Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

MAKNA RITUAL PEKA DI DESA MAUTENDA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE Anita Anita; Hasti Sulaiman
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1347

Abstract

Untuk melestarikan dan mempertahankan tradisi turun-temurun masyarakat Desa Mautenda Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, menyelengarakan ritual adat Peka untuk setiap tahunnya setelah panen yakni selama 2 hari pada bulan Juni. penyelenggaraan ritual ini sebagai ucapan syukur atas berkah Tuhan dan para leluhur bahwasanya pada satu tahun terakhir ini para petani Desa Mautenda telah memperoleh anugerah maupun rejeki yang memadai. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni, pertama bagaimana proses pelaksanaan ritual Peka di Desa Mautenda Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende, kedua apa makna yang terkandung dalam ritual Peka. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan jenis penelitian etnografi, Teknik pengumpulan data diantaranya, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan analisis datanya berupa reduksi data atau proses pemilihan, triangulasi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian adalah bahwa proses ritual peka melalui beberapa tahap diantaranya pertama; bou Mosalaki, kedua pongga Nggo, ketiga; mendi are, manu, dan moke, keempat potong ayam dan babi, kelima; pati ka ata Nggua, keenam yang merupakan tahap terakhir adalah acara kesenian yang diisi dengan tarian adat gawi.
MAKNA SYAIR LAGU PADA TARIAN GAWI DALAM UPACARA SYUKURAN PANEN DI DESA NDUARIA KECAMATAN KELIMUTU KABUPATEN ENDE Maria Velisitas Tidha; Dentiana Rero; Hasti Sulaiman
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1958

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa makna syair lagu pada tarian Gawi dalam upacara syukuran panen di desa Nduaria Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui makna syair lagu pada tarian Gawi dalam upacara syukuran panen di desa Nduaria Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende. Teori yang digunakan adalah teori estetika yang dikemukakan oleh Sutrisino menjelaskan bahwa melalui tubuh dengan geraknya, termasuk mulut yang berucap atau gerak tangan dan kaki, manusia mengungkapkan siapa dia “sejatinya” siapa dirinya. Melalui tubuh yang berekspresi entah lewat mulut atau tangan yang berkarya, manusia mau menampilkan kehendaknya, pikirannya dan rasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarian Gawi sangat berarti bagi masyarakat desa Nduaria karena mengandung pesan-pesan moral yang membawa dampak perubahan tingkah masyarakat desa Nduaria itu sendiri. Syair lagu pada tarian Gawi bermakna religius, makna persatuan, makna sosiologis, makna kebersamaan, makna pengharapan akan keberhasilan. Peneliti menyimpulkan bahwa tarian Gawi merupakan suatu rangkaian dari upacara syukuran panen yang dilaksanakan setiap tahun dalam bulan Oktober. Dalam syair lagu pada tarian Gawi ini menggambarkan tentang kisah nenek moyang yang sedang memanen padi di ladang dengan cara tradisional.
MOTIF ANAK PUTUS SEKOLAH YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL (STUDI KASUS) DI KELURAHAN EKASAPTA KECAMATAN LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR Suryani Tajriah; Maria Gorety Djandon; Hasti Sulaiman
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2413

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1) Apakah yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal? 2) Apakah dampak negatif yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sktor informal? 3) Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal? Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui faktor penyebab anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal 2) untuk mengetahui dampak negatif yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal, 3) untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah anak putus sekolah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor penyebab anak berhenti sekolah adalah rendahnya SDM, kurangnya motivasi, minat yang rendah, lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat serta kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Penyebab anak meninggalkan bangku sekolah adalah kesadaran pendidikan, ekonomi yang rendah, sehingga anak-anak rela meninggalkan bangku sekolah guna membantu perekonomian keluarga dengan mencari pekerjaan sebagai sopir angkot, kenek, nelayan, penjual ikan bahkan ada yang merantau di luar negeri. Dampak anak putus sekolah yaitu dampak negatif seperti mabuk-mabukan, mencuri, bermain judi, duduk nongkrong seharian, membuat keributan bahkan menikah di usia sekolah. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kelurahan Ekasapta yaitu sosialisasi antara anak dan orang tua tentang pentingnya pendidikan serta mengadakan sekolah paket A. Sedangkan dari pihak sekolah SDN Kampung Baru sudah mengadakan program bimbingan prestasi serta mengadakan sosialisasi yang dilakukan oleh guru-guru SDN Kampung Baru di Kelurahan Ekasapta saat proses belajar mengajar serta saat ceramah ataupun setelah upacara bendera.
WURUMANA SEBAGAI REPRESENTASI KEARIFAN LOKAL SUKU LIO DALAM UPACARA PERKAWINAN DI DESA MA’UBASA TIMUR KECAMATAN NDORI KABUPATEN ENDE Umriyah Handayani Muamalyah; Hasti Sulaiman; Josef Kusi
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2430

