Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Fotolisis Senyawa Parasetamol Yang Berpotensi Dalam Penanganan Limbah Obat Sandra Tri Juli Fendri; Dedi Nofiandi; Epi Supri Wardi; Aprila Reza Yuris
Jurnal Katalisator Vol 3, No 2 (2018): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (788.804 KB) | DOI: 10.22216/jk.v3i2.3671

Abstract

Parasetamol merupakan salah satu obat analgetik dan antipiretik paling popular dan banyak digunakan. Konsentrasi parasetamol dalam air limbah akan naik dengan meningkatnya produksi parasetamol. Suatu alternatif dalam menjawab permasalahan tersebut adalah dengan prosespengolahan limbah secara kimia menggunakan metoda fotolisis. Degradasi parasetamol telah dilakukan dengan metoda fotolisis menggunakan lampu UV 10 watt (λ = 253nm) dan (λ =352 nm).Analisis hasil degradasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan HPLC pada panjang gelombang 256 nm. Pengukuran dengan Spektrofotometer UV-Vis dan HPLC ini menunjukkan penurunan absorban dari senyawa parasetamol setelah didegradasi. Degradasi parasetamol8 mg/Lsetelah dilakukan fotolisis selama 180 menit menggunakan lampu UV (λ = 253nm) dan gabungan (λ = 253nm dan 352 nm) menghasilkan persentase degradasi berturut-turut sebesar 75,57 % dan 80,53 %. Sedangkan dengan menggunakan lampu UV (λ = 352 nm) menghasilkan sedikit peningkatan nilai absorban. Analisis dengan HPLC menunjukkan adanya puncak dari senyawa intermediet larutan parasetamol yang terbentuk selama proses degradasi.
BIOSORPSI SENYAWA PARASETAMOL YANG BERPOTENSI DALAM PENANGANAN LIMBAH OBAT Epi Supri Wardi
Jurnal Katalisator Vol 4, No 1 (2019): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (881.85 KB) | DOI: 10.22216/jk.v4i1.3884

Abstract

Parasetamol merupakan obat analgetik dan antipiretik yang banyak digunakan oleh masyarakat. Jika penggunaannya banyak dimasyarakat maka produksi Parasetamol akan semakin bertambah dan semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Parasetamol akan memberikan efek buruk untuk lingkungan perairan, terutama organisme akuatik dan makhluk hidup disekitarnya. Pada penelitian ini digunakan jamur Saccharomyces sp. untuk mengabsorpsi senyawa Parasetamol. Proses biosorpsi dilakukan selama 6 hari menggunakan larutan Parasetamol 8 mg/L. Analisis hasil biosorpsi menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis dan HPLC pada panjang gelombang 257 nm. Hasil yang didapat dengan Spektrofotometri UV-Vis menunjukkan peningkatan absorban sebelum dan sesudah biosorpsi. Hasil HPLC menunjukkan adanya penurunan puncak sebelum dan sesudah biosorpsi dan munculnya puncak-puncak baru. Puncak-puncak baru tersebut merupakan senyawa intermediet dari Parasetamol. Dari pengujian menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope) diperoleh permukaan jamur Saccharomyces sp. yang berbeda-beda sebelum dan sesudah biosorpsi. Dapat dikatakan bahwa jamur Saccharomyces sp. dapat membiosorpsi senyawa Parasetamol dalam proses biosorpsi
Desain Primer dan Deteksi Gen CHS (Chalcone Synthase) pada Tanaman Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) Tipe Riau Mancik Bastian Nova; Epi Supri Wardi; Miftahur Rahmi; Fadillatul Zikri
Baselang Vol 4, No 1: APRIL 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/bsl.v4i1.124

