Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Analisa Kandungan Boraks Dan Formalin Pada Mie Kuning Basah Yang Beredar Di Beberapa Pasar Kabupaten Aceh Tengah Munawir Juanda; Zaidiyah Zaidiyah; Yanti Meldasari Lubis
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.116 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i1.19113

Abstract

Abstrak. Mie merupakan makanan yang terbuat dari tepung terigu yang sangat digemari oleh masyarakat. Pada umumnya mie kuning basah memiliki masa simpan yang relative singkat. Tanpa penambahan bahan pengawet, masa penyimpanan mie basah relative pendek sekitar 16-20 jam jika disimpan pada suhu ruang. Sehingga, pengusaha mie sering dirugikan oleh mie yang cepat basi tanpa bahan pengawet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan produk mie kuning basah dari bahan pangan berbahaya (boraks dan formalin) yang diperdagangkan di Pasar Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini meliputi tiga tahapan yaitu penentuan (1) lokasi pasar dan jumlah pedagang, (2) analisis kandungan boraks dan formalin, dan (3) uji fisik mie kuning basah. Pengambilan sampel pada penelitian ini terletak dipasar Kabupaten Aceh Tengah meliputi 4 pasar yang menjadi acuan dengan jumlah pedagang yang berbeda. 4 pasar yang menjadi tempat pengambilan sampel mie kuning basah adalah Pasar Inpres, Pasar Bale atu, Pasar Paya ilang, Pasar Angkup. Pemilihan pedagang dilakukan berdasarkan pedagang yang menjual mie kuning basah dan sudah memiliki lapak tetap. Berdasarkan hasil uji boraks dan formalin diketahui bahwa tidak ada sampel mie kuning basah yang mengandung kedua bahan berbahaya tersebut. Hasil uji fisik menunjukkan bahwa aroma, warna, dan tekstur seluruh mie kuning basah sudah sesuai dengan standar SNI 2987:2015 pada awal pengamatan dan seluruh sampel mie kuning basah sudah tidak layak digunakan atau rusak pada penyimpanan 24 jam di suhu ruang.Analysis Of Borax And Formalin Content In Wet Yellow Noodles Circulating In Some Markets, Central Aceh RegencyAbstract. Noodles are foods made from wheat flour that are very popular with the community. In general, wet yellow noodles have a relatively short shelf life. Without the addition of preservatives, the storage period of wet noodles is relatively short, about 16-20 hours if stored at room temperature. So, noodle entrepreneurs are often harmed by noodles that go stale quickly without preservatives. This study aims to determine the safety of wet yellow noodle products from hazardous food ingredients (borax and formalin) traded in the Central Aceh District Market. This research includes three stages, namely the determination of (1) the location of the market and the number of traders, (2) the analysis of the content of borax and formalin, and (3) the physical test of wet yellow noodles. Sampling in this study is located in the market of Central Aceh Regency covering 4 markets that are the reference with a different number of traders. The 4 markets where samples of wet yellow noodles were taken are Inpres Market, Bale atu Market, Paya ilang Market, Angkup Market. The selection of traders is based on traders who sell wet yellow noodles and already have a permanent stall. Based on the results of the borax and formalin tests, it was found that there were no samples of wet yellow noodles containing these two hazardous materials. The results of the physical test showed that the aroma, color, and texture of all wet yellow noodles were in accordance with the SNI 2987:2015 standard at the beginning of the observation and all samples of wet yellow noodles were not suitable for use or damaged at 24 hours storage at room temperature.
Pengaruh Penambahan Sukrosa dan Pektin Terhadap Mutu Kimia Permen Jelly Buah Srikaya (Annona Squamosa L.) Maidayana Maidayana; Zaidiyah Zaidiyah; Cut Nilda
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.691 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i2.11025

