiliki tahap pada setiap stasiun kerja yang sangat kompleks, maka pada pada penelitian ini, perancangan tata letak difokuskan pada bagian stasiun gilingan yang terdiri dari beberapa mesin-mesin produksi. Selain itu, pada stasiun ini memiliki rendemen produk yang sangat rendah, artinya banyak penyusutan produk akibat nira tebu yang hilang. Pertama, analisis kuantitatif aliran bahan diukur berdasarkan kuantitas material yang dipindahkan. Selanjutnya, hasil analisis tersebut digunakan sebagai input dalam software differential evolution for facility layout. Ini memberikan analisis mengenai desain tata letak yang efesien, karena mengutamakan aspek kuantitas seperti material handling, jarak and stasiun. Untuk mengevaluasi tata letak yang diusulkan, pengukuran jarak tempuh diterapkan. Dalam penelitian ini, perancangan ulang tata letak stasiun gilingan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan tata letak yang diterapkan saat ini, yakni terjadi penurunan jarak tempuh antar bidang kerja sebesar 42.797 m dari jarak tempuh awal yang sejauh 89.32 m. Hal tersebut dikarenakan semua bidang kerja didekatkan sesuai dengan alur proses produksi. Jika jarak tempuh semakin pendek maka ini akan berbanding lurus dengan biaya penanganan bahan yang semakin kecil. Selain itu juga waktu proses produksi yang semakin singkat.
Uji Mekanik Bioplastik Berbahan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis) dengan Variasi Selulosa Asetat dan Sorbitol Dyah Iswatun Lailyningtyas; Musthofa lutfi; Ary Mustofa Ahmad
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09

Abstract

Umbi ganyong (Canna edulis) dapat dimanfaatkan sebagai bahan plastik biodegradable dikarenakan memiliki banyak  kandungan serat. Sifat fisik dan kimia pada umbi ganyong juga sangat baik karena memiliki presentase yang seimbang antara amilosa dan amilopektin, yaitu 41% dan 53%. Sehingga ganyong dapat dijadikan salah satu bahan alternatif yang dapat diambil patinya untuk pembuatan bioplastik. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari proses pembuatan plastik biodegradable serta menganalisis  pengaruh penambahan selulosa asetat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan plasticizer sorbitol terhadap sifat mekanik plastik biodegradable dari pati umbi ganyong (Canna edulis) dengan berbagai parameter yaitu kekuatan tarik, elongasi, modulus Young. Pembuatan plastik biodegradable berbasis pada metode solution casting, dimana dilakukan modifikasi komposisi selulosa asetat dengan penambahan plasticizer sorbitol dan pati umbi ganyong. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu variasi selulosa asetat sebagai penguat pada bioplastik dan sorbitol sebagai plasticizer. Komposisi pati umbi uwi yang digunakan adalah 5 gram, kombinasi konsentrasi selulosa asetat yang digunakan adalah 1 gram; 1,5 gram; 2 gram, 2,5 gram dan 3 gram. Variasi volume sorbitol digunakan adalah 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik dari pengujian kuat tarik yaitu pada perlakuan selulosa asetat 2,5 gram dan sorbitol 1 ml sebesar 74,793 MPa. Perlakuan terbaik pada pengujian elongasi yaitu pada perlakuan selulosa asetat 2 gram dan sorbitol 5 ml yakni perpanjangan sebesar 113,340 %. Perlakuan terbaik pada pengujian Modulus Young yaitu pada perlakuan selulosa asetat 2,5 gram dan sorbitol 1 ml sebesar 10,221 Mpa.
Appropriate technology application of traditional clove oil production, effort to up-grade quality Musthofa Lutfi; Kusubakti Andjani; Ilhamuddin Ilhamuddin; Hamidah Nayati Utami; Firdiani Nur Afifah
Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE) Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.afssaae.2020.003.02.5