Abstract

Gambir merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan katekin. Kandungan katekin merupakan parameter dalam menentukan mutu gambir. Salah satu gen yang terlibat dalam pembentukkan katekin adalah gen CHS (Chalcone synthase). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkanprimer yang dapat digunakan untuk mendeteksi gen CHS (Chalcone synthase) pada tanaman gambir tipe Riau Mancik serta untuk melihat binding site dengan hasil isolasi DNA tanaman gambir terhadap primer yang telah didesain. Pendesainan primer dilakukan dengan mengalignment 21 data tanaman yang mengandung sekuen gen CHS yang terdapat di NCBI. Hasil desain primer didapatkan 8 pasang primer degeneratif dengan 4 primer forward dan 2 primer reverse. Primer yang memiliki binding site dengan hasil isolasi DNA yaitu pasangan primer A1F dengan C1R menghasilkan produk dengan estimasi 724 bp.
Desain Primer Dan Deteksi Gen CHS (chalcone synthase) Pada Tanaman Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) Tipe Riau Gadang Epi Supri Wardi; Sumaryati Syukur; Zulkarnain Chaidir; Jamsari Jamsari; Diza Sartika
RAFFLESIA JOURNAL OF NATURAL AND APPLIED SCIENCES Vol. 1 No. 1 (2021): April
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/rjna.v1i1.15591

Abstract

Gambir merupakan salah satu tanaman yang mengandung katekin.Kandungan katekin pada gambir merupakan komponen yang menjadi syarat utama dalam penentuan mutu gambir. CHS (Chalcone synthase) adalah salah satu gen yang terlibat di dalam proses biosintesis pembentukan katekin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan primer yang dapat digunakan dalam deteksi gen CHS (Chalcone synthase) pada tanaman gambir tipe riau gadang serta untuk melihat kemampuan primer yang telah didesain untuk mendeteksi gen CHS pada tanaman gambir. Pendesainan primer dilakukan dengan mengalignment 21 data sekuengen CHS dan dipilih daerah yang memiliki kesamaan basa antara sekuen gen yang dialignment untuk mendapatkan primer.  Isolasi DNA gen CHS tanaman gambir menggunakan metode CTAB dan untuk isolasi RNA menggunakan Total RNA Mini Kit (Plant) dari Geneaid. Sintesis cDNA menggunakan kit Rever Tra Ace® qPCR RT Master Mix with gDNA Remover (Toyobo).Pada hasil desain primer didapatkan empat primer forward dan satu primer reverse. Hasil desain primer yang dapat digunakan untuk deteksi gen CHS dengan hasil cDNA tanaman gambir yaitu primer F3-R1(TNGTCTTCTGCACNACCTCCGGNG - CCANTC CAASCCYTCWCCDGTSGT). Proses deteksi gen CHS pada daun gambir menghasilkan produk dengan estimasi sebesar 724 bp
Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br. Leaf Extract as Sunscreen, Skin Lightening, and Antiaging Widyastuti, Widyastuti; Elmitra, Elmitra; Wardi, Epi Supri; Agustin, Diana
Science and Technology Indonesia Vol. 9 No. 3 (2024): July
Publisher : Research Center of Inorganic Materials and Coordination Complexes, FMIPA Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26554/sti.2024.9.3.745-755

Abstract

Plectranthus scutellaroides is a plant with attractive colored leaves. It contains secondary metabolite compounds such as flavonoids and phenolics, which provide skin protection against ultraviolet rays from the sun. The research aims to investigate the activity of P. scutellarioides leaf extract from various variants and different solvents on sunscreen, skin lightening, and anti aging activities. The best extract is formulated in gel dosage form. Each P. scutellaroides leaf was extracted using ethanol, ethyl acetate, and hexane as solvents. The obtained extract was assessed for Sun Protecting Factor (SPF), UVA Protection grade (PA), antioxidant activity, and inhibition of tyrosinase, collagenase, elastase, and hyaluronidase. Determination was conducted in vitro using spectrophotometric methods. The highest sunscreen activity was observed in the ethanol extract Va (Va-ET), which exhibited SPF and PA values of 25.618±0.265, and 0.681±0.007 (star 3), respectively at a concentration of 100 ug/mL. The most significant skin-lightening activity was observed in the ethanol extract Vc (Vc-ET), with an IC50 value inhibiting tyrosinase of 39.059 ug/mL. Regarding the anti-aging activity of the extracts, as determined by their antioxidant activity and inhibition of collagenase, elastase, and hyaluronidase, the most promising extracts were obtained from ethanol extract Va (Va-ET) and ethyl acetate extract Va (Va-EA), with IC50 values of 79.734, 76.838, 143.384, and 122.467 ug/ mL, respectively. The Va-ET was formulated into a gel dosage form, and there was a significant effect of the gelling agent on the SPF value of the extract after formulation (p < 0.05). All extracts exhibit activity as sunscreen, skin lightening, and anti-aging, with the Va-ET showing the highest efficacy. Gelling agents significantly influence the SPF value of extracts after formulation into the gel dosage form. Among them, F3, formulated from the Va-ET of P. scutellaroides using Carbopol-940 as a gelling agent, exhibits the highest efficacy.
EFEK KESEHATAN BAKTERI ASAM LAKTAT ASIDOFILIK YANG TERDAPAT PADA MAKANAN: REVIEW Nova, Bastian; Wardi, Epi Supri
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 10 No. 3 (2024)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/htj.v10i3.1286

