Sofa Marwah
Jurusan Ilmu Politik FISIP, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Cross-culture analysis of batik sub-culture Pekalongan: A case study on the complexity dimensions of representation, diversity and conflict Pratiwi, Oktafiani C.; Marwah, Sofa; Ramadhanti, Wita
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik Vol. 37 No. 1 (2024): Masyarakat, Kebudayaan dan Politik
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mkp.V37I12024.46-59

Abstract

Pekalongan batik sub-culture development is influenced by three cultures namely Javanese, Chinese and Arabic. Most studies of batik use a cultural and socioeconomic analysis by focusing mainly its cultural aspects. This research aims to analysis transformation of social and economic assets, by using a different perspective namely cross-cultural theory and democratization framework in order to explain the political economic contestation among the entrepreneurs. This research uses Robert Dahl's conceptual framework regarding the development of democracy and only uses three of the seven relevant aspects, namely: (a) representation, (b) diversity, and (c) conflict. Case studies as a qualitative methodology are used with in-depth interview techniques, observation and literature reviews as data collection tools. The results of this study are, Pekalongan batik sub-culture has formed a kind of long acculturation formation in the cultural perspective, but secondly it also contributes to develop a kind of political contestation, conflicts and gender-bias political practices This study concludes that regional autonomy and decentralization policies have created space for political contestation and opened up opportunities to transform the social/economic capital of batik entrepreneurs as assets for political contestation and have even raised the issue of identity politics.
TRADISI UPACARA ADAT NYIMUR DI KASEPUHAN CIPTAGELAR Fatiyah Azahra, Ajeng; Halimatus Sa’diyah, Elih; Adinda, Kamelia; Yatin Ningsih, Lina; Irham Abdul Jabar, Muhammad; Alya Pratiwi, Rany; Marwah, Sofa; Suhartinah, Susi; Regita Maulina, Tiara; Mega Novani, Widya
JALADRI : Jurnal Ilmiah Program Studi Bahasa Sunda Vol 6 No 1 (2020): Jaladri
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33222/jaladri.v6i2.1482

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terus berkembangnya kebudayaan yang berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang tradisi yang ada di kampung adat, khususnya di Kasepuhan Ciptagelar. Kajian ini bertujuan untuk memaparkan tradisi upacara adat yang ada di Kasepuhan Ciptagelar, salah satunya upacara adat nyimur. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu teknik wawancara tidak terstruktur serta dalam mengolahnya menggunakan teknik analisis langsung. Hasil penelitian ini berupa uraian tentang 1) adat-istiadat Kasepuhan Ciptagelar; 2) tradisi upacara adat nyimur; 3) fungsi upacara adat nyimur; dan 4) tata cara tradisi upacara adat nyimur.
Kebijakan Kebudayaan Pesisir Kilen Jawa: Urgensi Pengelolaan di Tengah Saling Silang Budaya Marwah, Sofa; Murniati, Tri; Catur Pratiwi, Oktafiani; Ramadhanti, Wita; Perdani, Titis
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 20, No 1 (2025)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.20.1.80-94

Abstract

ABSTRAK:            Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri pengelolaan kebijakan kebudayaan pesisir kilen di pesisir utara Jawa, khususnya di Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini menjadi penting mengingat masyarakat Pekalongan mengalami saling silang budaya sejak lama antara budaya Jawa, Arab, China dan sebagainya. Oleh karena itu upaya pengembangan budaya asli pesisir oleh Dinas Kebudayaan sangatlah bermakna. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penetapan informan secara snowball. Analisis data mengedepankan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi serta  langkah abstraksi teoritis terhadap informasi dan fakta untuk mencapai pernyatan mendasar sebagai kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pengelolaan kebudayaan pesisir kilen yang dilakukan Dinas Kebudayaan Kabupaten Pekalongan menjadi sangat penting mengingat sulit untuk mengkontruksikan kebudayaan asli karena masyarakat telah mengalami saling silang budaya sejak lama. Hal yang ironi,  dukungan pendanaan terhadap upaya tersebut masih terbatas. Namun demikian, Dinas Kebudayaan sudah cukup banyak melakukan pengelolaan dan pengembangan budaya, melalui pendataan cagar budaya, kerjasama dengan lembaga pendidikan, pendataan kelompok seni, pengajuan seni tari sintren sebagai warisan budaya takbenda, bantuan peralatan tari, dan sebagainya. Di sisi grassroot, pendanaan seni tari didukung oleh dana pemerintah desa dan dukungan warga lokal.  Implikasi hasil penelitian ini menegaskan bahwa meskipun  aspek govermentality lebih kuat, namun kebijakan pengelolaan kebudayaan asli pesisir kilen oleh pemerintah daerah tetap diperlukan dan perlu ditingkatkan.  Abstract:            This paper aims to explore the policy management of  pesisir kilen culture on the north coast of Java, particularly in Pekalongan Regency. This research is crucial regarding the people of Pekalongan have long experienced cross-culture among Javanese, Arab, Chinese and other cultures. Accordingly, efforts to develop indigenous coastal culture by the Culture Office are purposeful. This research applies a qualitative method by snowball sampling. The data analysis prioritizes the process of data clarification to achieve consistency and theoretical abstraction steps on information and facts to reach fundamental statements as conclusions. The results showed that the efforts of the Pekalongan Regency Cultural Office to manage pesisir kilen culture  are pivotal. It is difficult indeed to construct the original culture as the community has experienced cross culture for a long time. Ironically, funding support for these efforts is  limited. Nevertheless, the Culture Office has done a lot to manage and develop culture, through data collection of cultural heritage, cooperation with educational institutions, data collection of art groups, the proposal of sintren dance as an intangible cultural heritage, provision of the dance equipment, and so on. On the grassroots side, dance funding is supported by village government funds and local community support. The implications of this study emphasize that although the governmentality aspect might be stronger, the policy of managing the original culture of pesisir kilen by the local government stays needed and improved.