Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

ECLECTICISM DALAM ARSITEKTUR DALAM TULISAN CHARLES JENCK: TOWARD RADICAL ECLECTICISM Prajnawrdhi, Tri Anggraini
Jurnal Natah Vol. 3, No. 2 Agustus 2005
Publisher : Jurnal Natah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.879 KB)

Abstract

Modernization has evidently presented a new perspective and new idea in architecture development. All form of initiatives are concern noticeably to the challenge idea alongside to the advancement of age and enormous technology. The use of hugely machine, beauty and art at architecture in the past has been forgotten and nowdays tend to go behind an creativity which is clean, clear without ornament and clasiffication of form based on function.Yet, in fact, all forms of the enthusiastic and great modernism have also the variety of weakness. The willing to create the architecutre building which is free, abundant sense, plurally enthusiasm and richly meaning has been formulated obviously modernism dogmas and eventually fall into the appeareance of the eclecticism idea or alliance between history and the technology development.
MESINIAGA TOWER: TRADISIONALITAS DALAM BALUTAN MODERNITAS (SEBUAH APRESIASI KARYA ARSITEKTUR) Prajnawrdhi, Tri Anggraini
Jurnal Natah Vol. 2, No. 1 Februari 2004
Publisher : Jurnal Natah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.181 KB)

Abstract

In this moment, the inovations of architecture designing are already grown at full speed. The brilliance ideas of architects to solve settlement problems, especially they have relation with shortage of land use, come people dilemas up. This paper describes a appreciation of architecture, bioclimatic architecture concept by Ken Yeang. He try to solve some of settlement problems in this time, especially in urban areas. This concept in modernity designing is inspirated from traditional building of South East Asian in generally. It is based on spatial designing, lighting, air conditioning, landscaping, form and element of building, and designing concepts. However, this paper appears the new paradigm in spectacular of architecture by Ken Yeang at Mesiniaga Tower in Kuala Lumpur, Malaysia. Finally, it will come the new paradigm of Indonesian architectural.
STRATEGI PELESTARIAN ARSITEKTUR PADA PURI KANGINAN BULELENG Veramyta, Rohana; Kastawan, I Wayan; Prajnawrdhi, Tri Anggraini
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Vol 3, No 2 (2020): September (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/juara.v3i2.1304

Abstract

Bangunan bersejarah memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan strategi pelestarian yang tepat pada Puri Kanginan Buleleng. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang dipaparkan secara deskriptif. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi nilai-nilai signifikansi pelestarian yang terdapat pada Puri Kanginan Buleleng. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah identifikasi nilai-nilai signifikan dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian utama yaitu nilai emosional, nilai kultural dan nilai kegunaan. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk membantu menetapkan prioritas dalam tindakan pelestarian, dan menetapkan tingkat dan sifat dari setiap tindakan. Tindakan pelestarian dipilihsesuai dengan kondisi fisik bangunan/tempat bersejarah, kebutuhan masa kini dan memperhatikan etika pelestarian. Strategi pelestarian yang dihasilkan adalah upaya preservasi dan restorasi.
Sanggah Kemulan Nganten dan Pelangkiran: obyek penentu keberlangsungan rumah tinggal tradisional Desa Pedawa, Bali Tri Anggraini Prajnawrdhi; Ni Luh Putu Pebriyanti
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 14, No 2 (2016)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.992 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2016.014.02.6

Abstract

Balinese traditional architecture’s form and character are associated to its culture, custom and religious system of the Balinese. Traditional Balinese house as part of the Nusantara Architecture are inherited from our ancestors and have become the evident of our history. Tri Hita Kharana is the concept which reflect a close relationship between the Balinese with the nature and the God, which become the foundation of traditional setllement in Bali Aga vilages, thus it also become the main concept in preserving Balinese traditional architecture. The unique character of traditional house in desa Pedawa formed by people’s belief of their ancestor; their tradition as palm sugar maker; their nature and surrounding areas; and their way of life. This research aimed to discover the important factor from this traditional house which preserve this house to this moment. Case study method includes field observation, interview and historical study with the use of descriptive analysis has presented that Sanggah Kemulan Nganten and Pelangkiran are the two most important factors in preserving the traditional house in Desa Pedawa.Keywords: traditional house, Pelangkiran, Sanggah Kemulan Nganten
Pola Penggunaan Ruang Publik untuk Berdagang Tidak Tetap di Area Sekitar Pasar Badung, Denpasar Surya Putra; I Nyoman Widya Paramadhyaksa; Tri Anggraini Prajnawrdhi
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2205.331 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i02.p04

