Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil

BEHAVIOR AND PERFORMANCE ANALYSES OF INFILLEDFRAME STRUCTURE WITH INFILL-WALLS PLACEMENT VARIATION AT THE GROUND FLOOR I Ketut Diartama Kubon Tubuh; Made Sukrawa -; Dharma Putra -
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 18, No. 1, Januari 2014
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.127 KB)

Abstract

Abstract: Behavior analysis and performance evaluation of frame structures with infilled wall (RDP) has been done by making four structure models, a model of open framework (MOF) and three RDP models (M1, M2, and M3). In the RDP models, walls in transverse direction of the building was placed fully on the floor 2, 3 and 4, and varied on the ground floor. The wall in longitudinal direction, however, was not included in the model because of the holes and irregularity. The walls on the ground floor were placed fully for M1, at the ends and middle of the building for M2, and none for M3. The walls were modeled as 3 diagonal struts that can withstand compressive stress only. The behavior of the structure was observed through linear elastic analysis by comparing story drift and its ratios, while the performance of the structure was evaluated through nonlinear static Pushover analysis using SAP2000. The analysis showed that the inclusion of infill walls in the model increases the stiffness of the structure. The values of drift at roof level were 8 mm, 10 mm, 12 mm and 28 mm for M1, M2, M3, and MOF, respectively. Soft story mechanism was detected in the RDP models with irregular wall placement with maximum drift ratio of 157% and 249% for M2 and M3, respectively, while MOF and M1 with continuous wall have drift ratios of 101% and 92%. Discontinuous walls also decrease performance of the structure. Pushover analysis results in the transverse direction showed that M1 is capable of resisting the largest base shear force 658 tons with a level of performance Operational (O), while M2 with O performance levels capable of resisting base shear of 437 tons. M3 and MOF can resist the lowest base shear force of 270 tons and 279 tons with performance level of Immediate Occupancy (IO) and Life Safety (LS). Pushover analysis in the longitudinal direction of the building (where the wall was not modeled) showed that, MOF can resist the least base shear compared to the three RDP models. This suggests that the struts on the transverse direction also affect the stiffness of the structure in the longitudinal direction. The actual value of ductility in the transverse direction of the structure are 4.6; 2.9; 2.8; 3.4; for MOF, M1, M2 and M3, respectively. While in the longitudinal direction the ductility are 3.2; 3.6; 3.8; 3,9. All models ductility values are smaller than the design value, i.e., µ = 5.
PENGARUH PERKUATAN LENTUR DENGAN PELAT BAJA TERHADAP PERILAKU BALOK-T JEMBATAN Made Sukrawa; L.G. Wahyu Widyarini
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 10, No. 2 Juli 2006
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.847 KB)

Abstract

Beberapa penelitian tentang penambahan perkuatan eksternal dari pelat baja pada balok beton bertulang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari penambahan pelat baja eksternal sebagai perkuatan lentur pada balok-T beton bertulang untuk jembatan. Sebanyak tiga buah balok-T standar Bina Marga dibuat dalam skala 1: 4, dimana satu buah balok digunakan sebagai kontrol sedangkan dua balok lainnya diperkuat dengan pelat baja. Balok T dengan lebar badan 112,5 mm, tinggi 262,5 mm, dan panjang 3750 mm, diperkuat pelat baja dengan dimensi 98,4x2400x1,4 mm. Pembebanan dilakukan dengan mengerjakan dua buah beban terpusat sejarak 1 m ditengah bentang balok, yang menirukan beban roda truk menurut BMS 1992. Parameter yang diukur dalam pengujian ini adalah lendutan, beban retak pertama dan lebar retak. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan hasil analisa. Balok-T standar Bina Marga bentang 15 m masih cukup kuat bila dibebani sebesar beban batas menurut BMS 1992. Hal ini terlihat dari lendutan yang terjadi pada balok kontrol lebih kecil dari lendutan ijin pada saat dibebani sebesar beban layan dengan faktor kejut (DLA) sebesar 0,3. Prosentase perbandingan lendutan balok dengan lendutan ijin adalah sebesar 87,5%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan pelat perkuatan dapat meningkatkan kekakuan balok. Lendutan yang terjadi pada balok perkuatan (B1 dan B2) lebih kecil 71% dari lendutan balok kontrol (BK) untuk pembebanan 16,25 kN, lebih kecil 56,9% untuk pembebanan 32,5 kN dan lebih kecil 36,04% untuk pembebanan 65 kN. Pada pembebanan ultimit, lendutan balok perkuatan (B1) lebih kecil 45,6% dari lendutan balok kontrol (BK). Beban retak pertama hasil eksperimen pada balok dengan perkuatan (B1 dan B2) lebih besar 65,4% dari balok kontrol (BK). Pola kegagalan yang terjadi pada balok dengan dan tanpa perkuatan adalah kegagalan geser yang disebabkan oleh perbedaan mutu baja antara model dengan prototipe.
ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING EKSENTRIS V-TERBALIK DENGAN L/H BERVARIASI A.A. Ngurah Agung Angga Pradhana; Made Sukrawa -; Ida Bagus Dharma Giri
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 19, No. 1, Januari 2015
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.194 KB)