Abstract

Abstrak: Buah srikaya merupakan buah daerah tropis yang pada saat ini masih sedikit pemanfaatannya dalam proses pengolahan. Buah srikaya juga mengandung gizi yang tinggi. Selama ini buah srikaya hanya diolah menjadi produk selai, dodol, sirup dan manisan. Selain itu, buah srikaya juga dapat diolah menjadi permen jelly. Penelitia bertujua untu mengetahui pengaru penambaha sukrosa pektin terhadap mutu fisikokimia permen jelly srikaya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancanga aca lengka faktoria yang terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu konsentrasi gula (G) dan konsentrasi pektin (P). Faktor I terdiri dari 3 taraf yaitu G1 = 30%, G2 = 45%, dan G3 = 60%, sedangkan faktor ke II terdiri dari tiga taraf yaitu P1 = 0,5%, P2 = 1% dan P3 = 1,5%. Ulangan dilakukan sebanyak 2 kali sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan kadar abu serta berpengaruh tidak nyata terhadap vitamin C, pH, dan total padatan terlarut. Hasil analisis permen jelly srikaya menghasilkan rata-rata kadar air 20,96%, kadar abu 5,58%. Berdasarkan perlakuan terbaik dengan metode rangking dengan konsentrasi gula 60% dan pektin 1% diperoleh kadar abu sebesar 4,072%, kadar air sebesar 21,37%, pH 4,04, vitamin C sebesar 43,12 mg/100g dan total padatan terlarut sebesar 2,90 0BrixThe Effect Of Addition Of Sucrose and Pectin To The Q uality Of Candy Chemicals Of Srikaya Fruit Jelly ( Annona Squamosa L)1 Abstract: Srikaya is a tropical fruit which is processing. In limited why srikaya fruit srikaya contains high nutrition. But has srikaya fruit is only processed into jam, dodol, syrup and sweets. In addition, srikaya fruit can also currently be processed into jelly candy. This study aims to determine the effect of adding sucrose and pectin to chemical quality of srikaya jelly candy. The research was condusted usis factorial complete randomized design consisting of 2 (two) factors. The first factor is the concentration of sugar (G) and the second factor the concentration of pectin (P). Factor I consists of 3 levels, namely G1 = 30%, G2 = 45%, and G3 = 60%, while the second factor consists of three levels, namely P1 = 0.5%, P2 = 1%, and P3 = 1.5 %. The repetition of this expenriment was done twice so that 18 units were obtained and followed with least significance different test. The result shomed that the interaction between treatments had a very significant effect on water content and ash content. The results of the analysis of jelly sugar candy produced an average water content of 20.96%, ash content of 5.580%.
Aplikasi Mocaf (Modified cassava flour) menggunakan ragi tape dan ragi tempe pada pembuatan sourdough FW. Lutfia Dara Maretna; Syarifah Rohaya; Zaidiyah Zaidiyah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.559 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i2.19688

