Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

MAKNA SYAIR LAGU PADA TARIAN GAWI DALAM UPACARA SYUKURAN PANEN DI DESA NDUARIA KECAMATAN KELIMUTU KABUPATEN ENDE Tidha, Maria Velisitas; Rero, Dentiana; Sulaiman, Hasti
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1958

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa makna syair lagu pada tarian Gawi dalam upacara syukuran panen di desa Nduaria Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui makna syair lagu pada tarian Gawi dalam upacara syukuran panen di desa Nduaria Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende. Teori yang digunakan adalah teori estetika yang dikemukakan oleh Sutrisino menjelaskan bahwa melalui tubuh dengan geraknya, termasuk mulut yang berucap atau gerak tangan dan kaki, manusia mengungkapkan siapa dia “sejatinya” siapa dirinya. Melalui tubuh yang berekspresi entah lewat mulut atau tangan yang berkarya, manusia mau menampilkan kehendaknya, pikirannya dan rasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarian Gawi sangat berarti bagi masyarakat desa Nduaria karena mengandung pesan-pesan moral yang membawa dampak perubahan tingkah masyarakat desa Nduaria itu sendiri. Syair lagu pada tarian Gawi bermakna religius, makna persatuan, makna sosiologis, makna kebersamaan, makna pengharapan akan keberhasilan. Peneliti menyimpulkan bahwa tarian Gawi merupakan suatu rangkaian dari upacara syukuran panen yang dilaksanakan setiap tahun dalam bulan Oktober. Dalam syair lagu pada tarian Gawi ini menggambarkan tentang kisah nenek moyang yang sedang memanen padi di ladang dengan cara tradisional.
MOTIF ANAK PUTUS SEKOLAH YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL (STUDI KASUS) DI KELURAHAN EKASAPTA KECAMATAN LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR Tajriah, Suryani; Djandon, Maria Gorety; Sulaiman, Hasti
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2413

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1) Apakah yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal? 2) Apakah dampak negatif yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sktor informal? 3) Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal? Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui faktor penyebab anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal 2) untuk mengetahui dampak negatif yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal, 3) untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah anak putus sekolah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor penyebab anak berhenti sekolah adalah rendahnya SDM, kurangnya motivasi, minat yang rendah, lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat serta kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Penyebab anak meninggalkan bangku sekolah adalah kesadaran pendidikan, ekonomi yang rendah, sehingga anak-anak rela meninggalkan bangku sekolah guna membantu perekonomian keluarga dengan mencari pekerjaan sebagai sopir angkot, kenek, nelayan, penjual ikan bahkan ada yang merantau di luar negeri. Dampak anak putus sekolah yaitu dampak negatif seperti mabuk-mabukan, mencuri, bermain judi, duduk nongkrong seharian, membuat keributan bahkan menikah di usia sekolah. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kelurahan Ekasapta yaitu sosialisasi antara anak dan orang tua tentang pentingnya pendidikan serta mengadakan sekolah paket A. Sedangkan dari pihak sekolah SDN Kampung Baru sudah mengadakan program bimbingan prestasi serta mengadakan sosialisasi yang dilakukan oleh guru-guru SDN Kampung Baru di Kelurahan Ekasapta saat proses belajar mengajar serta saat ceramah ataupun setelah upacara bendera.
WURUMANA SEBAGAI REPRESENTASI KEARIFAN LOKAL SUKU LIO DALAM UPACARA PERKAWINAN DI DESA MA’UBASA TIMUR KECAMATAN NDORI KABUPATEN ENDE Muamalyah, Umriyah Handayani; Sulaiman, Hasti; Kusi, Josef
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2430

Abstract

Permasalahan yang diangkat peneliti adalah Bagaimana proses pelaksanaan Wurumana sebagai representasi kearifan lokal Suku Lio dalam upacara perkawinan di Desa Ma’ubasa Timur Kecamatan Ndori Kabupaten Ende? Mengapa Wurumana sebagai representasi kearifan lokal suku Lio dalam upacara perkawinan di Desa Ma’ubasa Timur Kecamatan Ndori Kabupaten Ende?. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatannya deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan:pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan penarik kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan Wurumana ada 7 tahap yaitu (1) Pai Kunu (undang keluarga), (2) Deki Wurumana (penyampaian Wurumana), (3) Bou Mondo (kumpul keluaga), (4) Nelu Nika (penetapan hari perkawinan), (5) Akad nikah, (6) Mbana Tu (mengantar kedua mempelai dari rumah perempuan ke rumah laki-laki), (7) Tu Regu No’o Pata (mengantar beras, sarung, dan baju Ende Lio). Wurumana sebagai representasi kearifan lokal suku Lio dalam upacara perkawinan karena merupakan warisan nenek moyang dari dulu yang membantu perekonomian keluarga dan mempererat tali silaturahmi. Wurumana dalam ahli warisnya/ gen sangat dihormati, disantuni karena pada dasarnya manusia memiliki jiwa sosial dan tidak ada satu manusiapun yang tidak membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
RITUAL LODONG ANA : PENGUKUHAN MARGA ANAK SUKU LIWUN DI DESA BALUKHERING KECAMATAN LEWOLEMA KABUPATEN FLORES TIMUR Liwun, Antonius Dugo; Dentis, Yosef; Sulaiman, Hasti
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 2 (2023): Sajaratun. Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i2.3629