Abstract

Non-permanent trading activities in the area around Badung Market, Denpasar City, Bali Province caused several problems such as obstructed vehicle traffic and pedestrian access, as well as giving a poor visual impression. The aforementioned problems form the basis of this research so that it can be studied how the pattern of non-permanent trading occurs, and how the background of non-permanent trading activities around Badung Market formed. This study aims to determine the pattern of non-permanent trading activities in the area around the Badung Market and factors underlying the non-permanent trading activities around Badung Market. The research method used is a qualitative research method with a naturalistic approach. The results of this study indicate the pattern of non-permanent trading activities which is concentrated in a particular function and the background of how non-permanent trading activities formed caused by several factors such as licensing factors. This research is expected to be useful as a reference for the Denpasar City Government in drafting local regulations in the future so that it can realize temporary trading activities in the area around the Badung Market which has visual beauty and does not impede the flow of vehicle traffic.Keywords: public space; non-permanent traders; Badung market AbstrakKegiatan berdagang tidak tetap di area sekitar Pasar Badung, Kota Denpasar, Provinsi Bali menyebabkan beberapa permasalahan seperti terhambatnya lalu lintas kendaraan dan akses pejalan kaki, serta memberi kesan visual yang kurang baik. Permasalahan tersebut menjadi landasan penelitian ini dilakukan agar dapat dipelajari bagaimana pola berdagang tidak tetap terjadi, serta bagaimana latar belakang kegiatan berdagang tidak tetap di sekitar Pasar Badung terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola berdagang tidak tetap di area sekitar Pasar Badung serta faktor-faktor yang melatarbelakangi kegiatan berdagang tidak tetap di sekitar Pasar Badung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan naturalistik. Hasil penelitian ini menunjukkan pola berdagang tidak tetap yang terkonsentrasi pada suatu fungsi tertentu dan latar belakang terbentuknya kegiatan berdagang tidak tetap disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor perizinan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan Pemerintah Kota Denpasar dalam menyusun peraturan daerah kedepannya sehingga dapat terwujud kegiatan berdagang tidak tetap di area sekitar Pasar Badung yang memiliki keindahan visual dan tidak menghambat kelancaran lalu lintas kendaraan.Kata kunci: ruang publik; pedagang tidak tetap; Pasar Badung
Eksistensi Konsepsi Kiwa-Tengen pada Tata Ruang Umah Dadia di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli Made Chryselia Dwiantari; I Nyoman Widya Paramadhyaksa; Tri Anggraini Prajnawrdhi
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 6 No 1 (2019): April 2019
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1666.235 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2019.v06.i01.p08