Abstract

Permasalahan yang diangkat peneliti adalah Bagaimana proses pelaksanaan Wurumana sebagai representasi kearifan lokal Suku Lio dalam upacara perkawinan di Desa Ma’ubasa Timur Kecamatan Ndori Kabupaten Ende? Mengapa Wurumana sebagai representasi kearifan lokal suku Lio dalam upacara perkawinan di Desa Ma’ubasa Timur Kecamatan Ndori Kabupaten Ende?. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatannya deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan:pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan penarik kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan Wurumana ada 7 tahap yaitu (1) Pai Kunu (undang keluarga), (2) Deki Wurumana (penyampaian Wurumana), (3) Bou Mondo (kumpul keluaga), (4) Nelu Nika (penetapan hari perkawinan), (5) Akad nikah, (6) Mbana Tu (mengantar kedua mempelai dari rumah perempuan ke rumah laki-laki), (7) Tu Regu No’o Pata (mengantar beras, sarung, dan baju Ende Lio). Wurumana sebagai representasi kearifan lokal suku Lio dalam upacara perkawinan karena merupakan warisan nenek moyang dari dulu yang membantu perekonomian keluarga dan mempererat tali silaturahmi. Wurumana dalam ahli warisnya/ gen sangat dihormati, disantuni karena pada dasarnya manusia memiliki jiwa sosial dan tidak ada satu manusiapun yang tidak membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
RITUAL LODONG ANA : PENGUKUHAN MARGA ANAK SUKU LIWUN DI DESA BALUKHERING KECAMATAN LEWOLEMA KABUPATEN FLORES TIMUR Antonius Dugo Liwun; Yosef Dentis; Hasti Sulaiman
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 2 (2023): Sajaratun. Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i2.3629

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana proses ritual Lodong Ana sebagai pengukuhan marga anak suku Liwun di Desa Balukhering Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur? 2) Apa makna dari ritual Lodong Ana sebagai pengukuhan marga anak suku Liwun di Desa Balukhering Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur? 3) Apa fungsi dari ritual Lodong Ana sebagai pengukuhan marga anak suku Liwun di Desa Balukhering Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur? Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui proses, makna dan fungsi dari ritual Lodong Ana sebagai pengukuhan marga anak suku Liwun di Desa balukhering Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur. Penelitian ini menggunkan metode penelitian deskriptif kualitatif.Subjek dalam penelitian ini 1 orang kepala suku dan 2 orang ibu-ibu yang pernah mengalami atau melaksakan ritual Lodong Ana sebagai informan kunci sedangkan informan pendukung terdiri dari satu orang kepala keluarga yang mewakili keluarga yang pernah melakukan ritual Lodong Ana dan dua orang para tetua dari suku Liwun. Karena mereka inilah yang berhubngan langsung dengan pelaksanaan ritual Lodong Ana. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Reduksi Data 2) Penyajian Data (Display) 3) Penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: ritual Lodong Ana yang dilakukan oleh suku Liwun merupaka ritual pengukuhan marga anak yang baru lahir menjadi anggota suku Liwun yang sah menurut adat. Dalam Ritual Lodong Ana memiliki tiga tahapan dalam pelakasanaanya, yaitu pra upacara, upacara inti, dan upacara penutup. Fungsi ritual Lodong Ana dalam masyarakat adat Desa Balukhering khususnya suku Liwun yaitu fungsi religi , fungsi solidaritas dan fungsi persatuan.
Fungsi Moke Dalam Menjaga Nilai-Nilai Tradisi Dan Kekeluargaan Pada Komunitas Adat Lisedetu Kecamatan Wolowaru Kabupaten Ende Makin, Aventinus Nikolaus Doni Ola Aneng; Hoban, Nong; Sulaiman, Hasti
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 9 No 2 (2024): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v9i2.5256