Abstract

Penelitian tentang perilaku dan kinerja struktur rangka bresing eksentris (SRBE) V-terbalik dengan L/H bervariasi dilakukan dengan memodel struktur gedung 10 lantai dalam SAP2000. Model dibuat dengan Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) dengan sambungan kaku, model SRBE dengan L/H bervariasi dari 1,25, 1,50, dan 1,75 dengan sambungan sederhana, dan model SRBE dengan sambungan kaku. Kelima model struktur dibebani dan dirancang berdasarkan pedoman perencanaan SNI Baja 03-1729-2002.Setelah model struktur memenuhi ketentuan SNI terhadap kekakuan dan kekuatan, kemudian dilakukan analisis pushover untuk mendapatkan kinerja dari model struktur.Perhatian khusus ditujukan pada SRBE untuk mengetahui pengaruh variasi L/H terhadap perilaku dan kinerja struktur. Dari penelitian ini didapatkan struktur SRBE L/H=1,75 memiliki kekakuan dan gaya geser dasar maksimal yang paling besar dibandingkan dengan struktur lainnya. Hal tersebut menunjukkan peningkatan L/H pada SRBE tipe V-terbalik, terbukti dapat meningkatkan kekakuan struktur, namun dilihat dari mekanisme terjadinya sendi plastis, SRBE L/H=1,75 tidak menunjukkan mekanisme keruntuhan yang baik, karena terjadi sendi plastis pada kolom lantai dasar bagian atas. SRBE L/H=1,75 juga memiliki berat total struktur 11,34% lebih besar dibandingkan SRPM, sehingga menjadi kekurangan struktur tersebut. Penggunaan sambungan kaku pada struktur dapat meningkatkan kekakuan struktur, namun peningkatan kekakuan struktur tidak signi kan.
KEKAKUAN LATERAL STRUKTUR PELENGKUNG TEGAK DAN MIRING PADA JEMBATAN PELENGKUNG TERIKAT Made Sukrawa; I Nyoman Sugita; Bobby Benniardi Hadi
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 11, No. 1 Januari 2007
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.993 KB)

Abstract

Untuk meneliti kekakuan lateral jembatan pelengkung, modifikasi terhadap bentuk geometris struktur pelengkung telah dilakukan dengan memiringkan secara perlahan-lahan pelengkung tegak dengan variasi kemiringan yang dinyatakan dengan perbandingan dimensi horisontal dan vertikal pelengkung. Tiga tipe kemiringan pelengkung ditinjau yakni: T1, 3/28,5; T2, 5/28,5; T3, 7/28,5. Data awal penampang dari struktur jembatan yang dianalisis dan didesain diambil dari gambar rencana Jembatan Tukad Unda. Pemodelan, analisis dan desain struktur jembatan dengan pelengkung tegak dan miring mempergunakan software SAP2000 Versi 8.08. Sebelum jembatan pelengkung tegak dan miring dibandingkan, struktur dirancang untuk memenuhi syarat kekuatan yang diukur dengan rasio tulangan yang diperlukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemiringan pelengkung sangat berpengaruh terhadap kekakuan lateral struktur. Semakin miring struktur pelengkung, semakin besar kekakuan lateralnya. Komponen struktur yang paling dipengaruhi oleh miringnya pelengkung adalah ikatan angin dan balok induk. Semakin miring pelengkung, maka gaya-gaya dalam pada ikatan angin semakin mengecil. Hal sebaliknya terjadi pada balok induk dimana gaya-gaya dalam pada balok membesar dengan bertambahnya kemiringan pelengkung. Simpangan lateral pelengkung dengan kemiringan terbesar, T3 hanya 33% dari simpangan lateral pelengkung tegak.
ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU SRUKTUR BAJA DIAGRID DENGAN RANGKA TERBREIS PADA GEDUNG 16 LANTAI Made Sukrawa; Ida Ayu Made Budiwati; I Gede Yoga Pratama
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 23, No. 2, Juli 2019
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.762 KB) | DOI: 10.24843/JITS.2019.v23.i02.p07