Abstract

 Abstrak. Mocaf (Modified cassava flour) adalah tepung yang diperoleh dari ubi kayu dengan proses fermentasi menggunakan mikroorganisme. Sourdough didefinisikan sebagai campuran terigu dan air yang difermentasi oleh aktifitas bakteri asam laktat dan khamir. Pembuatan starter sourdough dengan substitusi tepung mocaf merupakan salah satu alternatif pengganti terigu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mocaf perbedaan jenis ubi kayu dengan variasi fermentasi dan karakteristik sourdough berdasarkan perbedaan tepung mocaf. Penelitian ini dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 2 faktor yaitu jenis ubi kayu dan jenis ragi. Faktor jenis ubi kayu terdiri dari 2 taraf, yaitu ubi kayu putih dan ubi kayu kuning. Faktor jenis ragi yang terdiri dari 3 taraf yaitu, kontrol, ragi tape dan ragi tempe. Mocaf yang dihasilkan diuji kadar air, kadar abu, pH, protein, serat kasar dan penerimaan konsumen dinilai menggunakan uji kesukaan dengan atribut yaitu tekstur, warna dan aroma. Serta sourdough diuji pH, total asam, volume pengembangan dan total mikroba. Penelitian ini menghasilkan mocaf perlakuan terbaik yaitu mocaf ubi kayu putih dan mocaf ubi kayu kuning perlakuan ragi tape. Pada mocaf ubi kayu putih memiliki nilai kadar air 5%, kadar abu 0,33%, pH 3,88, protein 1,9%, serat kasar 2,33%, tekstur 3,57 (netral), warna 3,61 (suka) dan aroma 3,09 (netral). Sedangkan pada mocaf ubi kayu kuning kadar air 4,6%, kadar abu 0,41%, pH 3,87, protein 2,2%, serat kasar 1,17%, tekstur 3,05 (netral), warna 3,71 (suka) dan aroma 3,24 (netral). Formulasi terbaik pada starter sourdough yaitu substitusi mocaf ubi kayu putih menghasilkan rerata nilai pH 3,22, total asam 1,06, volume pengembangan 0,47 cm3 dan total mikroba 63,67 log CFU/g.Kata Kunci: mocaf, sourdough, fermentasi, ragi tape, ragi tempe.Application of Mocaf (modified cassava flour) using tape yeast and tempe yeast in making sourdoughAbstract. Mocaf (Modified cassava flour) is flour obtained from cassava by fermentation process using microorganisms. Sourdough is defined as a mixture of flour and water which is fermented by the activity of lactic acid bacteria and yeast. Making sourdough starter with mocaf flour substitution is an alternative to wheat flour. This study aims to determine the characteristics of mocaf different types of cassava with variations in fermentation and sourdough characteristics based on differences in mocaf flour. This research was conducted based on a factorial randomized block design (RAK) with 2 factors, namely the type of cassava and the type of yeast. The cassava type factor consisted of 2 levels, namely white cassava and yellow cassava. The yeast type factor consisted of 3 levels, namely, control, tape yeast and tempeh yeast. Mocaf produced was tested for water content, ash content, pH, protein, crude fiber and consumer acceptance was assessed using a preference test with attributes namely texture, color and aroma. As well as sourdough tested pH, total acid, volume of development and total microbes. This study resulted in the best treatment mocaf, namely white cassava mocaf and yellow cassava mocaf treated with tape yeast. In mocaf, white cassava has a moisture content of 5%, ash content of 0.33%, pH 3.88, protein 1.9%, crude fiber 2.33%, texture 3.57 (neutral), color 3.61 (like) and fragrance 3.09 (neutral). While in yellow cassava mocaf, water content is 4.6%, ash content is 0.41%, pH is 3.87, protein is 2.2%, crude fiber is 1.17%, texture is 3.05 (neutral), color is 3.71 (like) and scent 3.24 (neutral). The best formulation for sourdough starter, namely the substitution of white cassava mocaf, resulted in an average pH value of 3.22, total acid 1.06, expansion volume 0.47 cm3 and total microbes 63.67 log CFU/g.Keywords: mocaf, sourdough, fermentation, tape yeast, tempe yeast.
Penggunaan Carboxymethyl Cellulose (CMC) dan Karagenan terhadap Karakteristik Velva Nenas (Ananas comsus) - Sawi (Brassica juncea L.). azlin meirina; Syarifah Rohaya; Zaidiyah Zaidiyah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.42 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i4.18679

