Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Model Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa: Studi Deskriptif Komparatif di MAN Se-Kota Jambi Mahluddin, Mahluddin; Nugroho, Aris Dwi
Media Akademika Vol 28, No 1 (2013)
Publisher : Media Akademika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Melihat realitas perilaku pelajar dewasa ini, seperti tawuran, penyalahgunaan obat terlarang serta seks bebas, nampaknya sangat kontradiksi dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menumbuhkan dan meningkatkan religiusitas siswa sebagaimana tujuan pendidikan bukan merupakan suatu hal yang mudah. Lembaga pendidikan, baik sekolah maupun madrasah dituntut untuk dapat merancang model pembelajaran pendidikan agama Islam yang benar-benar dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan agama Islam itu sendiri. Atas dasar hal tersebut, peneliti akan mengadakan kajian lebih dalam untuk menemukan model pendidikan agama Islam yang ideal untuk meningkatkan religiusitas siswanya dengan melakukan studi komparatif di Madrasah Aliyah (MA) Se-Kota Jambi.
Negotiating Sharīʿah and Customary Law: Legal Pluralism in Familial Relationships among the Suku Anak Dalam in Jambi Yanti, Illy; Yuliatin, Yuliatin; Mahmudah, Siti; Mahluddin, Mahluddin; Larasati, Yuniar Galuh
Journal of Islamic Law Vol. 6 No. 2 (2025): Journal of Islamic Law
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jil.v6i2.3311

Abstract

This article explores how the Suku Anak Dalam (SAD) community resists the application of Islamic law in family matters, specifically in the determination of dower (mahr), the management of joint property, and the distribution of inheritance. While most SAD members have formally converted to Islam, their legal practices remain rooted in a matrilineal customary system passed down through generations. Challenging prevailing scholarly emphasis on integrative frameworks between Islamic law and local custom, this study demonstrates that, in the SAD context, resistance emerges when elements of Islamic jurisprudence (fiqh) clash with the community’s socio-cultural structure and shared values. Using a socio-legal approach and qualitative methods, the research draws on in-depth interviews with seven key informants, including a religious leader, the tumenggung (tribal chief), customary elder, community facilitator, subdistrict head, and SAD community members. The findings reveal a persistent orientation toward collective female authority: mahr is determined by the bride’s maternal kin group; joint property, upon divorce, is granted entirely to the wife; and inheritance follows a strictly matrilineal line. Rather than rejecting Islamic law on theological grounds, this resistance reflects a form of public reasoning grounded in ancestral consensus. The study highlights the importance of interpreting Islamic law through contextual, dialogical, and adaptive lenses—particularly within societies shaped by legal pluralism. [Artikel ini mengkaji bentuk-bentuk resistensi yang muncul dalam komunitas Suku Anak Dalam (SAD) terhadap penerapan hukum Islam dalam ranah hukum keluarga, khususnya terkait penetapan mahar, pengelolaan harta bersama, dan pembagian warisan. Meski secara formal mayoritas anggota komunitas SAD telah memeluk Islam, praktik hukum yang dijalankan tetap berpijak pada sistem hukum adat matrilineal yang diwariskan lintas generasi. Berbeda dari kecenderungan literatur sebelumnya yang menekankan model integratif antara syariah dan adat, studi ini justru menunjukkan bahwa dalam konteks SAD, resistensi muncul ketika ketentuan-ketentuan fikih dianggap tidak sejalan dengan struktur sosial dan nilai-nilai kolektif komunitas. Dengan pendekatan sosio-legal dan metode kualitatif, penelitian ini mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan tujuh informan kunci: tokoh agama, tumenggung (kepala suku), pemimpin adat, pendamping komunitas, pejabat lokal, dan anggota komunitas SAD. Temuan utama memperlihatkan bahwa praktik hukum keluarga di komunitas ini lebih menekankan otoritas kolektif perempuan, tercermin dari penentuan mahar oleh keluarga pihak ibu, pengalihan penuh harta bersama kepada istri setelah perceraian, serta sistem pewarisan yang mengikuti garis keturunan perempuan. Artikel ini berargumen bahwa resistensi tersebut bukan merupakan penolakan teologis terhadap hukum Islam, melainkan lahir dari penalaran publik yang bertumpu pada konsensus adat. Temuan ini menegaskan pentingnya pendekatan hukum Islam yang lebih kontekstual, dialogis, dan responsif terhadap pluralitas hukum dalam masyarakat adat.]
Digital Transformation in Educational Management for School Quality in the Digital Era Ilyas, Ilyas; Wahab, Wahab; Imran, Imran; Mahluddin, Mahluddin; Asmawati, Asmawati
Scaffolding: Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme Vol. 7 No. 3 (2025): Pendidikan Islam dan Multikulturalisme
Publisher : Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/scaffolding.v7i3.7735

Abstract

This study explores the phenomenon of digital transformation in educational management by examining its opportunities, challenges, and implications for school quality. The purpose of this study is to provide a comprehensive analysis of how digital tools and platforms are reshaping school governance, pedagogy, and policy. Using a qualitative literature review method, data were collected from national and international scholarly articles, policy documents, and academic reports published between 2019 and 2025. A total of ten carefully selected articles were analyzed using content analysis to identify thematic patterns related to digital transformation in schools. The findings reveal that digital technologies such as Learning Management Systems (LMS), AI-powered tools, and data-driven dashboards improve school efficiency, stakeholder engagement, and personalized learning. However, the study also uncovers significant challenges, including unequal access to digital infrastructure, limited digital literacy among educators, institutional resistance to change, and cybersecurity risks. The results underscore that the success of digital transformation depends not only on technological readiness but also on leadership vision, inclusive strategies, and sustained digital policy planning. This study contributes theoretically to the discourse on digital educational leadership and practically to school-based digital transformation strategies in the digital era.