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana proses ritual Lodong Ana sebagai pengukuhan marga anak suku Liwun di Desa Balukhering Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur? 2) Apa makna dari ritual Lodong Ana sebagai pengukuhan marga anak suku Liwun di Desa Balukhering Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur? 3) Apa fungsi dari ritual Lodong Ana sebagai pengukuhan marga anak suku Liwun di Desa Balukhering Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur? Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui proses, makna dan fungsi dari ritual Lodong Ana sebagai pengukuhan marga anak suku Liwun di Desa balukhering Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur. Penelitian ini menggunkan metode penelitian deskriptif kualitatif.Subjek dalam penelitian ini 1 orang kepala suku dan 2 orang ibu-ibu yang pernah mengalami atau melaksakan ritual Lodong Ana sebagai informan kunci sedangkan informan pendukung terdiri dari satu orang kepala keluarga yang mewakili keluarga yang pernah melakukan ritual Lodong Ana dan dua orang para tetua dari suku Liwun. Karena mereka inilah yang berhubngan langsung dengan pelaksanaan ritual Lodong Ana. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Reduksi Data 2) Penyajian Data (Display) 3) Penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: ritual Lodong Ana yang dilakukan oleh suku Liwun merupaka ritual pengukuhan marga anak yang baru lahir menjadi anggota suku Liwun yang sah menurut adat. Dalam Ritual Lodong Ana memiliki tiga tahapan dalam pelakasanaanya, yaitu pra upacara, upacara inti, dan upacara penutup. Fungsi ritual Lodong Ana dalam masyarakat adat Desa Balukhering khususnya suku Liwun yaitu fungsi religi , fungsi solidaritas dan fungsi persatuan.
RITUAL ADAT KA NGGUA SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DI KAMPUNG REDA DESA WOROPAPA KECAMATAN ENDE KABUPATEN ENDE Ga'a, Stelaris Ocan; Sulaiman, Hasti; Wati, Fatma
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 9 No 1 (2024): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v9i1.4370