Abstract

Kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan telah meningkatkan minat global terhadap bakteri asam laktat (BAL) asidofilik. Mengingat manfaat baru yang telah diberikan oleh mikroorganisme probiotik dalam beberapa tahun terakhir, percepatan dalam upaya untuk mengidentifikasi BAL asidofilik probiotik baru, efisien, dan menjanjikan tidaklah mengherankan. Salah satu upaya ini adalah untuk menentukan senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh BAL asidofilik yang terdapat pada makanan. Tinjauan literatur sebelumnya belum mengerucutkan pembahasan terhadap senyawa-senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh BAL asidofilik sebagai salah satu kelompok bakteri asam laktat. Oleh karena itu, tinjauan ini memberikan perhatian pada aspek-aspek yang kurang dikenal dari BAL asidofilik yang terdapat pada makanan dan senyawa yang mereka lepaskan, menjelaskan pertanyaan-pertanyaan penting yang belum terjawab, serta membahas efek kesehatan yang dapat BAL asidofilik tersebut berikan.
THE ISOLATION OF LACTIC ACID BACTERIA FROM CASSAVA TAPAI (Manihot esculenta Crantz) AND PROTEASE ENZYME ACTIVITY ASSAY Nova, Bastian; Wardi, Epi Supri; Irwandi, Irwandi; Febriani, Icha
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 15, No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jkms.v15i2.2910

Abstract

Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan golongan bakteri yang dapat menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menguji aktivitas enzim protease pada BAL dari tape ubi singkong dan melakukan identifikasi secara molekuler terhadap BAL yang memiliki aktivitas enzim protease tertinggi. Terdapat 6 isolat bakteri yang berhasil diperoleh melalui tahap pemurnian dan 1 isolat bakteri asam laktat yang memiliki aktivitas enzim protease tertinggi. Uji aktivitas enzim protease BAL dilakukan menggunakan media agar yang menggandung 1% susu skim dan BAL diidentifikasi secara molekuler menggunakan gen 16s rRNA. Hasil pengujian aktivitas enzim protease  menunjukkan bahwa dari 3 isolat BAL yang diperoleh, hanya 1 isolat yang memiliki aktivitas enzim protease (zona bening) yaitu isolat kode 2 dengan diameter rata-rata 8,33 mm, sedangkan kontrol positif berdiameter 30 mm. Hasil identifikasi molekuler menunjukkan bahwa isolat tersebut memiliki homologi 100% dengan Leuconostoc messenteroides Strain 176.
Desain Primer Dan Deteksi Gen Chs (Chalcone Synthase ) pada Tanaman Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) Tipe Udang Wardi, Epi Supri; Verawati, Verawati; Irma Juita, Atika; Nova, Bastian
FASKES : Jurnal Farmasi, Kesehatan, dan Sains Vol. 1 No. 2 (2023): Bulan November 2023 Faskes : Jurnal Farmasi, Kesehatan dan Sains
Publisher : Program Studi Farmasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32665/faskes.v1i3.2407