Abstract

In East Java, the production of clove leaf oil refinement is developed by businesses owned by rural people. The processing operation is simple and start-up investment is low. The clove leaf oil manufacturing procedure uses old leaves that fall naturally in the dry season, these are found to be better preserved, mature and environmentally friendly. East Java rural distillers use a single boiler for steam, water and raw materials in order for the investment costs to remain low. This study aimed to research the use of appropriate technology for the clove leaf distillation process and how to increase clove oil both in yield and quality. Two different tests were conducted; introducing a leaf crusher as a raw material and replace the old chamber material with stainless steel. There are three grades of raw materials; rough leaves, smooth leaves, and non-crushed leaves. After the clove leaves were crushed, they are distilled in the new stainless steel boiler with an aim to compare the oil yield and quality. The result from the crushed leaves treatment indicates there are different volume condensates produced from the same volume of raw materials, 128.2 litres from smooth grade and 117.2 litres from rough grade leaves. The highest percentage of clove oil (15.07%) results from rough grade crushed leaves. By replacing the chamber material with stainless steel positively affects the brightness of the clove oil. In conclusion, these two tests, to improve appropriate technology for clove oil production, can increase both yield and oil brightness, and subsequently improve the competitive advantage and future aspiration of the product. 
Pengaruh Jarak dan Warna Lampu Led (Light Emitting Diode) Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Microgreen Brokoli (Brassica oleracea L.) Musthofa Lutfi; Siti Hamidah Hanum; Ekoyanto Pudjiono
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 10, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2022.010.03.08

Abstract

Microgreen merupakan kelas baru sayuran yang dipanen dalam waktu 7-14 hari setelah semai, memiliki banyak potensi gizi dan menjadi tren terbaru dalam industri makanan. Penyinaran sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pendapatan cahaya yang optimum pada budidaya tanaman secara indoor sangat mempengaruhi proses fotosintesis tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh warna dan jarak vertikal lampu LED terhadap pertumbuhan dan produktivitas microgreen brokoli, sehingga mendapatkan warna dan jarak vertikal lampu LED yang baik untuk budidaya microgreen brokoli. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF), terdiri dari 3 kali pengulangan dan 2 faktorial. Faktor pertama adalah jarak vertikal/tinggi lampu LED (T) yang digunakan yaitu 20 cm (T1), 40 cm (T2) dan 60 cm (T3), faktor kedua yaitu warna cahaya lampu LED (W) yang digunakan berwarna warm white (W1), merah (W2) dan biru (W3). Selain itu ada 3 tanaman pembanding (kontrol) pada jarak vertikal lampu 20 cm (T1) dengan lampu LED putih (W0). Parameter yang diamati yaitu intensitas cahaya, energi lampu LED, tinggi tanaman, jumlah daun, tingkat kehijauan daun dan berat basah microgreen brokoli. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk budidaya sayuran microgreen brokoli dilakukan pada warna lampu LED putih (W0) atau warm white (W1), menggunakan jarak vertikal lampu LED terhadap tanaman 20 cm (T1) dengan lama penyinaran 16 jam/hari agar mendapatkan hasil yang maksimal.
MODIFIKASI ASPEK RASIO SUDU KINCIR ANGIN DAN GEAR RASIO PADA AERATOR BEBASIS TEKNOLOGI POMPA SPIRAL BERTENAGA AIR wenny andriyani; Gunomo Djoyowasito; Rifaldi Aprilianto; Ary Mustofa Ahmad; Musthofa Lutfi
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem Vol 7 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan & Agroindustri (Fatepa) Universitas Mataram dan Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.136 KB) | DOI: 10.29303/jrpb.v7i1.107