Abstract

Sukawana Village is a village patterned in the Bali Aga culture located in the highland region of Kintamani District, Bangli Regency, Bali. The village's residential area is surrounded by hilly areas, ravines, and fields belonging to the residents. Within this village area there is a parent settlement complex that is the forerunner of the village. The settlements are in four banjar areas, namely in Munduk Lampah, Banjar Tanah Daha, Banjar Sukawana, and Banjar Desa. Each of these banjars is also composed of several umah dadia units in the form of a series of residential buildings in one natah or shared yard which is inhabited by a group of people who still have family ties. The pattern of building a house in one house unit is described as following the left lane pattern (kiwa) and the right lane (tengen). This pattern is formed in such a way based on many conceptual foundations that have been passed down from generation to generation. This study aims to determine the manifestation of the implementation of the concept of kiwa-tengen known in the cultural order in the village of Sukawana. The study was focused on spatial phenomena in umah dadia by applying rationalistic research methods. Findings found that the existence and application of the kiwa-tengen conception in Sukawana Village culture is related to the observer's point of view, the dichotomic conception of hulu-teben, brotherly relations between siblings and siblings, and the existence of imaginary axes in the umah dadia. Keywords: conception, kiwa-tengen, umah dadia, Sukawana Village, hulu-teben Abstrak Desa Sukawana adalah sebuah desa bercorak kultur Bali Aga yang berlokasi di wilayah dataran tinggi Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Wilayah permukiman desa ini dikelilingi oleh daerah perbukitan, jurang, serta area ladang milik para penduduk. Dalam wilayah desa ini terdapat suatu kompleks permukiman induk yang menjadi cikal bakal desa. Permukiman tersebut berada di empat wilayah banjar, yaitu di Banjar Munduk Lampah, Banjar Tanah Daha, Banjar Sukawana, dan Banjar Desa. Masing-masing banjar ini juga tersusun atas beberapa unit umah dadia yang berwujud sederetan bangunan rumah tinggal dalam satu natah atau pekarangan bersama yang dihuni oleh sekelompok orang yang masih mempunyai hubungan ikatan keluarga. Pola bangunan rumah dalam satu unit umah dadia digambarkan menganut pola lajur kiri (kiwa) dan lajur kanan (tengen). Pola ini terbentuk sedemikian rupa berdasarkan banyak dasar konsepsual yang sudah berlaku secara turun temurun. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran wujud implementasi dari konsepsi kiwa-tengen yang dikenal dalam tatanan budaya di Desa Sukawana. Kajian yang dilakukan terfokus pada fenomena keruangan dalam umah dadia dengan menerapkan metode penelitian rasionalistik. Temuan yang didapatkan bahwa keberadaan dan penerapan konsepsi kiwa-tengen dalam kultur Desa Sukawana adalah terkait dengan sudut pandang pengamat, konsepsi dikotomik hulu-teben, serta keberadaan sumbu aksis imajiner dalam pekarangan umah dadia. Kata kunci: konsepsi, kiwa-tengen, umah dadia, Desa Sukawana, hulu-teben
Wilayah Pelayanan dan Aksesibilitas Taman Kota bagi Lansia di Kota Denpasar I Gede Bintang Nararya Sena; Ngakan Ketut Acwin Dwijendra; Tri Anggraini Prajnawrdhi
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 8 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.917 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2021.v08.i02.p04

Abstract

The consistent annual increase in the number of mature population emphasizes the importance of humane and elderly-friendly urban planning. This type of planning requires an integrated approach that embraces three – but not limited – main urban elements, namely open space, settlement, and transportation. In its attempt to review available planning regulations and practices, this research studies elderly groups’ access to urban parks that are available across Denpasar City. Within, the service area is used as a tool to measure accessibility. The scale of this service area is analyzed based on a pareto distribution frequency of distance traveled before reaching a city park. This data is presented in a map using geospatial analysis which leads to the two categorizations of the primary and secondary service area. This study finds that Niti Mandala Renon City Park possesses the most extensive service area followed by Puputan Badung and Lumintang City Park. Mature park users go to these parks for both recreational and sport-related reasons. In doing so, they choose to travel by private modes of transportation. The elderly group also tends to visit with family member/s, especially when they aim for a park whose scale of the service area is extensive and that requires them to have a relatively long drive from home. This practice is frequently attributed to safety and cultural reasons. Keywords: urban planning, City parks, accessibility, elderly Abstrak Pertambahan jumlah lansia yang konsisten setiap tahunnya menimbulkan kepentingan perencanaan kota yang ramah lansia. Berdasarkan prinsip perencanaan kota ramah lansia dan humanis, perencanaan kota perlu memadukan aspek ruang terbuka hijau, permukiman dan transportasi. Untuk dapat melakukan tinjauan mengenai perencanaan tersebut dilakukan penelitian mengenai aksesibilitas ruang terbuka hijau publik bagi lansia di Kota Denpasar dalam konteks perencanaan kota ramah lansia. Wilayah pelayanan merupakan salah satu cara untuk mengukur aksesibilitas ruang terbuka hijau. Hal tersebut ditelaah menggunakan analisis distribusi pareto frekuensi jarak tempuh lansia menuju taman kota yang diterjemahkan kedalam peta menggunakan analisis geospasial. Wilayah pelayanan dibagi menjadi wilayah pelayanan primer dan sekunder berdasarkan frekuensi data jarak tempuh lansia menuju taman kota. Penelitian menemukan bahwa taman kota dengan wilayah pelayanan paling luas adalah Taman Kota Niti Mandala Renon disusul Taman Kota Puputan Badung dan Taman Kota Lumintang. Seluruh lansia pengunjung taman kota merupakan lansia yang bertujuan untuk melakukan kegiatan olahraga rekreasi, dan memilih untuk melakukan perjalanan menggunakan moda transportasi pribadi. Taman kota dengan wilayah pelayanan yang luas dan jarak perjalanan yang jauh, lansia melakukan perjalanan dengan keluarga. kecenderungan ini dapat dikaitkan dengan keamanan dan budaya komunalitas lansia. Kata kunci: perencanaan kota, taman kota, aksesibilitas, lansia
Kajian Arsitektur Bali pada Tampilan Bangunan Komersial di Koridor Jalan Danau Tamblingan, Kelurahan Sanur, Denpasar Selatan I Gede Putu Astamarsa Werdantara; Tri Anggraini Prajnawrdhi; Antonius Karel Muktiwibowo
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (992.751 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i02.p02