Abstract

Latar belakang: Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara terutama pulau Sumatera dan dibudidayakan terutama di daerah Sumatera Barat. Gen CHS (Chalcone synthase) merupakan salah satu enzim kunci yang terlibat dalam biosintesa katekin pada tanaman gambir. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan primer yang dapat digunakan dalam deteksi gen CHS (chalcone synthase) pada tanaman gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) tipe Udang, serta untuk melihat apakah primer yang telah didesain dapat mendeteksi gen CHS (chalcone synthase) pada tanaman gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) tipe Udang. Metode: Tahapan penelitian ini meliputi pendesainan primer spesifik dan primer degeneratif, isolasi DNA tanaman gambir dengan metode CTAB, PCR ( Polymerase chain reaction) dan elektroforesis. Simpulan dan saran: Dari hasil penelitian didapatkan satu pasang kombinasi primer degeneratif yaitu : forward CHS-A1-F (5’-TNG TCT TCT GCA CAN CCT CCG GNG-3’) dan reverse CHS-C1-R (5’- CCA NTC CAA SCC YTC WCC DGT SGT-3’) yang memberikan hasil amplifikasi yang sesuai dengan estimasi produk sebesar 724 bp. Sehingga pasangan primer tersebut dapat dijadikan pilihan primer untuk mendeteksi gen CHS pada tanaman gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) tipe Udang.
Wound-Healing Effect of Ethyl Acetate Subfraction Ointment from Meniran Leaves (Phyllathus niruri L.) at 5% Concentration on White Male Rats Tobat, Sanubari Rela; Wahyuni, Fatma Sri; Yenny, Satya Wydya; MYH, Etriyel; Annisa, Annisa; Wardi, Epi Supri; Fendri, Sandra Tri Juli
Jurnal Riset Multidisiplin dan Inovasi Teknologi Том 3 № 01 (2025): Jurnal Riset Multidisiplin dan Inovasi Teknologi
Publisher : PT. Riset Press International

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59653/jimat.v3i01.1478

Abstract

A study has been conducted on the healing effect of excision wounds using subfraction ointment of ethyl acetate of meniran leaves (Phyllathus niruri L.) with a concentration of 5% on the percentage of wound healing area, epithelialization time, and hydroxyproline levels in male white rats. This study consisted of 3 groups of rats based on ointment grouping, and each group consisted of 15 rats; from 15 rats, they were grouped again into 3 groups based on the day of taking the results of the wound healing parameters, namely days (5, 10 and 15); each group consisted of 5 rats, where group 1 was control with the administration of ointment base, group 2 was given (T® ointment) as a comparison, and group 3 was treated with the administration of the test preparation topically with subfraction ethyl acetate concentration of 5%. Each group was observed and measured for the percentage of wound healing area, epithelialization time, and hydroxyproline levels on days 5, 10, and 15. The results of data analysis using one-way ANOVA and two-way ANOVA followed by Duncan's test (SPSS 23.0) showed a significant difference between the control group and the treatment group in terms of the percentage of wound healing area, epithelialization time and hydroxyproline levels (p<0.05), so it can be concluded that the preparation of ethyl acetate subfraction ointment of meniran leaves with a concentration of 5% has an effect as an excision wound therapy.
Isolasi Bakteri Asam Laktat Dari Tapai Beras Ketan Hitam (Oryza sativa L Var. Glutinosa) dan Uji Aktivitas Enzim Protease Wardi, Epi Supri; Nova, Bastian; Sartika, Diza; Rozi, Fahrul
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol. 12 No. 1 (2025): Jurnal Kesehatan Perintis
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33653/1dz9r304

Abstract

Bakteri Asam Laktat merupakan golongan bakteri yang dapat menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir fermentasi serta beberapa jenis enzim yang terlibat dalam proses metabolismenya. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menguji aktivitas enzim protease pada bakteri asam laktat dari tape beras ketan hitam serta melakukan identifikasi secara molekuler menggunakan gen 16S rRNA terhadap bakteri asam laktat yang memiliki aktivitas enzim protease tertinggi. Lima isolat bakteri asam laktat berhasil diperoleh melalui tahap pemurnian, kemudian dipilih 3 isolat bakteri asam laktat untuk pengujian aktivitas enzim protease dengan kode 11, 13 dan 14. Hasil pengujian aktivitas enzim protease  menunjukkan bahwa dari 3 isolat yang dipilih hanya 1 isolat memiliki aktivitas enzim protease (zona bening) yaitu isolat 11 dengan diameter rata-rata 8 mm, sedangkan kontrol positif berdiameter rata-rata 30 mm. Hasil diidentifikasi molekuler dengan gen 16S rRNA terhadap isolat yang memiliki aktivitas enzim proteasemenunjukkan bahwa isolat 11 memiliki homologi 100% dengan Weissela confuse strain 1841.