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apa fungsi moke dalam menjaga nilai-nilai tradisi dan kekeluargaan pada komunitas adat di Desa Lisedetu Kecamatan Wolowaru Kabupaten Ende? Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui fungsi moke dalam menjaga nilai-nilai tradisi dan kekeluargaan pada komunitas adat di Desa Lisedetu Kecamatan Wolowaru Kabupaten Ende. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian kualitatif, pengumpulan data menggunakan teknik abservasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi minuman moke telah menjadi kebudayaan yang sangat melekat pada ciri khas masyarakat Nusa Tenggara Timur di Kabupaten Ende khususnya di Desa Lisedetu. Kebiasaan mengkonsumsi moke sudah cukup meluas di masyarakat. Kebiasaan ini selain banyak dijumpai di acara adat, pesta sambut baru, acara nikah dan hajat-hajat lainnya sudah dianggap sebagai minuman tradisional dan wajib disajikan pada saat upacara adat di setiap kampung. Moke juga memiliki makna sebagai simbol penghormatan terhadap leluhur, simbol persaudaraan dan warisan budaya dan juga memiliki nilai-nilai keharmonisan dan nilai ekonomis dalam konteks adat masyarakat desa Lisedetu.
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER SU’I UWI DALAM RITUAL ADAT REBA PADA MASYARAKAT DESA WOGO KECAMATAN GOLEWA, KABUPATEN NGADA Bhoki, Modesta; Sulaiman, Hasti; Wasa, Damianus R.S
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 9 No 2 (2024): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v9i2.5282

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apa Nilai-nilai Pendidikan Karakter Su’i Uwi dalam Ritual Adat Reba pada Masyarakat Desa Wogo Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Karakter Su’i Uwi dalam Ritual Adat Reba pada Masyarakat Wogo Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan penelitian etnografi. Teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian terdiri dari informan kunci (3 orang) dan informan pendukung (3 orang). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Pengumpulan data, 2) Redukasi data, 3) Pemaparan data, 4) Penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian menyatakan bahwa Ritual Reba merupakan tradisi yang dianut oleh masyarakat adat kampung Wogo, yang sesungguhnya adalah acara keluarga, acara perdamaian dalam siklus pertanian etnis Ngada. Nilai-nilai pendidikan karakter Su’i Uwi dalam Ritual Adat Reba meliputi: (1) Nilai religius yang terdapat dalam pelaksanaan ritual Su’i Uwi terdeskripsikan dalam pembacaan doa dan permohonan yaitu meminta dan memohon kepada leluhur dan Tuhan agar dalam pelaksanaan Reba maupun Su’i Uwi dapat berjalan dengan lancar. (2) Nilai Jujur dalam upacara Su’i Uwi Pelaksanaan ritual Su’i Uwi merupakan tradisi yang dapat membentuk perilaku (karakter). Pada pelaksanaan ritual Su’i Uwi yakni kedisiplinan, ketenangan, serta patuh dengan perintah ketua adat. (3) Nilai peduli sosial yang terkandung dalam upacara Su’i Uwi ketua suku dan anggota sukunya ikut terlibat dalam upacara Su’i Uwi ini mulai dari awal sampai akhir. (4) Nilai Tanggungjawab dalam pelaksanaan upacara Su’i Uwi tua adat dan warga suku melaksanakan upacara Su’i Uwi sesuai dengan tugas dan tanggungjawab mereka masing-masing. (5) Nilai Kerja Keras dapat disimak bahwa ajaran pokok kehidupan yang telah terbudaya itu adalah tata krama kehidupan manusia yang ditaati yang bernilai universal.
Application Of The Problem Based Learning Model In History Learning To Increase Learning Activity And Achievement Of Class X Ruminant Students At Smk Negeri 1 Aimere Academic Year 2023/2024 Hasti Sulaiman; Theresia Langa Wio
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 8 No 1 (2024): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan, dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v8i1.3775

Abstract

This research aims to determine whether the application of the Problem Based Learning model can increase the activity of Class X Ruminant Vocational School students, by applying the PBL model it can increase the learning achievement of Class The type of research used is Classroom Action Research (CAR) with qualitative research methods. The data collection techniques used in this research are source triangulation and method triangulation. The data analysis used in this method is qualitative analysis and quantitative analysis. The research results showed that after implementing the PBL model, there was an increase in students' learning activeness, namely reaching a score of 88.1% in the 2nd cycle, compared to the 1st cycle which only reached 66.2%. Increasing student activity had an impact on increasing student learning achievement in the second cycle reaching a score of 91.30%, as many as 21 students achieved the KKM score out of a total of 23 participants, compared to the first cycle which only achieved a score of 52.17% or a total of 12 students. which reaches the KKM value. The obstacles faced in implementing the PBL model are the students' minimal understanding of the Problem Based Learning Model at the beginning, and there are students who are not yet able to work together in groups. The advantages of implementing the PBL model include that students are more active in learning, students' abilities are better honed, students can practice cooperation in groups, create a spirit of competition between groups, and teachers can more easily see students' understanding of the material.