Abstract

The development brings inevitable changes to the built environment in which architectural design holds a significant part. Architecture, undoubtedly, has a strong association with identity and the character of a certain built urban environment. Changes in architectural principles and designs may bring two-side impacts, which may either strengthen or harm the existing urban identity. This is especially true when we discuss architectural changes and the formation of urban identity on the Island of Bali. This study aims to examine the conformance of numerous facades of commercial buildings located along the Danau Tamblingan Corridor in Sanur-Bali to the set of local government regulations that govern the implementation of local traditions in architectural design and practices. The study is approached with a qualitative method. The study result shows there are 5 groups of violations, which are: 1) violation of the tri angga principle; 2) the use of flat roofs; 3) minimum use of local decorative elements; 4) dominant exhibition of commercial identity; 5) the absent of handcrafted character, natural materials and the color derived from their uses.Keywords: Balinese Architecture; facade; commercial building AbstrakPerkembangan zaman membawa perubahan pada banyak hal dan tidak dapat dihindari. Salah satu hal yang mengalami perubahan adalah arsitektur. Arsitektur memiliki hubungan yang erat dengan tata ruang sebuah wilayah atau kota. Arsitektur berkaitan dengan karakter dari suatu wilayah tersebut. Perubahan dalam arsitektur yang tidak terkontrol dapat menghilangkan karakter dari sebuah wilayah. Arsitektur Bali adalah salah satu gaya arsitektur yang mengalami perubahan. Jalan Danau Tamblingan adalah salah satu koridor komersial di Kelurahan Sanur yang terdiri dari berbagai jenis fasilitas komersial dengan karakter bangunan yang bervariasi. Namun terdapat banyak bangunan komersial yang tidak menerapkan prinsip Arsitektur Bali sebagaimana mestinya seperti yang sudah diatur dalam Peraturan Walikota Denpasar No. 25 Tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji prinsip Arsitektur Bali dalam peraturan perundang-undangan yang tidak diterapkan pada tampilan bangunan fasilitas komersial di lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 pelanggaran yang dilakukan oleh bangunan-bangunan komersial di Koridor Jalan Danau Tamblingan, Sanur yaitu; 1) tidak menerapkan konsep tri angga; 2) menggunakan atap datar; 3) minimnya penggunaan ragam hias Arsitektur Bali; 4) dominasi identitas perusahaan pada tampilan bangunan; 5) tidak menampilkan karakter handicraft serta tidak menggunakan warna dan material alamiah.Kata kunci: Arsitektur Bali; fasad; bangunan komersial
Tipologi Rumah sebagai Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR) di Banjar Panti Gede, Kelurahan Pemogan, Denpasar Selatan Angelina Made Yani Linda Sari; Tri Anggraini Prajnawrdhi; Antonius Karel Muktiwibowo
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2028.586 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i02.p08