Abstract

Struktur rangka terbreis (BF) merupakan sistem rangka batang vertikal yang dapat memberikan ketahanan terhadap gaya lateral (gempa). Alternatif lain yang dapat digunakan untuk menahan beban lateral adalah dengan menggunakan sistem struktur diagrid (DIA) yang merupakan sistem struktur dengan breising diagonal dengan sudut tertentu yang sekaligus berfungsi sebagai kolom. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan perilaku struktur baja DIA dengan BF. Struktur DIA dirancang dengan variasi kemiringan sudut 54o, 65o, 70o, dan 77o sedangkan struktur BF menggunakan tipe X-2 lantai pada gedung berukuran 25 m x 25 m dan tinggi total 56 m. Kedua sistem struktur didesain agar memenuhi simpangan antar lantai ijin tidak melebihi 0,020 hsx dan nilai stress ratio kurang dari 1,0. Hasil analisis menunjukkan bahwa model DIA 65 merupakan struktur yang paling kaku diantara model yang lainnya, sedangkan gaya-gaya pada model BF lebih kecil dari model DIA. Model DIA77 membutuhkan material baja yang paling sedikit, diikuti oleh DIA70, DIA65, DIA54 dan BF sedangkan Model BF memiliki jumlah sambungan yang paling sedikit. Berdasarkan penilaian dari kelima model tersebut, didapatkan hasil bahwa model DIA65 merupakan model yang paling baik dilihat dari simpangan dan berat strukturnya.
PERENCANAAN STRUKTUR STADION MENGGUNAKAN INTEGRASI TEKLA STRUCTURE DAN SAP2000 Arif Nofiyanto -; Made Sukrawa -; IGA Adnyana Putera
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 17, No. 2, Juli 2013
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.664 KB)

Abstract

Sebuah stadion dengan struktur beton bertulang dan baja telah didisain menggunakan integrasi Tekla Structure dan SAP2000. Tekla Structure adalah sebuah sofware Building Information Modelling (BIM) yang berfungsi untuk membuat model dan menyimpan seluruh informasi sebuah struktur bangunan. Model awal dibuat pada Tekla Structure dan tahap analisa dan disain dilakukan pada SAP2000. Hasil disain SAP2000 akan dibaca sebagai input pada tahap pendetailan pada Tekla Structure. Pendetailan dapat dilakukan berdasarkan perhitungan manual maupun fitur otomatisasi pada Tekla Structure Keluaran yang dihasilkan Tekla Structure berupa gambar-gambar umum, gambar detail, gambar sambungan dan laporan-laporan yang akan berguna dalam pelaksanaan kontruksi sebuah stadion.
EFISIENSI PERENCANAAN JEMBATAN PILE SLAB DENGAN BENTANG BERVARIASI (Studi Kasus: Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa) Gede Arya Wibawa; Made Sukrawa -; I Nyoman Sutarja
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 19, No. 1, Januari 2015
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.12 KB)

Abstract

Perbandingan efisiensi perencanaan jembatan pile slab pada jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa telah dilakukan dengan membuat tiga model jembatan dengan panjang bentang 7,5, 10, dan 15 m. Pelat dimodel dengan element shell sedangkan pile cap dan tiang pancang dimodel dengan element frame. Interaksi tanah dengan tiang pancang dimodel sebagai spring dengan nilai konstanta bervariasi sesuai jenis tanahnya. Ketiga model dibebani sesuai RSNI T-02-2005 dan direncanakan dengan dimensi minimal yang memenuhi syarat kekuatan dan kelayanan. Kemudian ketiganya dibandingkan harga dan waktu pelaksaaan strukturnya. Hasil perencanaan menunjukkan bahwa model jembatan dengan panjang bentang 10 m paling efisien di antara ketiga disain. Selain itu, disain dengan bentang 10 m membutuhkan waktu pelaksanaan lebih pendek dari disain dengan bentang 7,5 m.
BATASAN KEKAKUAN PONDASI PELAT KAKU DI ATAS TANAH ELASTIS Ketut Ardhana; Made Sukrawa; I Ketut Sudarsana
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 10, No. 2 Juli 2006
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.174 KB)