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Sistem Pelestarian Ritual Adat Ka Nggua Di Kampung Reda Desa Woropapa Kecematan Ende Kabupaten Ende? Tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui Bagaimana Sistem Pelestarian Ritual Adat Ka Nggua Di Kampung Reda Desa Woropapa Kecamatan Ende Kabupaten Ende. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat kampung Reda Desa Woropapa dengan informan tokoh adat dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data. 4) penarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ritual adat Ka Nggua merupakan upacara adat yang dilakukan oleh ketua adat dan masyarakat kampung Reda pada bulan Februari. Tujuan dari ritual adat Ka Nggua itu sendiri adalah untuk tetap menghargai warisan dari nenek moyang, merupakan ritual yang sangat sakral secara umum sebagai pewarisan budaya yang harus dijaga masyarakat setempat dan merupakan suatu tradisi yang masih bertahan di tengah –tengah kemajuan jaman seperti sekarang ini, ritual ini dilakukan setahun sekali yaitu pada bulan Februari. Dari hasil penelitian Ka Nggua terdapat tiga tahap dalam ritual Ka Nggua dan berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan peneliti menyimpulkan bahwa dalam tahap ritual adat ka nggua yang harus disediakan adalah bahan-bahan makanan seperti Jagung, Padi, Daun Kacang Panjang, Siri, Pinang, dan Kapur dan menurut ketiga informan juga mengatakan sesudah selesai upacara adat ka nggua dilarang untuk memasuki kebun dan dilarang untuk melihat hasil panen karena kalau ke kebun akan mengakibatkan hasil panennya mati.
KEBIJAKAN MODERNISASI RAJA CHULALONGKORN (RAMA V) DAN DAMPAKNYA BAGI NEGARA THAILAND Sulaiman, Hasti
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 10 No 1 (2025): SAJARATUN: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan oleh raja Chulalongkorn terhdap negara Thailand, Faktor Pendorong Raja Chulalongkorn untuk Mengadopsi Kebijakan Modernisasi, . Dampak kebijakan Modernisasi Raja Chulalongkorn Terhadap Transformasi Sosial dan Politik Negara (Siam) Thailand. Metode penelitian dalm artikel ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan yang dilakukan oleh Raja Chulalongkorn adalah awal pada pertengahan tahun 1880-an ia mulai secara bertahap menempatkan adminisator yang kompeten dan terpercaya, yang memungkinkannya untuk melaksanakan reformasi besar-besaran secara lebih efektif. Puncaknya adalah pembentukan 12 kementerian. Salah satu pencapaiannya yang paling terkenal adalah penghapusan perbudakan secara bertahap. Reformasi Administrasi dan Pemerintahan: Ia merombak sistem administrasi feodal yang lama dengan model pemerintahan sentral yang lebih moderen dan efisien. Sistem hukum tradisional digantikan dengan sistem hukum yang lebih moderen, terinspirasi oleh model Barat. Pengadilan-pengadilan baru didirikan, dan undang-undang baru diberlakukan, pembangunan Infrastruktur: Pemerintahannya mendorong pembangunan infrastruktur vital seperti jaringan kereta api pertama, jalan raya, layanan pos dan telegraf, serta rumah sakit dan sekolah moderen. Pembangunan ini sangat penting untuk integrasi nasional dan pertumbuhan ekonomi, reformasi Pendidikan: Raja Chulalongkorn sangat kebijakan modernisasi adalah Ancaman Kolonialisme Eropa, Pendidikan Barat dan Keterbukaan menekankan pentingnya pendidikan. Ia mendirikan sekolah-sekolah moderen, termasuk sekolah untuk anak perempuan dan sekolah kejuruan. Ia juga mengirim banyak pelajar Siam untuk menuntut ilmu di Eropa. Upaya ini melahirkan generasi baru pejabat dan intelektual yang terdidik, reformasi Keuangan dan Fisikal: Sistem perpajakan direformasi untuk meningkatkan pendapatan negara dan mengurangi korupsi. Sebuah sistem anggaran nasional diperkenalkan, modernisasi Militer: Angkatan bersenjata dimodernisasi dengan pelatihan dan persenjataan model Barat untuk memperkuat pertahanan negara. Faktor-faktor yang pendorong Raja Chulalongkorn mengadopsi Pemikiran dan kebijakan diplomasi yang cerdas. Dampa kebijakan Raja Chulalongkor adalah dampak sosial dan politik.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Sosialisasi Digital dan Bakti Sosial di Desa Wologai Kecamatan Ende Usman Aje, Ariswan; Suryani , Lely; Sulaiman, Hasti; Anita, Anita; Bantas , Maria Goretty
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 4 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Wologai merupakan salah satu desa di Kecamatan Ende kabupaten Ende. Desa tersebut menjadi salah satu desa tempat pelaksanaan KKN Universitas Flores tahun 2022. Tema umum pelaksanaan KKN Universitas Flores tahun 2022 ini adalah Pemberdayaan Masyarakat Melalui Digitalisasi Berbasis Potensi Desa. Pada kegiatan KKN Universitas Flores di Desa Wologai ini ada beberapa program yang dilaksanakan. Program-Program tersebut antara lain adalah Sosialisasi Digital dan dan Kegiatan Bakti Sosial. Kegiatan Sosialisasi digital dilaksanakan desangan sasaran adalah warga desa Wologai kecamatan Ende. Kegiatan Ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2022. Kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat desa, perangkat desa, mahasiswa serta tamu undangan lainnya. Adapun kegiatan ini berhasil memberikan pemahaman masyarakat terkait dengan penggunaan media digital, pemanfaatan media digital serta bijak dalam menggunakan media digital. Kegaitan lainya adalah bakti sosial. Kegiatan bakti sosial dilaksanakan sejak minggu pertama pelaksanaan KKN. Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali dengan pesertanya adalah semua mahasiswa KKN Universitas Flores tahun 2022 desa Wologai. Kegiatan Bakti sosial dilakukan sebagai bentuk melestarikan budaya kerjasama dan gotong royong serta untuk menjaga kebersihan lingkungan. Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
M Muhammad Ali Jinnah’s Struggle In The Formation Of The Pakistan State Sulaiman, Hasti
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 6 No 2 (2022): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan, dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.311 KB) | DOI: 10.36526/santhet.v6i2.2162

