Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

HIGIENE SANITASI DAN KEBERADAAN Escherichia coli PADA JUS BUAH Napitu, Sania Nikita; Santi, Devi Nuraini; Naria, Evi; Tumanggor, Winni R. E.
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.44123

Abstract

Jus buah merupakan minuman olahan buah yang bergizi. Namun, jus bisa terkontaminasi Escherichia coli. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis higiene sanitasi, mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang, serta mengetahui keberadaan Escherichia coli pada pedagang jus buah di Kecamatan Siantar Barat Tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional untuk menganalisis higiene sanitasi, mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang, serta uji laboratorium untuk mengetahui keberadaan Escherichia coli pada sampel jus, air, dan es dari pedagang jus buah di Kecamatan Siantar Barat. Pedagang yang menjadi responden ditentukan dengan metode total sampling yaitu sebanyak 21 orang. Sampel jus, air, dan es diperoleh dari 6 pedagang yang dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pedagang jus buah tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi makanan berdasarkan Permenkes Nomor 2 Tahun 2023. Hasil penelitian terkait higiene sanitasi makanan dan minuman menunjukkan 61,9% pedagang memiliki pengetahuan baik, 61,9% pedagang memiliki sikap cukup baik, 61,9% pedagang memiliki tindakan cukup baik. Hasil uji mikrobiologis menunjukkan bahwa 33,3% sampel jus dan 50% sampel es terkontaminasi Escherichia coli, sedangkan seluruh sampel air minum tidak terkontaminasi Escherichia coli. Hal ini menunjukkan bahwa terlepas dari pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang yang secara umum cukup baik, pelaksanaan higiene sanitasi masih tidak memenuhi syarat dan ditemukan E. coli pada sampel. Pedagang disarankan untuk meningkatkan higiene sanitasi selama berjualan dan dan menjaga kebersihan diri dan peralatan selama berjualan.
Benzene, Toluene, Xylene Levels and Subjective Complaints in Shoe Workshops Ashar, Taufik; Santi, Devi Nuraini; Naria, Evi
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 21 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Semarang in collaboration with Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI Tingkat Pusat) and Jejaring Nasional Pendidikan Kesehatan (JNPK)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v21i1.14960

Abstract

The demand for shoes must be met by the worldwide shoe manufacturing business, but the inhalation dangers associated with its chemical processes—which use benzene, toluene, and xylene (BTX)—raise health issues for workers. Initial surveys showed that most shoe manufacturing workshops do not have adequate ventilation. Most workers often complain of symptoms such as coughing, shortness of breath, and headaches. This study examined the relationships between worker symptoms and chemical levels at shoe factories in Medan, Indonesia, in 2017. This was an observational cross-sectional study. The total population was 72 workers in shoe workshops in the small industrial center area in Medan city. The sample size in this study was 47 people in seven shoe workshops. BTX concentrations were measured in seven workshops. Statistical tests used in this study were chi-square test and Fisher’s exact test with a significance level of p<0.05. According to the findings, the most common symptoms among employees were coughing (40.4%), dizziness (55.3%), and eye discomfort (55.3% of respondents). The range values were 0.09 ppm to 2.83 ppm, 1.20 ppm to 178.98 ppm, and 0.11 ppm to 50 ppm for benzene, toluene, and xylene, respectively. The two compounds most commonly exposed to levels exceeding the ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists) threshold level value were toluene (55.3%) and benzene (25.5%), according to ambient readings. Of the workshops that were inspected, only two (28.57%) had a functional ventilation system. Exposure to benzene exceeding the quality standard showed a significant association with dizziness (p = 0.003) and watery eyes (p = 0.003). Meanwhile, exposure to toluene exceeding the permissible limit was significantly associated with dyspnea (p = 0.005). Our research showed that over half of the workforce reported subjective complaints and that levels of benzene and toluene exceeded recommendations for occupational exposure.
Kromium, Timbal, dan Merkuri dalam Air Sumur Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Ashar, Taufik; Santi, Devi Nuraini; Naria, Evi
Kesmas Vol. 7, No. 9
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah domestik dengan sistem penampungan terbuka sangat berisiko mencemari air tanah milik warga yang bermukim di sekitarnya melalui proses perlindian. Untuk mengetahui kandungan logam berat dalam air tanah di sekitar TPA, sebanyak 68 sampel air sumur gali (45 sumur Dusun I dan 23 sumur Dusun IV) dari Desa Namobintang Kecamatan Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, telah dianalisis dengan inductively couple plasma atomic emission spectroscopy. Hubungan jarak sumur dengan konsentrasi kromium, merkuri, dan timbal diuji dengan Mann-Whitney, Spearman’s Correlation dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi kromium, timbal, dan merkuri (rerata ± deviasi standar, mg/L) masing-masing 0,036 ± 0,0096; 0,0003 ± 0,00018; dan 0,005 ± 0,0041 (Dusun I); 0,0370 ± 0,0115; 0,00026 ± 0,00013; dan 0,0070 ± 0,0069 (Dusun IV). Dari 68 sumur yang dianalisis, hanya ada 8 sumur yang konsentrasi timbalnya melebihi batas menurut Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Per/IV/2010. Sementara itu, tidak ada korelasi jarak sumur gali ke TPA dengan konsentrasi kromium, merkuri, dan timbal dalam air sumur gali tersebut. Disimpulkan bahwa perlindian sampah di Namobintang tidak mencemari air sumur-sumur gali yang berjarak 84 meter atau lebih dari TPA. Dumping site of domestic wastes has potential risk to contaminate groundwater of the surrounding population through leaching process. To determine heavy metals (chromium, lead, and mercury) in groundwater at surrounding dumping site, a total of 68 dig well water samples (45 from Hamlet I and 23 from Hamlet IV) of Namobintang Village, Pancurbatu Sub-District of Deli Serdang Regency, North Sumatra, were analyzed using Inductively Couple Plasma Atomic Emission Spectroscopy. The relationship between the dig well distance and chromium, mercury, and lead content was tested by Mann-Whitney, Spearman’s Correlation and Simple Linier Regression. The result of this study showed that chromium, lead, and mercury concentrations (mean ± SD, mg/L) were 0.036 ± 0.0096; 0.0003 ± 0.00018; and 0.005 ± 0.0041 (Hamlet I); 0.0370 ± 0.0115; 0.00026 ± 0.00013; and 0.0070 ± 0.0069 (Hamlet IV). Of 68 dig well water samples analyzed, there were only 8 water samples that had lead concentrations exceeding the drinking water limit of Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Per/IV/2010. Meanwhile, there was no correlation of dig well distance to dumping site and heavy metal concentrations in dig well water. The study concluded that solid waste leachate in Namobintang did not contaminate the dig wells water located at 84 meters or more from the dumping site.