Abstract

Pondasi pelat umumnya dirancang dengan anggapan distribusi reaksi tanah dasar adalah linier sehingga analisis dapat dilakukan dengan metode konvensional (metode rigid). Anggapan ini benar bila kekakuan pondasi memadai. Untuk pondasi pelat yang kurang kaku dipilih metode lain yaitu metode fleksibel, yang memperhitungkan variasi dari distribusi reaksi tanah dasar akibat pengaruh fleksibelitas pondasi dan perilaku elastis tanah dasarnya. Penelitian ini bertujuan mencari batasan kekakuan pondasi pelat yang dianggap kaku di atas tanah elastis. Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis 2 (dua) tipe pondasi pelat yaitu pondasi pelat dengan kolom tunggal (pondasi pelat tunggal) yang terdiri dari 6 (enam) ukuran dan pondasi pelat gabungan dengan dua kolom (pondasi pelat gabungan) yang terdiri dari 5 (lima) ukuran. Pondasi tersebut ditumpu di atas tanah elastis dengan 12 (dua belas) variasi modulus reaksi tanah dasar (ks) yang berbeda. Analisis dilakukan dengan program berbasis metode elemen hingga dengan metode eksak sebagai pembandingnya. Dalam proses analisis, masa tanah dimodel sebagai kumpulan pegas (elastic spring) yang berdiri sendiri dan tidak saling berhubungan, sedangkan pondasi dimodel dengan elemen shell (shell element). Dari 132 sampel pondasi yang ditinjau, diperoleh hasil bahwa batasan kekakuan pondasi pelat kaku di atas tanah elastis, merupakan besaran tak berdimensi (?l) yang nilainya 0,79, dan tebal minimum pondasi pelat kaku dapat dinyatakan dengan Persamaan : 1,975. dimana Ec adalah modulus elastisitas material pondasi (kN/m2), ks adalah modulus reaksi tanah dasar (kN/m3), l adalah panjang pondasi (m) dan ? adalah persamaan karakteristik Pondasi pelat dengan tebal kurang dari tebal minimum d, dikategorikan sebagai pondasi fleksibel, dan oleh karenanya analisis sebaiknya memakai metode fleksibel untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
PEMODELAN PELENGKUNG BETON BERTULANG DENGAN MEMPERHITUNGKAN INTERAKSI TANAH DAN STRUKTUR (KASUS: ALTERNATIF RENCANA JEMBATAN SERANGAN – TANJUNG BENOA) I Putu Laintarawan; I Made Sukrawa; I Ketut Sudarsana
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 10, No. 1 Januari 2006
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.488 KB)

Abstract

The Serangan-Tanjung Benoa Bridge is designed as a reinforced concretearch bridge as it usually built on hard soils, so it can be modelled as a fixed arch.However, the brigde was design on soft soil (N < 15) with hard soil (N > 50), 30 mbelow. Therefore, it is necessary to study the behavior of arch structure consideringsoil-structures interaction, due to vertical and lateral loads.Two models were made in order to model the soil-structure interaction: Model 1, thelateral soil supports is modelled as spring; Model 2, soil and foundation are modelledas solid element. Model 3, fixed arch was modelled without foundation. While modelling the soil as spring and solid, pile groups were asssumed as caisson and weremodelled as solid, and the elastic modulus of soil between piles is equal to the elasticmodulus of pile and its values were varieted and compared to the fixed model.Modulus of base soil lateral reaction, kh is modeled as spring with E of 28 N anduniformly distributed on caisson surface area behind the load. The finite elementmethod was made in 3D using SAP2000 program with static and time history analysisfor vertical and earthquake load, respectively.Soil modelled as spring and solid element in soil-structure interaction showcompatible, in which the deformation and internal forces varied by less than 2%. Themaximum deflection occurred on the peak of arch due to dead load of 191.4 mm, or37.87% smaller than the maximum deflection of the model including soil-structureinteraction. Moreover, fixed arch model has natural period of 2.37 second, which is0.39 second shorter than that including soil-structure interaction. With E greater than9000 MPa (sandstone type) the three models give deformation and internal forces itcompatible values with differences less than 2.2%.
PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR DINDING TERKEKANG DAN RANGKA DINDING PENGISI PADA BANGUNAN 4 LANTAI Ida Bagus Rai Widiarsa; Made Sukrawa; I Ketut Sudarsana; A.A. Ayu Istri Laksemana Dewi
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 27 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 27 No. 1, Maret 2023
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JITS.2023.v27.i01.p07

Abstract

Perbandingan perilaku struktur dinding terkekang (SDK) dan rangka dinding pengisi (RDP) dilakukan pada bangunan 4 lantai yang berfungsi sebagai apartemen. Sebelumnya, dilakukan validasi dengan membandingkan simpangan model dinding bata terkekang dengan hasil uji laboratorium dari peneliti lain. Hasil validasi menunjukkan, pemodelan SDK menggunakan elemen shell memberikan hasil mendekati hasil uji laboratorium, untuk itu dinding pada SDK dimodel dengan elemen shell sedangkan dinding pada RDP dimodel dengan strat diagonal. Dimensi struktur SDK mengacu pada gedung apartemen IITGN, sedangkan dimensi struktur RDP mengacu pada hasil analisis struktur. Hasil penelitian menunjukkan SDK lebih kaku dibandingan RDP, dengan selisih simpangan sebesar 14,89%. Tegangan maksimum dinding pada SDK lebih kecil dibandingkan tegangan maksimum dinding pada RDP, dimana tegangan maksimum dinding pada SDK 4,5 kali lebih kecil dibandingkan tegangan pada RDP. Namun demikian, tegangan dinding maksimum pada kedua model masih memenuhi batas ijin berdasarkan ACI 530-02. Hasil penelitian juga menunjukkan biaya SDK lebih murah dibandingkan biaya RDP.