Abstract

Peningkatan produktivitas tambak udang di Indonesia dilakukan dengan tetap menjaga kualitas air tambak menggunakan aerator. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan putar dengan modifikasi aerator yang memanfaatkan teknologi pompa spiral yang kemudian digerakkan oleh kincir angin. Metode penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: (1) Pembuatan rancangan modifikasi aspek rasio dan gear rasio (2) Persiapan Komponen kincir angin dan gear rasio, (3) Perakitan alat, (4) Uji kinerja alat. Modifikasi dilakukan pada kebutuhan kecepatan putar aerator dengan aspek rasio kincir angin dan gear rasio. Aspek rasio yang digunakan pada sudu kincir angin sebesar 0,833 dan 2,167, sementara gear rasio yang digunakan adalah 1:10 dan 1:5. Parameter yang diukur adalah kecepatan angin, kinerja aerator (kecepatan putar kincir angin, kecepatan putar pompa spiral, daya, debit, tinggi tekan), dan kualitas air (oksigen terlarut). Hasil uji kinerja alat dengan kecepatan angin berkisar antara 0,62 - 4,65 m/s. Kecepatan putar teoritis yang terukur adalah sebesar 45,4632. Sementara untuk reduksi putar memiliki nilai rata-rata sebesar 0,41. Daya teoritis terkecil yang dihasilkan oleh kecepatan angin terkecil, yaitu sebesar 0,62 m/s. Daya yang dihasilkan sebesar 0,1967 Watt. Kemudian daya, debit air, dan tinggi tekan rata-rata 24.02834 watt, 15.52008 cm3/s, 30.16 cm. Sementara oksigen terlarut yang dihasilkan berkisar antara 4,4 – 11,9 mg/L. Aerator dengan aspek rasio 0,833 dan gear rasio 1:10 serta aerator dengan aspek rasio 2,167 dan gear rasio 1:5 mampu menghasilkan kecepatan putar, daya, dan debit air yang lebih baik. Namun, untuk tinggi tekan aerator yang belum dimodifikasi menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Sementara kedua aerator mampu menghasilkan oksigen terlarut berkisar 4 – 11 mg/L.
Effects of Various Hydroponic Systems in Increasing Caisim (Brassica Chinensis L.) Productivity Under LED Grow Light Braja Manggala; Malinny Debra; Chatchawan Chaichana; Wahyu Nukholis Hadi Syahputra; Musthofa Lutfi
International Journal on Food, Agriculture and Natural Resources Vol 4, No 2 (2023): IJ-FANRes
Publisher : Food, Agriculture and Natural Resources - NETWORKS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46676/ij-fanres.v4i2.143

Abstract

Hydroponics has been proven to increase crop production, particularly for leafy vegetable families, significantly. In addition, the hydroponic system can assist farmers in managing water and nutrition; as a result, this method is appropriate for sustainability as a real action to prevent further environmental damage caused by agricultural production. Several hydroponics systems have been invented; however, to get high plant yields, a selection of the system must be done by looking at the characteristics of the cultivated plants. Furthermore, artificial environmental conditions, such as light, temperature, and humidity, must be adjusted to accommodate the plant's requirements in a closed hydroponic system.  In this study, three hydroponics systems (i.e., wick technique, Nutrient Film Technique (NFT), and Deep Flow Technique (DFT)) were compared for morphology features, including the number of leaves, leaf width, plant height, wet root weight, and fresh weight. Caisim (Brassica chinensis L.) was grown on a single shelf; this design was intended to maximize land utilization in a closed area. Caisim's growing condition was under blue-red LED light for 35 days with a 16-hour illumination time at a distance of 15 and 20 cm. At harvest time, Caisim morphology utilizing the NFT approach produced a more significant (P < 0.05) result than the wick and DFT methods. Furthermore, on fresh weight, the LED at 15 cm outperformed the wick, DFT, and NFT at 20 cm by 20%, 47%, and 33%, respectively. According to the findings, the NFT approach combined with a 15 cm spacing distance or a light intensity of 250 PPFD was better and significantly impacted Caisim's shape.
Pengaruh Waktu dan Suhu Pengeringan terhadap Kandungan Pati pada Pembuatan Bubuk Umbi Talas (Colocasia esculenta L. Schott) untuk Bioplastik Musthofa Lutfi; Alin Rosyidatul Afidah SR; Sandra Malin Sutan; Gunomo Djoyowasito
Rona Teknik Pertanian Vol 12, No 1 (2019): Volume 12, No. 1, April 2019
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v12i1.13003