Abstract

This study aims to determine the educational history, career in the political world of Muhammad Ali Jinnah, the factors that caused the separation of the State of Pakistan and the State of India and the struggle of Muhammad Ali Jinnah in the formation of the State of Pakistan. The type of research used is library research. With a qualitative research method that is descriptive analytic. Library research is research whose data collection is carried out by collecting data from various literatures related to the history of education, career in politics and the struggle of Muhammad Ali Jinnah in the formation of the Pakistani state. The data that has been obtained is then analyzed using a historical approach. The results of this study can illustrate that Muhammad Ali Jinnah attended junior high school at one of the Islamic madrasas, namelyat Sind Madrasatul Islam. At the age of 15, Jinnah continued her high school at the Christian missionary school (mission high school) in Karachi, after graduating from high school, she continued her studies at the University of Mumbai and majored in Law. In 1913 Ali Jinnah joined the Muslim League, In his political development Ali Jinnah served as president of the Muslim League . The factors that led to the formation of the Pakistani state were religious and cultural factors, economic factors, educational factors and political factors of Ali Jinnah's struggle or efforts in the formation of the Pakistani state. One of his efforts was to carry out negotiations known as the Lucknow pact agreement in 1916.
NENA OZO WA'U TRADITION ON THE EVENT OF DEATH (Ethnographic Study of the Bhoanawa Muslim Community in Rukun Lima Village, Ende Selatan District) Ende Regency) Sulaiman, Hasti; Usman Aje, Ariswan
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 7 No 2 (2023): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v7i2.3202

Abstract

The aim of this research is to determine the series of processes of the nena ozo wa'u tradition (death delivery) in the Bhoanawa Muslim community and to find out the meaning of the nena ozo wa'u tradition (death event) in the Bhoanawa Muslim community. The method in this research is the qualitative with observation, interview and documentation collection techniques. The results showed that the series of nena ozo wa'u events occurred on the third day after the day of death. The initial preparations for the bereaved family invited the Embu ka, religious leaders (mosque imams), funeral directors as well as family and neighbors. Before carrying out the nena ozo wa'u tradition, the event was preceded by a tahlilan prayer. Prayers are offered for the smooth passage and safety of the soul of the deceased to the afterlife. After the tahlilan prayer is over, the next event is nena ozo wa'u (preparing the equipment that must be taken out). The equipment was delivered to the house of the mosque imam and to the three houses of the caretaker or person who washed the body. 1). Firstly, the mothers who attended the event, began to select and separate the equipment sent by Ka embu such as sarongs (textiles), rice, detergent, bath soap, toothpaste, vegetables, fruit and other equipment available depending on the intentions and sincerity of the bereaved family. 2), sent four people to take them to the house of the mosque imam and the three houses of the caretaker of the body. 3). distributed to families, existing equipment including valuables, clothing or used items left by the deceased/deceased are distributed to families or people in need. The meanings contained in the nena ozo wa'u tradition include religious meaning, the meaning of friendship/brotherhood and the meaning of sharing.
Application Of The Problem Based Learning Model In History Learning To Increase Learning Activity And Achievement Of Class X Ruminant Students At Smk Negeri 1 Aimere Academic Year 2023/2024 Sulaiman, Hasti; Wio, Theresia Langa
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 8 No 1 (2024): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan, dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v8i1.3775

Abstract

This research aims to determine whether the application of the Problem Based Learning model can increase the activity of Class X Ruminant Vocational School students, by applying the PBL model it can increase the learning achievement of Class The type of research used is Classroom Action Research (CAR) with qualitative research methods. The data collection techniques used in this research are source triangulation and method triangulation. The data analysis used in this method is qualitative analysis and quantitative analysis. The research results showed that after implementing the PBL model, there was an increase in students' learning activeness, namely reaching a score of 88.1% in the 2nd cycle, compared to the 1st cycle which only reached 66.2%. Increasing student activity had an impact on increasing student learning achievement in the second cycle reaching a score of 91.30%, as many as 21 students achieved the KKM score out of a total of 23 participants, compared to the first cycle which only achieved a score of 52.17% or a total of 12 students. which reaches the KKM value. The obstacles faced in implementing the PBL model are the students' minimal understanding of the Problem Based Learning Model at the beginning, and there are students who are not yet able to work together in groups. The advantages of implementing the PBL model include that students are more active in learning, students' abilities are better honed, students can practice cooperation in groups, create a spirit of competition between groups, and teachers can more easily see students' understanding of the material.