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisikokimia dan organoleptik velva berbasis nenas-sawi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 (dua) faktor, yaitu perbandingan rasio nenas dan sawi dan jenis penstabil. Faktor 1 (satu) yaitu perbandingan konsentrasi nenas dan sawi (V) yang terdiri atas 3 (tiga) taraf diantaranya V1=60:40, V2=40:60 dan V3=50:50. Sedangkan faktor 2 (dua) yaitu jenis penstabil (P) yang terdiri dari 2 (dua) taraf diantaranya P1=CMC dan P2=karagenan. Sehingga didapatkan kombinasi perlakuan yaitu 3x2=6 dengan ulangan sebanyak 3 (tiga) kali sebagai kelompok dan didapatkan 18 satuan percobaan. Hasil dari penelitian ini yaitu velva nenas sawi dengan formula terbaik adalah yaitu dengan rasio nenas dan sawi 40:60 dengan jenis penstabil CMC nilai overrun 34.75%, viskositas 2988.27 cP, daya leleh 30.93 menit, serat kasar 14.05, pH 4.71, kadar air 80.69%, kadar abu 0.192%, total padatan terlarut 12.97, vitamin c 27.37%. Berdasarkan pengujian hedonik oleh panelis semi terlatih, rasio velva yang paling diminati secara keseluruhan yaitu rasio nenas dan sawi 50:50 menggunakan penstabil karagenan. Rasio nenas dan sawi (V) dan jenis penstabil (P) serat interaksi keduanya (VP) berpengaruh sangat nyata terhadap nilai viskositas, daya leleh, pH, total padatan terlarut, dan rasa velva nenas sawi.
Karakteristik Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Tepung Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L. ) dengan Variasi Lama Penyangraian dan Perendaman Hanum Farida; Yuliani Aisyah; Zaidiyah Zaidiyah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.351 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i4.18309

Abstract

Tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan suatu tanaman yang memiliki buah yang asam rasanya. Didalam daging buah asam jawa terdapat biji asam jawa yang dapat diolah menjadi tepung. Ada beberapa kandungan yang sangat bermanfaat didalam biji asam jawa yaitu seperti tannin, antioksidan, protein, mineral,serat dan kandungan karbohidrat yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh lama penyangraian dan perendaman terhadap sifat fisik, kimia dan organoleptik tepung biji asam jawa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor I yaitu lama penyangraian (L) terdiri dari dua taraf, yaitu L1 = 8 menit, L2 = 12 menit, dan faktor II yaitu lama perendaman (P) terdiri dari tiga taraf, yaitu P1 = 12 jam, P2 = 18 jam, P3 = 24 jam. Dengan demikian terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan menggunakan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Analisis yang dilakukan pada tepung biji asam jawa meliputi analisis sifat fisik yaitu, rendemen dan viskositas dan analisis sifat kimia yaitu kadar air, kadar abu, kadar pati, kadar protein, kadar serat kasar, kadar lemak, kadar karbohidrat, dan swelling power. Analisis sensori yang dilakukan berupa uji hedonik yaitu tekstur, warna dan aroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lama penyangraian berpengaruh nyata terhadap penilaian warna oleh panelis pada tepung biji asam jawa yang dihasilkan. Faktor lama perendaman berpengaruh nyata terhadap kadar pati dan swelling power pada tepung biji asam jawa. Faktor lama penyangraian dan perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu, viskositas, tekstur dan aroma pada tepung biji asam jawa.
Karakteristik Sensori Campuran Teh Cascara Berdasarkan Perbedaan Metode Pengolahan Kopi Asmaul Husna; Zaidiyah Zaidiyah; Syarifah Rohaya
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/jimfp.v8i2.24439