Abstract

Apart from being a dwelling, a house is also often used as a work-place to support home based enterprise (HBE) related practices. This condition requires spatial compromises. This study seeks to investigate typologies and factors underlining these spatial compromises. Being guided by qualitative research approaches, analysis within this study uses a conception proposed by Silas (1993) regarding HBE typology. The study examines numerous privately owned houses located in Banjar Panti Gede, Pemogan Village, Denpasar Selatan District – Bali. This is a community with the highest number of home-based micro-businesses. The study result shows that typologies of overall spatial compromises taking place in the selected housing complex do not correspond with the view proposed by Silas (1993). These condition has been grounded by several factors, including 1) limited scale of land afforded by the owner and restricted capital to support the development of a home that is also used to accommodate HBE; 2) types of added commercial activities to be accommodated within a home; 3) the timing when a plan to use the home as a basis for HBE emerges, and 4) home dwellers' preferences. This study has the potential to enrich the collection of relevant researches on Home and HBE, especially of those that take housing units in Bali as their case studies.Keywords: Home Based Enterprise (HBE); house; house function; house typology AbstrakRumah merupakan salah satu kebutuhan utama manusia yang saat ini semakin berkembang dan bertambah fungsinya. Selain sebagai hunian, rumah juga berfungsi sebagai tempat usaha atau Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR). Perkembangan fungsi rumah tentunya berdampak pada penataan ruang yang berada di lingkungan rumah. Berdasarkan penjabaran tersebut penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam terkait tipologi penataan area usaha dan hunian sebagai UBR, berdasarkan proporsi masing-masing fungsi serta faktor penyebab terjadinya tipologi. Teori yang digunakan untuk membahas adalah teori tipologi UBR oleh Silas (1993). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus karena objek yang diteliti merupakan fenomena yang terjadi masa kini dan peneliti tidak memiliki kontrol terhadap fenomena tersebut. Objek penelitian merupakan rumah tinggal pribadi yang terletak di Banjar Panti Gede, Kelurahan Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan. Kelurahan Pemogan dipilih karena merupakan salah satu kelurahan dengan jumlah usaha mikro tertinggi di Denpasar Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipologi rumah berdasarkan penataan dan proporsi masing-masing fungsi tidak selalu sejalan dengan teori tipologi UBR oleh Silas. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1) adanya keterbatasan modal dan lahan; 2) jenis usaha yang dijalani; 3) perencanaan terkait membuka usaha; dan 4) preferensi penghuni. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi akibat adanya pembagian area rumah yang berfungsi sebagai hunian dan tempat usaha.Kata kunci: Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR); rumah, fungsi rumah; tipologi rumah
Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik di Kawasan Pesisir Pantai Berawa Rangga Seta Ugrasena; Ni Ketut Ayu Siwalatri; Tri Anggraini Prajnawrdhi
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1203.918 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i02.p06

Abstract

The development of tourism in Bali has given tourism potential in the community in the coastal areas. On the one hand, the coast has the potential to provide economic opportunity to the surrounding community. On the other, it is a public open space that is supposedly accessible to general community members. Taking this understanding forward and selecting Berawa Coastal Area of Tibubeneng Village, North Kuta District, Badung Regency-Bali as its case study, this research attempts to study the positive impacts brought by the tourist industry. It corresponds to the following findings that the industry has contributed to the: 1) enhancement of the economic welfare of Tibubeneng Community; 2) improvement of the overall visual quality of the coast; 3) improvement of environmental qualities, such as the overall cleanliness of Berawa Coast; and 4) image creation by preparing the coast as a living stage to conduct colossal cultural festival activities of Kecak dancers to be enjoyed by tourists who come to visit. This study uses qualitative methods. Primary data were obtained from physical observations, photographic documentation, and interview.Keywords: land use; public open space; the coastal area of Berawa Beach AbstrakPerkembangan pariwisata di Bali telah melahirkan potensi dalam masyarakat, khususnya pariwisata di kawasan pesisir. Satu sisi kawasan pesisir memiliki potensi untuk memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Di sisi lain, kawasan pesisir juga merupakan ruang terbuka publik, sehingga Kawasan Pesisir Pantai Berawa dapat dinikmati oleh semua orang. Fenomena yang terjadi saat ini adalah pemanfaatan ruang terbuka publik di Kawasan Pesisir Pantai Berawa yang dilakukan oleh berbagai pihak. Berdasarkan narasi tersebut, menjadi pertimbangan kemudian adalah bagaimana pengaruh pemanfaatan kawasan pesisir oleh berbagai pihak pada ruang terbuka publik di Pantai Berawa. Lokasi penelitian ini berada di Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menunjukan pemanfaatan ruang terbuka publik di Kawasan Pesisir Pantai Berawa oleh berbagai pihak. Data primer diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi, dan data hasil wawancara untuk mendapatkan informasi yang mendukung hasil penelitian. Hasil penelitian ini berupa identifikasi pemanfaatan ruang terbuka publik di Kawasan Pesisir Pantai Berawa, yang memberikan dampak pengaruh positif baik dari segi: 1) kesejahteraan ekonomi masyarakat Desa Tibubeneng; 2) peningkatan visual; 3) peningkatan lingkungan, terjaganya kebersihan Kawasan Pesisir Pantai Berawa; dan 4) peningkatan kesan, adanya kegiatan festival budaya kolosal penari kecak diharapkan dapat memberikan kesan tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pantai Berawa.Kata kunci : pemanfaatan ruang; ruang terbuka publik; pesisir Pantai Berawa