Abstract

Abstrak. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor usaha di Indonesia yang banyak menghasilkan produk makanan untuk kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Salah satu bagian organ tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah umbi. Kategori tanaman untuk jenis umbi-umbian ini sangat beragam. Salah satunya adalah umbi talas. Talas merupakan tanaman yang mengandung kadar pati tinggi yaitu 80%. Pati yang ada pada umbi talas ini sangat potensial untuk dijadikan bahan pembuatan bioplastik. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kadar pati pada bubuk talas yang memiliki variasi suhu dan waktu pada pengeringannya. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri dari dua faktor, yaitu: Faktor I : Waktu pengeringan (T) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu T1 = 3 jam, T2 = 4 jam, T3 = 5 jam, dan T4 = 6 jam. Faktor II : Suhu Pengeringan (P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu P1 = 40°C, P2 = 50°C, dan P3 = 60°C. Berdasarkan hasil penelitian waktu dan suhu pengeringan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar pati yang diperoleh. Semakin tinggi suhu dan waktu pengeringan maka kadar pati bubuk umbi talas akan semakin rendah. Perlakuan yang paling optimal dan terbaik dalam penelitian adalah perlakuan suhu 40oC waktu 4 jam. Pada perlakuan tersebut diperoleh kadar pati yang tinggi yaitu 76,89%, selain itu pada perlakuan tersebut dapat memperoleh rendemen bubuk umbi talas yang tinggi dalam waktu yang singkat.  The Effect of Time and Temperature of Drying on Starch Content in The Making of Taro Tuber Powder (Colocasia esculenta L. Schott) for Bioplastics Abstract. The agricultural sector is one of the business sectors in Indonesia that produces a lot of food products for the food needs of the Indonesian people. One part of the plant organ that can be used is tuber. The plant categories for these types of tubers are very diverse. One of them is taro tuber. Taro is a plant that contains a high starch content of 80%. Starch in taro tubers is very potential to be used as a material for making bioplastics. This research was conducted to test the starch content of taro powder which has variations in temperature and time on drying. This research method uses a randomized block design (RBD), which consists of two factors, namely: Factor I: Drying time (T) consisting of 4 levels, namely T1 = 3 hours, T2 = 4 hours, T3 = 5 hours, and T4 = 6 hours. Factor II: Drying Temperature (P) which consists of 3 levels, namely P1 = 40 ° C, P2 = 50 ° C, and P3 = 60 ° C. Based on the results of the research the drying time and temperature gave a significant effect on the starch content obtained. The higher the temperature and time of drying, the lower the starch content of powdered taro tuber. The most optimal and best treatment in the study was a treatment temperature of 40oC for 4 hours. In the treatment obtained a high starch content that is 76.89%, in addition to that the treatment can obtain a high yield of taro tuber powder in a short time.
Co-Authors . Masruroh A.A. Ketut Agung Cahyawan W Achmad Anas Thohir Ahmad Saiful Haq Alfin Izaniyah Ali Djamhuri Alin Rosyidatul Afidah SR Alvian Budhi Irianto Anang Lastriyanto Andi, Moch. Alfi Angky Wahyu Putranto Arif Suryo Nugroho Ary Drajad Prasetyo Ary Musthofa Ahmad Ary Mustofa Ahmad Bambang Dwi Argo Bambang Susilo Braja Manggala Budiadi, Ary Chatchawan Chaichana Dedy Dwi Prasetyo Dewi Maya Maharani Dewi Maya Maharani Dony Aprilyan Dyah Iswatun Lailyningtyas Ekoyanto Pudjiono Evi Wahyu Dianti Faisz Kasifalham Fajri Anugroho Farisatun Ni’mah Febi Damayanti Rahayu Firdaus Kurnia Putra Firdiani Nur Afifah Gatot Suharto Abdul Fatah Gatot Suharto Abdul Fatah Gracia Deborah Alfons, Gracia Deborah Gunomo Djojowasito Gunomo Djoyowasito Hamidah Hanum Hamidah Nayati Utami Hayyu Latiefuddin Helmi Fadhlurrahman Felayati Herwati, Faizah Churotus Ilhamuddin Ilhamuddin Indra Braga Adi Nuriawan Ineke de Elda Ayumi Irma Putri Pujianti Joko Prasetyo KHOIRUL ANAM Kusubakti Andjani Litapuspita Rizka Perdana Ma&#039;rifatika Muslikha Malinny Debra Mochamad Bagus Hermanto Muhammad Agung Nugraha Nurwahyuningsih Nurwahyuningsih Perdana, Lita Puspita Rizka Pratama, Kanda Bagus Puji Widodo R. Fery Agung S. R. Sapto Hendri Boedi Soesatyo Riandy Juworo Ricana Rindu Indihani Rifaldi Aprilianto Rini Yulianingsih Sandra Sandra Sigit Setiawan Soebandi Soebandi Tiara Ika Susanti Titik Nur Hidayah Tubagus Irfan Khiari Turangga Bagus Setya Graha Ulwan Zuhdi Wachid Rahmanjaya Wahyu Nukholis Hadi Syahputra Wahyunanto A. Nugroho Wahyunanto Agung Nugroho Wahyunanto Agung Nugroho Wahyunanto Agung Nugroho wenny andriyani Yuliani Widiastutik Yulinda yulinda Yusron Sugiarto Yusuf Hendrawan