Abstract

Abstrak. Cascara adalah produk samping dari buah kopi yaitu kulit kopi yang sudah dikeringkan. Cascara merupakan kulit kopi yang memiliki cita rasa fruity yang kuat. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor P adalah metode pengolahan kopi, terdiri dari 2 taraf yaitu P1= metode basah P2= metode kering. Faktor J adalah campuran cascara dengan perbandingan 1:1, terdiri dari tiga taraf yaitu J1 = arabika:robusta, J2 = arabika:liberika, J3 = robusta:liberika. Data hasil penelitian yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Bila hasil analisis menunjukkan pengaruh nyata antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Perlakuan jenis campuran cascara dan metode pengolahan berpengaruh nyata (P0,05) terhadap uji deskripsi warna teh campuran cascara. perlakuan metode pengolahan berpengaruh nyata (P0,05) terhadap uji deskripsi aroma dan rasa teh campuran cascara, sedangkan jenis campuran cascara interaksi metode pengolahan tidak berpengaruh nyata (P0,05) terhadap uji deskripsi aroma dan rasa teh campuran cascara. Tingkat intensitas pada warna teh campuran cascara berkisar 1,65 (lemah) – 3,81 (kuat) dengan rataan 2,59 (netral). Pada aroma tingkat intensitas berkisar 2,33 (lemah) – 4,01 (kuat) dengan rataan 3,14 (netral). Rasa yang dihasilkan memperoleh tingkat intensitas 2,24 (lemah) – 4,04 (kuat) dengan rataan 3,09 (netral).Sensory Characteristics of Cascara Tea Blends Based On Differences in Coffee Processing MethodsAbstract. Cascara is a by-product of the coffee berry, namely the dried coffee skin. Cascara is coffee skin which has a strong fruity taste. This study used a randomized block design (RBD) with a factorial pattern. The P factor is the coffee processing method, consisting of 2 levels, namely P1= wet method P2= dry method. The J factor is a mixture of cascara with a ratio of 1:1, consisting of three levels, namely J1 = arabica:robusta, J2 = arabica:liberika, J3 = robusta:liberika. The research data obtained were then analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). If the results of the analysis show a significant effect between treatments, then a follow-up test is performed using the Duncan Multiple Range Test (DMRT). The type of cascara mixture and the processing method had a significant effect (P 0.05) on the aroma and taste description test of mixed tea cascara. The intensity level of the cascara mixed tea color ranges from 1.65 (weak) – 3.81 (strong) with an average of 2.59 (neutral). In aroma intensity levels range from 2.33 (weak) – 4.01 (strong) with an average of 3.14 (neutral). The resultingtastehasanintensity levelof2.24(weak) –4.04(strong) withanaverageof3.09(neutral).
PENGUATAN EKONOMI PETANI MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PASCA PANEN UMBI JANENG DI DESA TAMPOK JEURAT RAYA, ACEH BESAR Yanti Meldasari Lubis; Zaidiyah Zaidiyah; Indera Sakti Nasution; Yusmanizar Yusmanizar; Satriana Satriana; Syarifah Rohaya
JURNAL PENGABDIAN MAHAKARYA MASYARAKAT INDONESIA Vol 2, No 2 (2024): JURNAL PENGABDIAN MAHAKARYA MASYARAKAT INDONESIA
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/pemasi.v2i2.42224

Abstract

Umbi janeng (Dioscorea hispida Dennst.) merupakan salah satu pangan lokal Aceh yang kaya karbohidrat, namun penggunaannya terbatas karena kandungan racun sianida (HCN) dan proses pengolahan tradisional yang memakan waktu lama. Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pengolahan umbi janeng dan nilai tambah produk melalui proses pengolahan yang lebih cepat dan efektif, bersama kelompok tani Dhapu Warisan di Desa Tampok Jeurat Raya, Aceh Besar. Kelompok ini mengolah umbi janeng menjadi janeng kering dan tepung janeng. Teknologi yang diterapkan meliputi penggunaan larutan air kapur dan garam untuk mempercepat penghilangan sianida, guna memperoleh janeng kering yang aman untuk di konsumsi. Hasil analisis sianida menunjukkan bahwa kombinasi larutan air kapur dan garam mampu menurunkan kadar sianida janeng secara signifikan, dari 67,50 ppm menjadi 16,20 ppm, sehingga aman dikonsumsi. Janeng kering yang diperoleh diberikan kemasan yang aman, menarik dan mudah untuk di promosikan oleh kelompok tani. Tim pengabdian melakukan pendampingan dalam kemasan dan pelabelan untuk meningkatkan daya tarik dan nilai jual produk. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi pengolahan janeng mampu meningkatkan kualitas produk dan memberikan dampak ekonomi positif bagi kelompok tani, serta memperluas potensi pasar janeng sebagai bahan pangan alternatif.
Combination of Physical Methods and Active Charcoal in Reducing Calcium Oxalate Levels in Kimpul Taro Flour (Xanthosoma sagittifolium) Noviasari, Santi; Zaidiyah, Zaidiyah; Lubis, Yanti Meldasari
Elkawnie: Journal of Islamic Science and Technology Vol 10, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/ekw.v10i2.17701

Abstract

Abstract: Kimpul Taro tuber is a source of carbohydrates that is widely grown in Indonesia but contains anti-nutritional compounds, namely calcium oxalate. Calcium oxalate can cause itching, irritation, and burning sensation in the mouth, skin, and digestive tract. This study was conducted to determine the effect of the combination of physical methods and activated charcoal on the reduction of calcium oxalate levels in Kimpul taro flour from Aceh Province, Indonesia. The physical method of boiling and steaming with and without the addition of 6% activated charcoal was used in this study. The parameters observed in this study were calcium oxalate content, water content, ash content, crude fiber content, water absorption, and total starch. The results showed that physical treatment can reduce levels of calcium oxalate in Kimpul taro flour. The lowest levels of calcium oxalate were obtained in the boiling method, with calcium oxalate levels of 25.82 mg/100 g. Low oxalate Kimpul taro flour can be used as a local food raw material for food diversification and to reduce the use of wheat flour.Abstrak: Talas Kimpul merupakan sumber karbohidrat yang banyak dibudidayakan di Indonesia, namun mengandung komponen anti nutrisi yang disebut kalsium oksalat. Kalsium oksalat dapat menyebabkan gatal, iritasi, sensasi terbakar pada mulut, kulit, dan saluran pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh kombinasi metode fisik dan arang aktif terhadap penurunan kadar kalsium oksalat pada talas Kimpul di Provinsi Aceh, Indonesia. Metode fisik yang digunakan pada penelitian ini adalah perebusan dan pengukusan dengan dan tanpa penambahan 6% arang aktif. Parameter yang diamati adalah kadar kalsium oksalat, kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, daya serap air, dan total pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan fisik dapat menurunkan kadar kalsium oksalat pada talas Kimpul. Kadar kalsium oksalat terendah diperoleh pada perlakuan metode perebusan yaitu 25,82 mg/100 g. Tepung talas kimpul rendah oksalat dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan lokal untuk diversifikasi pangan dan mengurangi penggunaan tepung terigu.
POTENSI KITOSAN SEBAGAI PENGAWET PRODUK HASIL PERIKANAN DI DESA PULOT KABUPATEN ACEH BESAR Yulvizar, Cut; Zaidiyah, Zaidiyah; Fahmi, Chairul; Amalia, Amalia; Masykur, Masykur; Misrahanum, Misrahanum; Irhamni, Irhamni
JURNAL PENGABDIAN MAHAKARYA MASYARAKAT INDONESIA Vol 3, No 1 (2025): JURNAL PENGABDIAN MAHAKARYA MASYARAKAT INDONESIA
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/pemasi.v3i1.45735

Abstract

The processing activities of salted fish and peda, carried out by the Setia Bakti Women's Cooperative and the Kamboja Group, demonstrate considerable potential for further development. This potential is supported by the abundance of marine resources, the simplicity of the processing technology, the increased demand for salted fish and peda during the month of Ramadan, and the presence of numerous community-based traditional fish processors. It is imperative to ensure the shelf life of salted fish and peda, in order to maintain product quality during distribution and consumption. Salted fish has been shown to have a longer shelf life, remaining stable for up to two weeks without significant changes, whereas peda has been found to deteriorate within 25 days. This limitation can be addressed through the improvement of raw material quality, processing methods, packaging, and storage practices. The enhancement of product quality, the achievement of a more appealing flavour profile, the assurance of hygienic packaging, the provision of competitive pricing, and the elimination of the use of hazardous food additives are of paramount importance. A promising approach involves the use of natural preservatives such as chitosan, derived from shrimp, crab, and squid shells, which has the potential to extend shelf life and broaden market reach. Furthermore, the advancement of conventional fish processing can be further facilitated through structured interventions, encompassing research, training, the provision of infrastructure, and community empowerment. These interventions are designed to enhance business performance and improve the socio-economic conditions of local processors.